Muslim Sejati, Generasi Khilafah

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://2.bp.blogspot.com/-Sp00SGODWmI/XFAd1t1OnDI/AAAAAAAACT8/Uj9JjeH1O2QjTTd24PTLdDcKMVX_SJozQCLcBGAs/s1600/a3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Muslim Sejati, Generasi Khilafah" border="0" data-original-height="445" data-original-width="650" height="273" src="https://2.bp.blogspot.com/-Sp00SGODWmI/XFAd1t1OnDI/AAAAAAAACT8/Uj9JjeH1O2QjTTd24PTLdDcKMVX_SJozQCLcBGAs/s400/a3.jpg" title="Muslim Sejati, Generasi Khilafah" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Muslim Sejati, Generasi Khilafah</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sebuah pelajaran dan skenario Ilahi terpenting dari diciptakannya Nabi Adam <em>–alaihis Salaam-</em> dan diturunkannya di atas muka bumi ini adalah untuk menjadi kholifah. Secara gamblang dan jelas disebutkannya tujuan tersebut dalam firman Allah ta’ala:</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (30)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Artinya: <em>“Dan ingatlah ketika Robbmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka (malaikat) berkata: “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di muka bumi, sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia (Allah) berfirman: “Sesungguhnya Aku Mengetahui apa yang tidak kalian ketahui”.</em> [QS. Al Baqoroh: 30]</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Para ulama tafsir menjelaskan bahwa kata <em>Kholifah </em>secara bahasa bermakna yang datang sesudahnya, atau juga berarti orang yang diberi tugas sebagai wakil dan pengganti. Bentuk <em>mashdar</em> dari kata kholifah adalah <em>khilafah</em>. Berkaitan dengan ayat di atas maka maksud dari kata kholifah secara khusus adalah Nabi Adam dan tugasnya adalah melaksanakan segala perintah dan keinginan Allah dalam rangka untuk memakmurkan bumi. [At Tahrir wa At Tanwir; 1/ 399]</div> <br /> <div style="text-align: justify;">  Imam Ibnu Katsir <em>–rohimahulloh- </em>lebih menguatkan pendapat ulama yang menjelaskan bahwa yang dimaksud kholifah dalam ayat tersebut bukan secara khusus Nabi Adam semata melainkan adalah jenis manusia yang menjadi keturunannya. Selanjutnya beliau menukilkan pendapat Imam al Thobari <em>–rohimahulloh-</em> yang menjelaskan fungsional kholifah yaitu orang yang memutuskan perkara di tengah manusia, menghilangkan kedzoliman dan mencegah perkara haram dan dosa [Tafsir Ibnu Katsir; 1/ 216]. Melalui definisi dan penjelasan ini bisa kita fahami bahwa orang yang mau melaksanakan perintah dan keinginan Allah dalam rangka memakmurkan bumi dengan menghilangkan kedzoliman, memutuskan perkara di tengah manusia dan mencegah perkara haram dan dosa, bisa dipastikan orang yang dimaksud adalah orang mukmin. Karena hanya orang mukmin saja yang siap sedia melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dalam teori tatanan negara, kholifah memiliki definisi sebagai pimpinan tertinggi kaum mukminin yang mengatur seluruh umat berdasarkan pandangan syariat dalam mewujudkan maslahat-maslahat ukhrowi dan duniawi yang akan kembali kepada ukhrowi [Konsep Kepemimpinan dalam Islam; hal 39]. Ditinjau dari aspek sejarah peradaban manusia, keberadaan khilafah (kepemimpinan umat) menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Fakta dan data penting dari perkara ini adalah pengutusan para nabi dan rosul di tengah manusia yang memiliki tujuan khusus di antaranya adalah mengemban tugas khilafah di atas muka bumi ini.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Nabi Muhammad -shollallohu 'alaihi wa sallam- pernah bersabda menjelaskan tentang kepemimpinan para nabi dan rosul, selanjutnya beliau memberikan isyarat akan munculnya para kholifah di kemudian hari sebagai konsokwensi berakhirnya masa kenabian sepeninggal beliau:</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Artinya: <em>“Dahulu Bani Israil senantiasa dipimpin oleh para nabi, setiap meninggalnya seorang nabi maka akan digantikan dengan nabi berikutnya, dan sesungguhnya tidak ada nabi sepeninggalku. Dan akan muncul sesudahku para kholifah lalu jumlah mereka banyak. Mereka (para sahabat) bertanya: “Lalu apa kiranya yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau menjawab: “Tepatilah baiat yang pertama, berikanlah kepada mereka hak-haknya, sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban dari apa yang mereka pimpin”.</em>[HR. Bukhori].</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Berkaitan dengan informasi futuristik tentang khilafah, Nabi Muhammad -shollallohu 'alaihi wa sallam- juga menyebutkan dalam sebuah haditsnya bahwa kaum muslimin akan menjumpai lima fase kepemimpinan. Lima fase kepemimpinan itu adalah:</div> <br /> <br /> <ol style="text-align: justify;"><br /> <li>Fase kepemimpinan Nabi (sudah berlangsung)</li> <br /> <li>Fase khilafah ‘ala minhajin nubuwah -khilafah atas pedoman Nabi- (sudah berlangsung hingga tahun ke 41 H)</li> <br /> <li>Fase kepemimpinan para raja (sudah berlangsung hingga runtuhnya kekholifahan terakhir yaitu Ddinasti Turki Utsmani di tahun 1924 M)</li> <br /> <li>Fase kepemimpinan diktator dan tiran (sedang berlangsung)</li> <br /> <li>Fase khilafah ‘ala minhajin nubuwah -khilafah atas pedoman Nabi- (akan muncul di kemudian hari). [HR. Ahmad]</li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify;"> Kabar dari Nabi ini mengisyaratkan bahwa kelak di kemudian hari akan muncul kembali khilafah ‘ala minhajin nubuwah. Jika diperhatikan dalam hadits tersebut akan kita dapati bahwa penyebutan fase kelima sama persis dengan fase kedua. Hal ini bermakna kepemimpinan kaum muslimin di akhir zaman sebelum kiamat tiba adalah seperti kepemimpinan para sahabat Nabi yang memenuhi bumi ini dengan keadilan setelah sebelumnya kedzoliman merebak di mana-mana.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Kemudian yang menjadi pertanyaan besarnya adalah “siapakah yang berani memunculkan kembali khilafah ‘ala minhajin nubuwwah di era penuh represif dari kaum kuffar?”. Jawabannya adalah kaum muslimin yang senantiasa berupaya meneladani kesholihan generasi para sahabat. Karena khilafah ‘ala minhajin nubuwah di fase kedua terjadinya di zaman para sahabat Nabi dan fase kelima disebutkan sama persis dengan fase kedua. Hal ini mengindikasikan bahwa generasi yang memperjuangkan tegaknya syariat Allah dan khilafah Islamiyah senantiasa meneladani generasi sahabat nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan cara yang ihsan.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Lalu bagaimanakah meneladani generasi sahabat nabi itu? Gambarannya adalah seperti yang diungkapkan oleh Imam al Auza’i <em>–rohimahulloh-</em> : <em>“Ada lima perkara yang selalu melekat pada generasi sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan; (1) melazimi hidup berjama’ah,(2) mengikuti sunah, (3) memakmurkan masjid, (4) tilawatul Quran dan (5) jihad di sabilillah”</em>.[Syu’abul Iman; 4/372]</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Muslim sejati akan selalu berupaya meneladani para pendahulu dari kalangan salaf sholih. Salah satu perjuangan yang senantiasa dikobarkan oleh mereka adalah penjagaan syariat khilafah. Sebuah sunnah syar’iyyah yang tidak boleh diingkari oleh setiap individu yang telah mengikrarkan  dua kalimat syahadat.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dari uraian singkat ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa permasalahan khilafah Islamiyah menjadi bagian tak terpisahkan dalam diri seorang muslim di semua aspeknya, baik dalam aspek aqidah, fiqh dan historisnya. Di akhir zaman seperti saat sekarang ini, hanya ada dua pilihan di hadapan kita. Menjadi bagian dari pembela syariat dan berkontribusi untuk tegaknya khilafah ‘ala minhajin nubuwah ataukah menjadi bagian dari golongan pembenci syariat dan penjegal khilafah.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hanya kepada Allah <em>-Jalla Tsanauh-</em> kita memohon agar dikumpulkan bersama hamba-hamba-Nya yang mencintai syari’at-Nya dan menjadi bagian dari <em>anshorulloh</em> (Para penolong agama Allah) demi tegaknya kembali khilafah Rosyidah hingga peribadatan hanya untuk Allah semata.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن الاه</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> والله أعلم بالصواب</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hamba Allah yang faqir dengan ampunan-Nya</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> 7 Dzulqo’dah 1438 H</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Abu Athif –غفر الله له ولوادليه-</div>

Muslim Sejati, Generasi Khilafah

Keluarga Dakwah - Muslim Sejati, Generasi Khilafah Sebuah pelajaran dan skenario Ilahi terpenting dari diciptakannya Nabi Adam –alaihi...

Baca selengkapnya »

Agar Doa Kita Terkabulkan

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://4.bp.blogspot.com/-Z6_-3iwTmA4/XFAeI96dJEI/AAAAAAAACUE/4ycpWKzYEqM2d0oPfp5bPLV7kYE_ZMmBwCLcBGAs/s1600/t33.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Agar Doa Kita Terkabulkan" border="0" data-original-height="451" data-original-width="800" height="225" src="https://4.bp.blogspot.com/-Z6_-3iwTmA4/XFAeI96dJEI/AAAAAAAACUE/4ycpWKzYEqM2d0oPfp5bPLV7kYE_ZMmBwCLcBGAs/s400/t33.jpg" title="Agar Doa Kita Terkabulkan" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - AGAR DOA KITA TERKABULKAN</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Allah SWT telah menyatakan dalam surat Al Mu’min ayat ke 60 bahwa dirinya akan menjawab doa-doa yang dipanjatkan oleh hambaNya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> وقال ربكم ادعوني استجب لكم</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>“Dan Tuhanmu berfirman : berdoalah kepadaku! Niscaya akan aku kabulkan bagimu”</em> (Al mukmin”60)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Allah SWT juga berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 186:</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> وإذا سألك عبادي عني فإني قريب، أجيب دعوة الداع إذا دعان</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> “<em>Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang diriku wahai Muhammad, maka sesungguhnya aku dekat, aku mengabulkan doa-doa apabila ada yang berdoa kepadaku</em>”</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Imam Muhammad Al Qurthubi dalam tafsirnya <em>Al Jami’ Liahkamil Quran</em> menerangkan mengenai asbabun nuzul ayat tersebut,</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dikisahkan bahwa orang-orang yahudi bertanya kepada Rasulullah SAW, “Bagaimana Allah SWT akan mendengar doa kita sementara kamu mengatakan wahai Muhammad bahwa jarak antara kita dengan langit adalah sejauh lima ratus tahun perjalanan?”</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Maka turunlah surat Al Baqarah ayat 186 ini.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dari kedua ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa menjawab serta mengabulkan doa merupakan salah satu sifat Allah SWT yang menjadikannya layak atau wajib untuk kita sembah dan kita ibadahi.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Namun apakah setiap orang yang memanjatkan doa pasti akan dikabulkan, adakah syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang hamba agar doanya dikabulkan oleh Allah SWT.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Rasulullah SAW bercerita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah RA,</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> ثم ذكر الرجل يطيل السفر أشعث أغبر يمد يديه إلى السماء يا رب يا رب ومطعمه حرام ومشربه حرام وملبسه حرام وغذي بالحرام فأن يستجاب له</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>“Ada seseorang yang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Lalu dia mengangkat tangannya ke langit seraya berkata Ya Robbi Ya Robbi, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia mencukupi kebutuhannya dengan harta haram, maka bagaimana doanya bisa dikabulkan?</em>” (HR Muslim)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dr Abdullah Azzam dalam kitabnya <em>Tarbiyah Jihadiyah</em> memberikan penjelasan yang cukup bagus mengenai hadits ini.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Menurut beliau setidaknya ada empat hal yang bisa dijadikan <em>ibroh</em> atau pelajaran dari hadits tersebut.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <strong>Yang pertama</strong>, diceritakan bahwa yang berdoa di sini adalah seorang musafir yang melakukan perjalanan jauh.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Seseorang yang melakukan perjalanan jauh akan terpisah dari orang-orang yang dicintai dan mencintainya, baik keluarga, saudara, ataupun teman-teman dekatnya. Dalam situasi seperti itu manusia akan cenderung merasa kesepian dan sedih. Dan ketika dalam kesedihannya itu, dia justru memilih untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT, tentu Allah SWT akan mengabulkannya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Bahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad Rasulullah SAW menjamin terkabulnya doa seseorang yang melakukan perjalanan jauh.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> ثلاث مستجاب لهم دعوتهم : المسافر والوالد والمظلوم</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> “Tiga golongan yang doanya dikabulkan : Pertama, seorang musafir yang melakukan perjalanan, Kedua, orang tua yang mendoakan anaknya, ketiga, orang yang terdholimi (HR Ahmad)”</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <strong>Lalu yang kedua</strong>, di sini disebutkan tentang keadaan musafir tersebut, أشعث kumal أغبر berdebu.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Kedua hal ini merupakan <em>‘ibarah</em> atau gambaran akan sikap rendah hati seseorang. Allah SWT hanya akan menerima doa dari orang-orang yang merendahkan diri di hadapanNya. Dan Allah SWT sungguh tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan dirinya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sebagaimana nasehat seorang Luqman kepada anaknya, yang di mana nasehat-nasehat tersebut diabadikan di dalam Al Qur’an yaitu dalam surat Luqman, dan salah satu nasehatnya adalah surat Luqman ayat yang ke 18,</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> إن الله لا يحب كل مختال فخور</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan dirinya”</em> (QS Luqman:18)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <strong>Lalu yang ketiga</strong>, musafir tersebut menengadahkan kedua tangannya ke langit. Menengadahkan kedua tangan ke arah langit ketika berdoa merupakan salah satu faktor yang akan membantu agar doa kita diterima.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah SAW besabda:</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> إن الله تعالى حَيِيٌّ  كريم يَسْتَحْيِيْ إذا رفع الرجل إليه يديه أن يَرُدَّهُمَا صفرا خائبتين</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>“Sesungguhnya Allah SWT Maha Hidup lagi Maha Mulia, dan dia akan merasa malu ketika ada seorang hambaNya yang mengangkat kedua tangannya kepadaNya, dia akan merasa malu jika mengembalikan kedua tangan tersebut dalam keadaan hampa dan sia-sia”</em> (HR Ahmad)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <strong>Selanjutnya yang keempat</strong>, musafir tersebut ketika berdoa mengucapkan kalimat, “ya robbi ya robbi” Wahai Tuhanku Wahai Tuhanku. Hal ini menunjukkan penghormatan kepada Allah SWT, lafadz ini juga berarti sebuah ungkapan permohonan akan rahmat serta belas kasihan dari Allah SWT.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <strong>Faktor Terpenting Agar Doa Terkabul</strong></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Namun ternyata keempat hal tadi, yaitu statusnya sebagai seorang musafir, lalu dia merendahkan dirinya kepada Allah, mengangkat kedua tangannya ke arah langit dan memuji-muji Allah SWT tidak serta merta menjadikan doanya dikabulkan oleh Allah SWT.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Di mana dalam kalimat selanjutnya disebutkan “tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia memenuhi kebutuhannya dengan harta haram, bagaimana doanya bisa terkabul?”</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Setidaknya ada dua hal yang bisa kita simpulkan dari rangkaian kalimat penutup hadits tersebut, yang pertama adalah tentang pentingnya mengambil, memakan ataupun menggunakan harta yang halal, dan yang kedua adalah bahwa harta yang halal menjadi faktor terpenting dalam menentukan terkabul atau tidaknya sebuah doa.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Rasulullah SAW sangat mewanti-wanti umatnya dalam persoalan kehalalan harta ini. Beliau memerintahkan kita agar sangat ketat dalam mengaudit diri kita sendiri, kita tidak boleh  membiarkan secuil pun makanan haram masuk ke dalam mulut kita.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Suatu ketika sahabat Saad bin Abi Waqqash memohon kepada Rasulullah SAW, <em>“Wahai Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah agar doaku selalu dikabulkan”</em> Maka Rasulullah pun menjawab, <em>“Wahai Saad, perbaikilah makananmu, niscaya doamu dikabulkan. Sesungguhnya ada seseorang yang memasukkan sesuap makanan haram ke dalam mulutnya. Maka Allah tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari.”</em>(HR Ath Thabrani)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dan di dalam hadits yang lainnya Rasulullah juga mengatakan,<em> “Sesungguhnya ada seseorang yang membeli baju dengan harga sepuluh dirham, namun dari sepuluh dirham itu ada satu dirham yang haram, Maka Allah tidak bisa menerima amalannya selama baju itu melekat padanya”</em> (HR Ahmad)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Maka sudah semestinya seorang muslim menghabiskan menit-menit hidupnya untuk bermuhasabah, mengintrospeksi dirinya, sudah seratus persen halalkah harta yang dimilikinya, sudah seratus persen halalkah sarapan pagi yang disantap keluarganya, sudah seratus persen halalkah jilbab halus yang dikenakan istrinya, sudah seratus persen halalkah uang jajan anaknya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Karena jika ada sekeping hartanya yang bersumber dari sesuatu yang haram, niscaya  harta itu tidak akan bermanfaat sedikit pun baginya dan hanya akan menjauhkan dirinya dari keridhaan Allah SWT, meskipun dia mentasarufkannya dalam amal-amal shalih semisal perbaikan jalan, pembangunan masjid, ataupun berkorban 7 ekor sapi dan sepuluh ekor unta.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sebagaimana yang disampaikan oleh sahabat Ibnu Abbas RA, “Sesungguhnya keburukan tidak dapat menghapus keburukan lainnya”</div>

Agar Doa Kita Terkabulkan

Keluarga Dakwah - AGAR DOA KITA TERKABULKAN Allah SWT telah menyatakan dalam surat Al Mu’min ayat ke 60 bahwa dirinya akan menjawab do...

Baca selengkapnya »

Kebaktian Sang Anak dan Kedurhakaan Sang Ayah

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://2.bp.blogspot.com/-HQKsqTSwkKI/XFAfHd9ThAI/AAAAAAAACUQ/f94kAYjaOLsrY281MpipqnfqOsZ9do4VwCLcBGAs/s1600/u157.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kebaktian Sang Anak dan Kedurhakaan Sang Ayah" border="0" data-original-height="580" data-original-width="960" height="241" src="https://2.bp.blogspot.com/-HQKsqTSwkKI/XFAfHd9ThAI/AAAAAAAACUQ/f94kAYjaOLsrY281MpipqnfqOsZ9do4VwCLcBGAs/s400/u157.jpg" title="Kebaktian Sang Anak dan Kedurhakaan Sang Ayah" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Kebaktian Sang Anak dan Kedurhakaan Sang Ayah</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Memiliki seorang anak yang sholih dan berbakti merupakan idaman setiap orang tua. Namun kadang kala orang tua tidak mempersiapkan diri menerima kesholihan anaknya. Seringnya harapan dan cita-cita orang tua hanya sekedar angan-angan belaka. Karena jalan dan metode yang ditempuh dalam mendidik anak tidak mengarah kepada kesholihan namun menuju kepada kedurhakaan.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Tanpa disadari terkadang orang tua menjadi penyebab utama kesesatan anaknya. Boleh jadi pula penghalang terbesar untuk hadirnya hidayah adalah mereka. Tidak mengherankan jika Nabi Muhammad -shollallohu 'alaihi wa sallam- memberikan teguran melalui sabdanya:</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ » -رواه البخاري ومسلم-</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Artinya: <em>Dari Abu Huroiroh bahwa Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- pernah bersabda: “Tiada seorang anak terlahir melainkan berada di atas fitroh (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan (anak tersebut) seorang yahudi, atau Nasrani atau majusi. Sebagaimana terlahirnya binatang ternak  yang sehat dan sempurna badannya, apakah kalian merasa pada dirinya terdapat cacat (yang terpotong hidung atau telinganya) ?!</em> [HR. Bukhori dan Muslim].</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Di sisi lain terdapat persepsi  tentang anak sholih di benak orang tua yang terbatas hanya anak yang taat dan ikut dengan segala perintah orang tua. Sementara seorang anak dikatakan sholih karena menempatkan ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya di atas segalanya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Tidak mengherankan jika pada suatu kondisi saat orang tua menyuruh anaknya melakukan perbuatan yang mengundang kemurkaan Allah dan Rosul-Nya lalu sang anak menolaknya maka terjadilah perdebatan dan bahkan pertengkaran. Acap kali sang anak divonis durhaka dalam masalah ini. Namun tanpa disadari, orang tua lah yang sedang berlaku durhaka.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Kisah kebaktian sang anak dan kedurhakaan sang ayah dihadirkan dalam Al Quran agar orang beriman mengambil pelajaran berharga darinya. Disebutkanlah dialog antara Nabi Ibrohim –‘alaihis salam- dan ayahnya yang bernama Azar.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrohim di dalam al Kitab (Al Qur</em><em>â</em><em>n), sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi (41) ingatlah ketika dia (Ibrohim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolongmu sedikitpun?!(42) Wahai ayahku! Sungguh telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak sampai kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus(43) Wahai ayahku! Janganlah engkau menyembah setan. Sungguh setan itu durhaka kepada Ar Rohman (Yang Maha Pengasih) (44) Wahai ayahku! Aku sungguh khawatir engkau akan ditimpa azab dari Yang Maha Pengasih , sehingga engkau menjadi teman bagi setan (45) Dia (ayahnya) berkata: “Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku wahai Ibrohim?! Jika engkau tidak berhenti, pastilah engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama” (46) Dia (Ibrohim) berkata: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Robbku, sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku” (47) Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau sembah selain Allah dan aku akan berdoa kepada Robb-ku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Robb-ku (48). </em>[QS. Maryam: 41 – 48]</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Tergambar bagaimana kebaktian Nabi Ibrohim dan kasih sayang beliau kepada kedua orang tuanya. Cinta kasih seorang anak yang tidak rela kalau ayahnya menjadi bagian dari pengikut setan yang berujung pada penderitaan tiada berakhir di neraka nanti. Namun tak selamanya ungkapan cinta kasih seorang anak disambut baik oleh ayahandanya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Kemudian tahukah kita apa yang terjadi selanjutnya antara Nabi Ibrohim –‘alaihis salam- dengan ayahnya di hari kiamat? Nabi Muhammad -shollallohu 'alaihi wa sallam- menuturkan kisah keduanya dalam sebuah riwayat hadits qudsi:</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> يَلْقَى إِبْرَاهِيمُ أَبَاهُ آزَرَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَى وَجْهِ آزَرَ قَتَرَةٌ وَغَبَرَةٌ فَيَقُولُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ لَا تَعْصِنِي فَيَقُولُ أَبُوهُ فَالْيَوْمَ لَا أَعْصِيكَ فَيَقُولُ إِبْرَاهِيمُ يَا رَبِّ إِنَّكَ وَعَدْتَنِي أَنْ لَا تُخْزِيَنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ فَأَيُّ خِزْيٍ أَخْزَى مِنْ أَبِي الْأَبْعَدِ فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى إِنِّي حَرَّمْتُ الْجَنَّةَ عَلَى الْكَافِرِينَ ثُمَّ يُقَالُ يَا إِبْرَاهِيمُ مَا تَحْتَ رِجْلَيْكَ فَيَنْظُرُ فَإِذَا هُوَ بِذِيخٍ مُلْتَطِخٍ فَيُؤْخَذُ بِقَوَائِمِهِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> -رواه البخاري-</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Artinya: <em>“Ibrohim bertemu ayahnya Azar di hari kiamat sementara di atas wajah ayahnya Azar terdapat asap dan debu, lalu berkatalah Ibrohim kepadanya: “Bukankah aku telah berkata kepadamu janganlah mendurhakaiku?! Lalu ayahnya menjawab: “Hari ini aku tidak akan mendurhakaimu”. Lalu Ibrohim berkata: Wahai Robb-ku, sesungguhnya Engkau menjanjikan untukku bahwa Engkau tidak akan menghinakanku di hari semua (manusia) dibangkitkan, maka kehinaan apa yang lebih menghinakan dari ayahku yang jauh (dariku)?! Lalu Allah Yang Maha Tinggi berfirman: “Sesungguhnya Aku telah mengharamkan surga bagi orang-orang kafir”. Kemudian dipanggillah; “Wahai Ibrohim! Apa yang ada di bawah kedua kakimu? Lalu ia melihat seekor hyena yang telah berlumuran tanah (ayahnya dirubah bentuknya menjadi seekor binatang hyena.pent). kemudian dipeganglah kaki-kakinya dan dilemparkan ke dalam neraka”.</em> [HR. Bukhori]</div> <br /> <div style="text-align: justify;">             Perhatikan bagaimana Nabi Ibrohim memberikan kebaktiannya untuk ayahnya hingga di hari kiamat. Namun keputusan Allah ta’ala tetaplah adil dan bijaksana. Bagi orang mukmin surgalah tempat kembalinya. Sementara bagi orang kafir nerakalah tempat kembalinya. Demikianlah kondisi hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan keturunan melainkan orang-orang yang membawa iman.</div> <br /> <div style="text-align: justify;">             Semoga Allah Yang Maha Pengasih menjadikan kita semua keluarga yang sholih, dari orang tua hingga anak-anak keturunannya, yaitu keluarga yang siap mendarmabaktikan hidupnya untuk Allah ta’ala.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن والاه،</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> والله أعلم بالصواب.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> 5 shofar 1439 H</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Abu Athif –غفر الله له ولوالديه-</div>

Kebaktian Sang Anak dan Kedurhakaan Sang Ayah

Keluarga Dakwah - Kebaktian Sang Anak dan Kedurhakaan Sang Ayah Memiliki seorang anak yang sholih dan berbakti merupakan idaman setiap...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Shalat Lima Waktu

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://2.bp.blogspot.com/-LhN2cIzIxy8/XFAfdvVOKbI/AAAAAAAACUY/UHASefhf3g4Rp4qpj7JBjqz-fzK5jtXegCLcBGAs/s1600/t34.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Shalat Lima Waktu" border="0" data-original-height="580" data-original-width="1130" height="164" src="https://2.bp.blogspot.com/-LhN2cIzIxy8/XFAfdvVOKbI/AAAAAAAACUY/UHASefhf3g4Rp4qpj7JBjqz-fzK5jtXegCLcBGAs/s320/t34.jpg" title="Keutamaan Shalat Lima Waktu" width="320" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Keutamaan Shalat Lima Waktu</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Allah ta'ala berfirman</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.</em> (QS. Hud: 114)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Laksanakanlah shalat secara sempurna pada permulaan siang dan sore, serta pada waktu malam. Sesungguhnya, perbuatan baik itu menghapus dosa yang telah lalu dan menghilangkan bekas-bekasnya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Perintah mendirikan shalat dan penjelasan bahwa kebaikan itu menghapus keburukan merupakan nasihat bagi orang yang sadar dan ingat.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br />Hadits</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, <em>"Apa pendapat kalian jika ada sungai di depan pintu (rumah) seseorang diantara kalian. Ia mandi di situ lima kali setiap hari. Apakah tersisa kotorannya sedikit pun?" Para sahabat menjawab, "Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya." Beliau bersabda, "Itulah perumpamaan shalat lima waktu. Dengannya, Allah akan menghapus banyak kesalahan."</em> (HR. Bukhari no 525 & Muslim no 667)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br />Hadits</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, <em>"Shalat lima waktu, Jum'at ke Jum'at, Ramadhan ke Ramadhan; adalah penghapus dosa antara keduanya, jika dosa-dosa besar dijauhi."</em> (HR. Muslim 233)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> KEUTAMAAN SHALAT LIMA WAKTU</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Menghapuskan banyak dosa</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL #43</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 133 - 134. Penerbit Aqwam)</div>

Keutamaan Shalat Lima Waktu

Keluarga Dakwah - Keutamaan Shalat Lima Waktu Allah ta'ala berfirman وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ الل...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Doa Diantara Azan dan Iqomah

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://2.bp.blogspot.com/-yH7eFX0z8Kc/XFAfvCsU2pI/AAAAAAAACUg/9OHpSJhRD8QC6AmkGwB1wVYgLUcEi4AdwCLcBGAs/s1600/t35.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Doa Diantara Azan dan Iqomah" border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="266" src="https://2.bp.blogspot.com/-yH7eFX0z8Kc/XFAfvCsU2pI/AAAAAAAACUg/9OHpSJhRD8QC6AmkGwB1wVYgLUcEi4AdwCLcBGAs/s400/t35.jpeg" title="Keutamaan Doa Diantara Azan dan Iqomah" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Keutamaan Doa Diantara Azan dan Iqomah</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadits</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, <em>"Doa diantara azan dan iqomah tidak akan ditolak.</em>" (HR. Abu Daud no 521 dan At-Tarmidzi no 212)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadits</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,<em> "Doa diantara azan dan iqomah tidak akan ditolak."</em> Para sahabat lalu bertanya,<em> "Lalu apa yang harus kami ucapkan, wahai Rasulullah?" </em>Beliau menjawab,<em> "Mintalah kesehatan di dunia dan di akhirat."</em> (Sunan At-Tirmidzi no 3943)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> KEUTAMAAN BERDOA DIANTARA AZAN DAN IQOMAH</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Doanya mustajab (tidak akan ditolak)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 41</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 131. Penerbit Aqwam)</div>

Keutamaan Doa Diantara Azan dan Iqomah

Keluarga Dakwah - Keutamaan Doa Diantara Azan dan Iqomah Hadits Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shala...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Shalat

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://3.bp.blogspot.com/-DB4KW5gcspM/XFAgU4E9PlI/AAAAAAAACUs/26Gr-adRVdkRsdFdOUj2GmuA8Co19wGNwCLcBGAs/s1600/t36.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Shalat" border="0" data-original-height="580" data-original-width="1024" height="226" src="https://3.bp.blogspot.com/-DB4KW5gcspM/XFAgU4E9PlI/AAAAAAAACUs/26Gr-adRVdkRsdFdOUj2GmuA8Co19wGNwCLcBGAs/s400/t36.jpg" title="Keutamaan Shalat" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Keutamaan Shalat</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Allah ta'ala berfirman</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.</em> (QS. Surat Al-'Ankabut :45)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Bacalah dan amalkanlah Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu. Laksanakanlah shalat sesuai dengan aturan-aturannya. Sesungguhnya menjaga shalat dapat dapat mencegah pelakunnya dari perbuatan maksiat dan mungka. Hal itu karena orang yang mendirikan shalat dengan menyempurnakan rukun dan syarat-syaratnya maka hatinya akan tenang, imannya bertambah, cintanya kepada kebaikan menguat dan cintanya kepada kajahatan berkurang bahkan menghilang.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Zikir kepada Allah dalam shalat lebih agung dan utama daripada apapun. Allah Maha Mengetahui kebaikan dan kejahatan yang kalian perbuat. Maka dari itu, Allah akan memberika balasan atas perbuatan kalian dengan balasan yang paling sempurna. Dia pasti akan mendapatinya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Allah ta'ala berfirman</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ<br />الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.</em> (QS. Al-Mu'minun: 1-2)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sungguh beruntung orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan perintah-Nya. Diantara sifatnya adalah mereka khusuk dalam shalat, hatinya fokus dan anggota tubuhnya tenang.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadits</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Ibnu Umar radhiallahu 'anhu berkata, Aku mendengar Rasulullahu shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, <em>"Sesungguhnya, islam itu dibangun atas lima perkara, yaitu (1) shahadat bahwa tidak ada ilah (yang berhak diibadahi)kecuali Allah, (2) mendirikan shalat, (3) membayar zakat, (4) puasa ramadhan, (5) haji ke Baitullah."</em> (HR. Bukhari no 8 dan Muslim no15, 22)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> KEUTAMAAN SHALAT</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Mencegah perbuatan keji dan mungkar</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Merupakan salah satu pondasi islam</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 42</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 132 - 133. Penerbit Aqwam)</div>

Keutamaan Shalat

Keluarga Dakwah - Keutamaan Shalat Allah ta'ala berfirman وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي ...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Menjawab Azan

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-bv6pi1BrekI/XFAge80XujI/AAAAAAAACUw/yfh-vEboAOMb9hCAdfc7Sn8AJfEtVAlGwCEwYBhgL/s1600/t37.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Shalat" border="0" data-original-height="580" data-original-width="1080" height="213" src="https://1.bp.blogspot.com/-bv6pi1BrekI/XFAge80XujI/AAAAAAAACUw/yfh-vEboAOMb9hCAdfc7Sn8AJfEtVAlGwCEwYBhgL/s400/t37.jpg" title="Keutamaan Shalat" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Keutamaan Menjawab Azan</div> <br /> <div style="text-align: justify;">  Hadits</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Abdulah bin Amr bin Ash ra, meriwayatkan bahwa ia mendengar Nabi bersabda, <em>"Apabila kalian mendengar muazin mengumandangkan azan maka ucapkanlah seperti yang ia ucapkan kemudian bershalawatlah kepadaku. Sesungguhnya, siapa yang bershalawat kepadaku suatu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian, mintalah untukku al-wasilah. Ia adalah sepuluh kali. Kemudian, mintalah untukku al-wasilah. Ia adalah sebuah kedudukan di surga yang tidak patut (diduduki), kecuali bagi hamba di antara para hamba Allah. Dan aku berharap, akulah hamba tersebut. Barang siapa memintaku aku al-wasiila maka syafaatku halal baginya.</em> (HR. Muslim no 384)</div> <br /> <div style="text-align: justify;">  Hadits</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Jabir bin Abdullah ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, <em>"Barangsiapa siapa setelah mendengar seruan azan membaca doa (yang artinya): 'Ya Allah, Rabb seruan yang sempurna ini dan shalat yang akan didirikan, karuniakanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan, serta tempatkanlah beliau di tempat yang terpuji seperti yang Engkau janjikan kepadanya,' maka dihalalkan baginya syafaatku pada hari kiamat kelak."</em> (HR. Bukhari no 614)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadits</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Saad bin Abu Waqash ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, <em>"Barang siapa ketika mendengar muazin mengucapkan, 'Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah(yang berhak diibadahi), kecuali Allah semata; tiada sekutu bagi-Nya. Dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Aku ridha Allah sebagai Rabb, Muhammad sebagai Rasul, dan Islam sebagai agama,' maka dosa-dosanya diampuni."</em> (HR. Muslim no 386)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Keutamaan Menjawab Azan</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Mendapat syafaat dari Rasulullah</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL#40</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILLAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 129 - 130)</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div>

Keutamaan Menjawab Azan

Keluarga Dakwah - Keutamaan Menjawab Azan  Hadits Abdulah bin Amr bin Ash ra, meriwayatkan bahwa ia mendengar Nabi bersabda, "...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Azan

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://4.bp.blogspot.com/-HIoWowaeUv8/XFAhHCdtOkI/AAAAAAAACU8/4M6eX00KHA0hcz2oy1W0wy7OJUY2Zr0twCLcBGAs/s1600/t38.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Azan" border="0" data-original-height="360" data-original-width="646" height="222" src="https://4.bp.blogspot.com/-HIoWowaeUv8/XFAhHCdtOkI/AAAAAAAACU8/4M6eX00KHA0hcz2oy1W0wy7OJUY2Zr0twCLcBGAs/s400/t38.jpg" title="Keutamaan Azan" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Keutamaan Azan</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Adbullah bin Abdurrahman meriwayatkan bahwa Abu Said Al-Kudri radhiallahu 'anhu berkata kepadanya, <em>"Aku melihatmu suka kambing dan padang pasir. Jika kamu sedeng mengembalakan kambing atau berada di padang pasir lalu mengumandangkan azan shalat maka keraskanlah suara azanmu. Sesungguhnya tidak ada jin, manusia dan apapun yang mendengar suaramu melainkan akan menjadi saksi pada hari kiamat (atas azan yang kamu kumandangkan)."</em> Abu said berkata, <em>"Aku mendengar itu dari Rasulullah."</em> HR Bukhari no 609</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,<em> "Andaikan manusia mengetahui pahala dalam azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak bisa mendapatkan hal itu kecuali harus mengundinya, Niscaya mereka akan mengundinya."</em> HR. Bukhari no 615 dan Muslim no 437</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu 'anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, <em>"Para Muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat."</em> HR. Muslim no 387</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> KEUTAMAAN AZAN</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Seluruh makhluk menjadi saksi bagi muadzin pada hari kiamat</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Para muadzin makhluk yang paling panjang lehernya pada hari kiamat</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 39</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 128 - 129. Penerbit Aqwam)</div>

Keutamaan Azan

Keluarga Dakwah - Keutamaan Azan Hadist Adbullah bin Abdurrahman meriwayatkan bahwa Abu Said Al-Kudri radhiallahu 'anhu berkata...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Siwak

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://2.bp.blogspot.com/-jdxfe7v0uFs/XFAhz_AAPqI/AAAAAAAACVE/F9WNcSX1l_QykEQvIQLoO3W3T2h8pC9MgCLcBGAs/s1600/t39.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Siwak" border="0" data-original-height="183" data-original-width="275" height="266" src="https://2.bp.blogspot.com/-jdxfe7v0uFs/XFAhz_AAPqI/AAAAAAAACVE/F9WNcSX1l_QykEQvIQLoO3W3T2h8pC9MgCLcBGAs/s400/t39.jpg" title="Keutamaan Siwak" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Keutamaan Siwak</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, <em>"Andai aku tidak (khawatir) memberatkan umatku atau manusia, niscaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali hendak shalat."</em><br />Shahih Ibnu Hiban XV/562, (7078)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, <em>"Andai aku tidak (khawatir) memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka berwudhu setiap kali hendak shalat atau bersiwak setiap kali berwudhu dan mengakhirkan shalat Isya sampai sepertiga malam."</em> Musnad Ahmad III/86, (7513,7504) Hadis hasan.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Abdurrahman bin Atiq berkata,: Aku mendengar ayahku berkata,Aku mendengar Aisyah radhiallahu 'anha menceritakan, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, <em>"Siwak itu membersihkan mulut dan menyebabkan keridhaan Allah."</em> Shahih Ibnu Hiban III/1067.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> KEUTAMAAN BERSIWAK</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sunnah Rasulullah</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Membersihkan mulut dan menyebabkan keridhaan Allah.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 38</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 126 - 127. Penerbit AAqwam)</div>

Keutamaan Siwak

Keluarga Dakwah - Keutamaan Siwak Hadist Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Shalat Setelah Berwudhu

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://4.bp.blogspot.com/-0YqKVKo0dlU/XFAiOQnbypI/AAAAAAAACVU/QnZba6bW7Jc34MAhHNWjolH4kHoUhsGHgCLcBGAs/s1600/t40.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Shalat Setelah Berwudhu" border="0" data-original-height="183" data-original-width="275" height="266" src="https://4.bp.blogspot.com/-0YqKVKo0dlU/XFAiOQnbypI/AAAAAAAACVU/QnZba6bW7Jc34MAhHNWjolH4kHoUhsGHgCLcBGAs/s400/t40.jpg" title="Keutamaan Shalat Setelah Berwudhu" width="400" /></a></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Keutamaan Shalat Setelah Berwudhu</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Uqbah bin Amir radhiallahu 'anhu berkata, <em>"Kami pernah menjaga unta-unta kami secara bergiliran, lalu tibalah giliranku. Lantas, aku membawa unta-unta itu pulang pada sore hari. Selanjutnya, aku datang ke majelis Rasulullah. Aku melihat Rasulullah berdiri sembari berkhutbah di hadapan manusia. Aku mendapati beliau bersabda, Tidaklah seseorang muslim berwudhu secara sempurnakemudian berdiri menunaikan shalat dua rakakat dengan hati dan wajahnya (tenang dan khusyuk), melainkan wajib baginya syurga."</em> (HR. Muslim no 234)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Humran, hamba sahaya ussman radhiallahu 'anhu, melihat Usman bin Affan meminta bejana lalu menuangkan airnya pada kedua telapak tangannya tiga kali berturut-turut lalu membasuhnya. Ia kemudian memasukkah tangan kanannya kedalam bejana. Ia berkumur-kumur dan memasukkan air kedalam hidung lalu mengeluarkannya. Ia kemudian membasuh wajahnya tiga kali dan membasuh tangannya sampai siku tiga kali berturut-turut. Ia kemudian mengusap kepalanya lalu membasuh kakinya tida kali berturut-turut sampai mata kaki. Humran berkata bahwa Rasulullah shalallahu "alaihi wa sallah bersabda,<em> "Barang siapa berwudh seperti wudhuku ini kemudian shalat dua rakaat, dalam shalat itu ia tidak berbicara kepada dirinya(khusyuk), maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu."</em> (HR. Bukhari no 159 dan Muslim no 226)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Usman radhiallahu 'anhu berkata, Aku mendengar Rasulullah shalallahu "alaihi wa sallam bersabda, <em>"Tidaklah seorang muslim berwudhu secara sempurna lalu mendirikan shalat, Melainkan Allah akan mengampuni dosanya antara (shalat( itu dan shalat berikutnya.</em>" (HR. Bukhari no 160 dan Muslim no 227)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;">  Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Buraudah radhiallahu "anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah mendengar gemerisik di depan pintunya. Beliau lalu bertanya, <em>"Siapa ini?"</em> Mereka menjawab, <em>"Bilal"</em> Beliau lalu memberitahukan hal ini kepada Bilal dan bertanya, <em>"Dengan apa engkau mendahuluiku ke surga?"</em> Bilal menjaawab, <em>Wahai Rasulullah, setiap berhadas, aku selalu berwudhu. setiap kali telah berwudhu, aku melihat bahwa Allah memiliki hak atas diriku shalat dua rakaat."</em> Beliau bersabda, <em>"Oh... Dengan itu."</em> HR. Ibnu Hiban XV/562 (7087)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Keutamaan Shalat Setelah Berwudhu</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Surga wajib baginya</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diampuni dosanya yang telah berlalu</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diampuni dosanya antara shalat itu dan shalat berikutnya</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dengannya, Bilal menjadi mendahului Rasulullah di surga</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 36</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 124 - 126. Penerbit Aqwam)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> JALINAN KELUARGA DAKWAH</div>

Keutamaan Shalat Setelah Berwudhu

Keluarga Dakwah - Keutamaan Shalat Setelah Berwudhu Hadist Uqbah bin Amir radhiallahu 'anhu berkata, "Kami pernah menjag...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Doa Setelah Berwudhu

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://3.bp.blogspot.com/-0ZM40XlBzB0/XFAjARbSmMI/AAAAAAAACVg/JB-7xmJWlQ4wUIksm4T1oZgKm7VMP2bhACLcBGAs/s1600/t41.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Doa Setelah Berwudhu" border="0" data-original-height="500" data-original-width="800" height="250" src="https://3.bp.blogspot.com/-0ZM40XlBzB0/XFAjARbSmMI/AAAAAAAACVg/JB-7xmJWlQ4wUIksm4T1oZgKm7VMP2bhACLcBGAs/s400/t41.jpg" title="Keutamaan Doa Setelah Berwudhu" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Keutamaan Doa Setelah Berwudhu</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br />Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Umar radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidakkah seseorang dari kalian berwudhu secara sempurna, lalu mengucapkan,</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> اَشْهَدُ اَنْ لَااِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهٗ وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهٗ وَرَسُوْلُهٗ</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (aku bersaksi bahwa tiada illah yang berhak disembah", kecuali Allah semata dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusa-Nya), Melainkan kelak akan dibukakan untuknya delapan pintu syurga. Ia dipersilahkan untuk masuk melalui pintu mana saja yang ia sukai." (HR, Muslim no 34)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br />Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Uqbah bin Amir radhiallahu 'anhu berkata, "Kami pernah bersama Rasulullah dan masing-masing dari kami mengkhidmatkan diri menjaga unta. Aku kemudian membawa unta-unta tersebut pulang pada sore hari. Selanjutnya, aku datang ke majelis Rasulullah. Aku kemudian melihat Rasulullah sedang berkhutbah dihadapan manusia. Aku mendengar beliau bersabda, "Tidaklah seseorang dari kalian berwudhu secara sempurna lalu menunaikan shalat dua rakaat dengan hati dan wajahnya (dengan tenang dan khusuk) maka baginya surga." Lalu aku berkata, "Wah... wah..., Alangkah mudah dan agungnya amalan pahala ini. lalu seseorang dihadapanku berkata, "Amal sebelumnya jauh lebih mudah dan agungnya."</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Aku melihat orang itu, ternyata ia adalah Umar bin Khathab. Aku pun bertanya kepadanya, "Apa itu wahai Abu Hasfh?" Ia menjawab, "Tadi, sebelum engkau datang, beliau bersabda, "Tidaklah seseorang dari kalian berwudhu secara sempurna, lalu mengcapkan,</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> اَشْهَدُ اَنْ لَااِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهٗ وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهٗ وَرَسُوْلُهٗ</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (aku bersaksi bahwa tiada illah yang berhak disembah", kecuali Allah semata dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusa-Nya), melainkan kelak akan dibukakan untuknya delapan pintu syurga. Ia dipersilahkan masuk melalui pintu mana saja yang ia sukai," (HR. Musnad Abu 'Awanah no 465 dan muslim no 576)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Keutamaan Doa Setelah Berwudhu</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dibukakan delapan pintu surga dan dipersilahkan masuk dari pintu mana saja</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 36</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 122 - 124. Penerbit Aqwam)</div>

Keutamaan Doa Setelah Berwudhu

Keluarga Dakwah - Keutamaan Doa Setelah Berwudhu Hadist Umar radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi ...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Menyempurnakan Berwudhu

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://3.bp.blogspot.com/-AM5lZDhiI9A/XFAjTQOyq9I/AAAAAAAACVo/3ah00mnLu4cE6NX4J6DaL2F3T2Ei20SQACLcBGAs/s1600/t42.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Menyempurnakan Berwudhu" border="0" data-original-height="330" data-original-width="580" height="227" src="https://3.bp.blogspot.com/-AM5lZDhiI9A/XFAjTQOyq9I/AAAAAAAACVo/3ah00mnLu4cE6NX4J6DaL2F3T2Ei20SQACLcBGAs/s400/t42.jpg" title="Keutamaan Menyempurnakan Berwudhu" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Keutamaan Menyempurnakan Berwudhu</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <br />Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Abu Huroirah radhiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Maukah kalian aku beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa dan meninggikan derajat kalian?" Para sahabat menjawab, "Mau, wahai Rasulullah." Beliau kemudian bersabda, "Yaitu dengan menyempurnakan wudhu saat kondisi tidak menyenangkan (seperti cuaca sangat dingin, panas dan yang lainnya), banyak melangkah menuju masjid dan menunggu waktu shalat setelah shalat. Yang demikian itu adalah Ribath."</em> (HR. Muslim no 251)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Maukah kalian aku beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah akan menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat? Yaitu dengan menyempurnakan wudhu saat kondisi tidak menyenangkan (seperti cuaca sangat dingin, panas dan lainnya), banyak melangkah menuju masjid dan menunggu waktu shalat setelah shalat. Yang demikian itu adalah ikatan (perjajian), yang demikian itu adalah ikatan (perjanjian), yang demikian itu adalah ikatan (perjanjian) dan yang demikian itu adalah ribath."</em> HR. Ibnu Hiban no III/313, (1038)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhu bahwa Nabi bersabda, "Maukah kalian aku beritahu tentang sesuatu yang dengannya Allah akan menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat kalian?" Para sahabat menjawab, "Mau, wahai Rasulullah." Beliau kemudian bersabda, "Yaitu dengan menyempurnakan wudhu saat kondisi tidak menyenangkan (seperti cuaca sangat dingin, panas dan lainnya), banyak melangkah menuju masjid dan menunggu waktu shalat setelah shalat. Yang demikian itu adalah Ribath."</em> HR. Ibnu Hiban no III/14 (1039)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Keutamaan Menyempurnakan Berwudhu</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Menghapus dosa dan meninggikan derajat</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 35</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 121 - 122. Penerbit Aqwam.)</div>

Keutamaan Menyempurnakan Berwudhu

Keluarga Dakwah - Keutamaan Menyempurnakan Berwudhu Hadist Abu Huroirah radhiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalall...

Baca selengkapnya »

Mendahulukan Bagian Kanan dalam Berwudhu

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-mIRQy_sOdSo/XFAj_P-R70I/AAAAAAAACV0/lUhQ61hzwccwPnV1qKbKVftxh69E8VpsQCLcBGAs/s1600/t43.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Mendahulukan Bagian Kanan dalam Berwudhu" border="0" data-original-height="354" data-original-width="750" height="188" src="https://1.bp.blogspot.com/-mIRQy_sOdSo/XFAj_P-R70I/AAAAAAAACV0/lUhQ61hzwccwPnV1qKbKVftxh69E8VpsQCLcBGAs/s400/t43.jpg" title="Mendahulukan Bagian Kanan dalam Berwudhu" width="400" /></a></div> Keluarga Dakwah - Mendahulukan Bagian Kanan dalam Berwudhu<br /> <br /> Hadits<br /> <br /> Aisyah radhiallahu 'anha berkata, "Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam sangat menyukai mendahulukan bagian kanan dalam memakai sandal, berjalan, wudhu dan dalam semua urusannya," (Musnad Ahmad: VII/453 (22378/22737) hadis shahih.<br /> <br /> <br /> <br /> Keutamaan Mendahulukan Bagian Kanan dalam Berwudhu<br /> <br /> Sunnah Rasulullah<br /> <br /> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 34<br /> <br /> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 120. Penerbit Aqwam)

Mendahulukan Bagian Kanan dalam Berwudhu

Keluarga Dakwah - Mendahulukan Bagian Kanan dalam Berwudhu Hadits Aisyah radhiallahu 'anha berkata, "Nabi Shalallahu 'ala...

Baca selengkapnya »

Tabi'n yang Diberi Julukan As-Sujud

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-vLn9Yq9dxyI/XFAkw0lb8aI/AAAAAAAACV8/oACl1rsLtQISogQBCk2HiQe_-T_hykEHACLcBGAs/s1600/sju.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tabi'n yang Diberi Julukan As-Sujud" border="0" data-original-height="600" data-original-width="900" height="266" src="https://1.bp.blogspot.com/-vLn9Yq9dxyI/XFAkw0lb8aI/AAAAAAAACV8/oACl1rsLtQISogQBCk2HiQe_-T_hykEHACLcBGAs/s400/sju.jpg" title="Tabi'n yang Diberi Julukan As-Sujud" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Tabi'in yang Diberi Julukan As-Sujud</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Nama sebenarnya adalah Ali bin al-Husein bin Ali bin Abi Thalib, neneknya adalah Fatimah az-zahra binti Rasulillah, terkadang ia disebut dengan Nama Abu Husein atau Abu Muhammad, sedangkan nama panggilannya adalah Zainal abidin dan As-Sajad, karena kebanyakan melakukan shalat dimalam hari dan di siang hari.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em><strong>Perjalanan hidupnya.</strong></em></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diriwayatkan bahwa Ia menerima beberapa orang tamu dari Irak, lalu membicarakan Abu Bakar, Umar dan Utsman tentang sesuatu yang buruk terhadapnya, dan ketika mereka selesai bicara, maka ia berkata,<em>”Apakah kalian termasuk kaum muhajirin yang didalam Alquran surat al-Hasyr: 8 yang menegaskan ‘Mereka yang diusir dari kampung halaman dan dipaksa meninggalkan harta benda mereka, hanya karena mereka ingin memperoleh karunia Allah dan keridhaan-Nya?”’</em> Mereka menjawab, <em>”Bukan…!”</em></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>”Apakah kalian termasuk kaum Anshar yang dinyatakan dalam Alquran surat al-Hasyr 97: ‘Mereka yang tinggal di Madinah dan telah beriman kepada Allah sebelum kedatangan kaum Muhajirin. Mereka itu mencintai dan bersikap kasih sayang kepada orang-orang yang datang berhijrah kepada mereka, dan mereka tidak mempunyai pamrih apa pun dalam memberikan bantuan kepada kaum Muhajirin. Bahkan mereka lebih mengutamakan orang-orang yang hijrah daripada diri mereka sendiri, kendatipun mereka berada dalam kesusahan?”’ ”Bukan…!”</em></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Kalau begitu berati kalian menolak untuk tidak termasuk ke dalam salah satu dari kedua golongan tersebut. Selanjutnya ia berkata” Aku bersaksi bahwa kalian bukanlah orang yang dimaksud dalam firman allah, “”Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.” (Qs. Al Hasyr:10). Maka keluarlah kalian dari rumahku, niscaya Allah murka kepada kalian”.</em></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Ali bin al Husein Zainal ‘Abidin dianggap sebagai ulama yang paling masyur di Madinah dan pemimpin ulama tabi’in di sana. Hal ini keterangan yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah, dan yang diriwayatkan Ibnu Abbas.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Kurang lebih 30 tahun Zainal Abidin bergiat mengajar berbagai cabang ilmu agama Islam di Masjid Nabawi di Madinah. Sikap tidak berpihak pada kelompok mana pun tersebut mengundang simpati dari semua kelompok yang bertikai. Zainal Abidin disegani oleh segenap kaum Muslimin baik kawan maupun lawan.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Pada zamannya, Zainal Abidin diakui masyarakat Muslimin sebagai ulama puncak dan kharismatik. Ia sangat dihormati, disegani, dan diindahkan nasihat-nasihatnya. Kenyataan itu tidak hanya karena kedalaman ilmu pengetahuan agamanya, tidak pula karena satu-satunya pria keturunan Rasulullah, tetapi juga karena kemuliaan akhlak dan ketinggian budi pekertinya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Salah seorang Putera ‘Amar bin Yasir meriwayatkan bahwa: pada suatu hari Ali bin Husein kedatangan suatu kaum, lalu beliau menyuruh pembantunya untuk membuatkan daging panggang, Kemudian pembantu itu dengan terburu buru sehingga besi untuk membakar daging terjatuh mengenai kepala anak Alin bin usein yang masih kecil sehingga anak tersebut meninggal. Maka Ali berkata kepada pembantunya,’ kamu kepanasan, sehingga besi itu jatuh’. Setelah itu beliau sendiri mempersiapkan untuk memakamkan anaknya.”. Menunjukan kesabaran dan kepasrahan beliau, dimana seorang pembantu telah menyebabkan kematian anaknya. sehingga ia membalas kejelekan dengan suatu kebaikan.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sebuah keterangan yang diriwayatkan oleh Hisyam bin Abdul Malik ketika ia sedang menunaikan ibadah haji sebelum diangkat menjadi Khalifah, ia berusaha untuk mencium hajar aswad tetapi ia tidak mampu melakukannya, kemudian datang Ali bin Husein hendak mencium hajar aswad juga sehingga orang orang disekitarnya menyingkir dan berhenti lalu beliau menciumnya. Kemudian orang orang bertanya kepada Hisyam siapa orang itu?, dia menjawab aku tidak mengenalnya. Maka seseorang berkata” Aku mengenalnya, dia adalah Ali bin al Husein.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Para ulama sepakat bahwa Ali bin al Husein ini anak paling kecil dari Husein yang selamat, sedangkan kakak kakaknya dan kedua orang tuanya terbunuh sebagai syuhada. Zainal Abidin kecil selamat dari pembunuhan keluarga Rasulullah, ketika itu ia sedang terlentang diatas tempat tidur karena sakit, sehingga keadaanya luput dari pembunuhan, saat itu usianya 23 tahun. Allah melindungi dan menyelamatkannya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Ia wafat pada tahun 74 H di Madinah dalam usia 58 tahun dan dimakamkan di Baqi. Riwayat lain dikatakan ia wafat pada tahun 93 H dalam usia 57 tahun.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Diringkas dari Biografi Ali bin Husein dalam kitab Al ‘ilmu wa al Ulama Karya Abu Bakar al Jazairy. Penerbit Daar al Kutub as Salafiyyah. Cairo. ditulis tanggal 5 Rab’ul Awal di Madinah al Nabawiyah.</div>

Tabi'n yang Diberi Julukan As-Sujud

Keluarga Dakwah - Tabi'in yang Diberi Julukan As-Sujud Nama sebenarnya adalah Ali bin al-Husein bin Ali bin Abi Thalib, neneknya a...

Baca selengkapnya »

Waktu-Waktu Membaca Istighfar

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://4.bp.blogspot.com/-isoZ9hJ4jzc/XFAlnme7VDI/AAAAAAAACWM/SKdKW-T741sNNWM2AZ9t8Eg6xsD5xiSWwCLcBGAs/s1600/f45.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Waktu-Waktu Membaca Istighfar" border="0" data-original-height="335" data-original-width="585" height="228" src="https://4.bp.blogspot.com/-isoZ9hJ4jzc/XFAlnme7VDI/AAAAAAAACWM/SKdKW-T741sNNWM2AZ9t8Eg6xsD5xiSWwCLcBGAs/s400/f45.jpg" title="Waktu-Waktu Membaca Istighfar" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Waktu-Waktu Membaca Istighfar<br /><br />Istighfar Muthlaq : adalah bacaan istighfar yang diucapkan kapan saja, di mana saja, dan dalam keadaan apa saja. Berkata al-Hasan al-Bashri :<br /><br />أكثروا من الاستغفار في بيوتكم ، وعلى موائدكم ، وفي طرقكم ، وفي أسواقكم ، وفي مجالسكم ، أينما كنتم فإنكم ما تدرون متى تنزل المغفرة.<br /><br /><em>   “ Perbanyaklah al-Istighfar di rumah-rumah, di atas meja-meja makan, di jalan-jalan, di pasar-pasar, di pertemuan-pertemuan, di mana saja kalian, sesungguhnnya kalian tidak mengetahui kapan turunnya ampunan.”</em><br /><br />Adapun Istighfar Muqayyad adalah bacaan istighfar yang dibaca pada waktu-waktu tertentu sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam al-Qur’an dan Sunnah. Diantara waktu-waktu itu adalah sebagai berikut :<br /><br /><em><strong>  Pertama :</strong></em> Pada Sepertiga Malam Terakhir Dan Waktu Sahur.<br /><br />Seorang muslim dianjurkan untuk bangun pada waktu sahur, kemudian sholat malam dan beristighfar meminta ampun kepada Allah atas segala dosa-dosanya.  Ini sesuai dengan firman Allah :<br /><br />الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ<br /><br /><em> “ (Yaitu) orang-orang yang sabar, yang jujur, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.”</em>( Qs Ali Imran : 17)<br /><br />`Di dalam ayat lain juga disebutkan ciri orang bertaqwa adalah yang senantiasa beristighfar pada waktu sahur, Allah berfirman :<br /><br />وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ<br /><br /><em> “ Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”</em> ( Qs. adz-Dzariyat : 18 )<br /><br />Ketika anak-anak nabi Ya’qub meminta kepada beliau agar dosa-dosa mereka dimaafkan oleh Allah, maka beliau mengundurkan untuk memohon kepada Allah sampai waktu sahur. Allah berfirman :<br /><br />قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ<br /><br /><em> “  Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku (nanti pada waktu sahur ). Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"</em>.( Qs. Yusuf : 98 )<br /><br />Hal ini dikuatkan dengan hadist Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :<br /><br />يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرِ، يَقولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ<br /><br /><em> "Tuhan kami turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Dia berfirman, 'Siapa yang berdoa kepadaKu niscaya Aku menjawabnya. Siapa yang meminta kepadaKu niscaya Aku memberinya dan siapa yang memohon ampun kepadaKu niscaya Aku mengampuninya."</em> (HR al-Bukhari dan Muslim)<br /><br /><em><strong>  Kedua :</strong></em> Setelah Terlanjur Berbuat Dosa.<br /><br />Setiap orang yang sudah terlanjur berbuat dosa hendaknya segera meminta ampun kepada Allah, sebagaimana firman-Nya :<br /><br />وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُون<br /><br /><em>“ Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.</em> “ (QS Ali Imran : 135)<br /><br />Allah juga berfirman di ayat lain :<br /><br />وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا<br /><br />“<em> Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.</em>(Qs. an-Nisa’ : 110)<br /><br />Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :<br /><br />مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا، ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ، ثُمَّ يُصَلِّي، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ، ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ: ( وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُون(<br /><br />Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :<em> ” Tidak ada satupun seorang hamba yang berbuat suatu dosa, kemudian berdiri untuk mengambil air wudlu, kemudian melakukan sholat dan beristighfar untuk meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuni dosanya. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam membaca surat Ali Imran , ayat : 135, yang artinya: “ Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”</em>(  Hadits Hasan Riwayat at-Tirmidzi no : 3009, Abu Daud, no ; 1521)<br /><br /><em><strong>  Ketiga :</strong> </em>Ketika  Ruku’ Dan Sujud Dalam Sholat<br /><br />Di dalam hadist Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya beliau berkata :<br /><br />مَا صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةً بَعْدَ أَنْ نَزَلَتْ عَلَيْهِ إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ إِلَّا يَقُولُ فِيهَا سُبْحَانَكَ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي<br /><br /><em> “Tidaklah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat setelah turunnya surat ( Idza Ja-a Nashrullah wa al-Fath), kecuali membaca Subhanaka Rabbana wa bihamdika Allahummaghfirli (Maha Suci Rabb kami dan pujian kepada-Mu, ya Allah ampunilah aku)”</em>. ( HR al-Bukhari dan Muslim) Ini lafadh dari Imam an-Nawawi di dalam Riyadhu ash-Shalihin )<br /><br />Di dalam  lafadh Imam al-Bukhari disebutkan :<br /><br />كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي<br /><br /><em>“ Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak membaca dalam ruku’ dan sujudnya (Subhanakallahuma robbanaa wa bihamdika Allahummaghfirlii)”. (Maha Suci Engkau  ya Allah, Rabb kami dan pujian kepada-Mu, ya Allah ampunilah aku)”</em>.( HR al-Bukhari )<br /><br /><em><strong> Keempat :</strong> </em>Saat Duduk Diantara Dua Sujud<br /><br />Ini berdasarkan hadist Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma dalam kisahnya menginap dirumah bibinya yaitu Maimunah, beliau menceritakan sholatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam :<br /><br />كَانَ يَقُوْلُ بَيْنَ السَجْدَتَيْنِ رَبّ اغْفِرْ لِي وارْحَمْنِي واجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِني‏<br /><br /><em>“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  berdo’a antara dua sujud: “Ya Allah, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, tunjukkanlah aku.”</em>  (HR Abu Daud, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan al-Baihaqi dengan sanad jayyid)<br /><br /><em><strong>Kelima :</strong></em> Setelah Tasyahud Akhir Sebelum Salam<br /><br />Disunnahkan untuk membaca istighfar dalam sholat yaitu setelah membaca tasyahud akhir dan sebelum salam, saat-saat itu adalah waktu yang mustajab. Sebagaimana yang tersebut di dalam hadist Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu :<br /><br />وَعَنْ أَبِي بَكْرٍ اَلصِّدِّيقِ رضي الله عنه أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلَاتِي . قَالَ قُلْ : " اَللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا , وَلَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ , فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ , وَارْحَمْنِي , إِنَّكَ أَنْتَ اَلْغَفُورُ اَلرَّحِيمُ<br /><br /><em>“ Dari Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu bahwa dia berkata kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam: “ Ajarkanlah padaku doa yang aku baca dalam sholatku.”. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ucapkanlah : “ Ya Allah sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan kasihanilah diriku sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.</em>" ( HR al-Bukhari dan Muslim )<br /><br />Imam al-Bukhari di dalam Shahih-nya ( 1/166 ) meletakkan hadist ini di dalam Bab Doa Sebelum Salam.<br /><br />Di dalam hadist Ali bin Abu Thalib yang sangat panjang disebutkan :<br /><br />ثُمَّ يَكُونُ مِنْ آخِرِ مَا يَقُولُ بَيْنَ التَّشَهُّدِ وَالسَّلاَمِ :« اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ، وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ».<br /><br /><em>“ Kemudian doa terakhir yang beliau baca diantara tasyahud dan salam adalah ( Ya Allah ampunilah dosaku yang terdahulu dan yang kemudian, dosa yang tersembunyi dan yang nyata, dosa yang berlebih-lebihan dan dosa yang lebih Engkau ketahui daripada aku. Engkau yang terdahulu dan Engkau yang terakhir, tiada tuhan kecuali Engkau “</em> ( HR al-Bukhari dan Muslim )<br /><br /><em><strong>      Keenam :</strong></em> Ketika Selesai melaksanakan Shalat Wajib<br /><br />Disunnahkan untuk membaca istighfar setiap selesai melakukan sholat wajib, sebagaimana dalam hadist Tsauban radhiyallahu’anhu dia berkata :<br /><br />كَانَ رَسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاثَاً<br /><br /><em>“Rasulullah jika selesai melaksanakan shalat beristighfar tiga kali”.</em>( HR. Muslim ( 591 ) )<br /><br /><em><strong>  Ketujuh :</strong></em> Ketika Keluar Dari Kamar Mandi<br /><br />Disunnahkan ketika keluar dari kamar mandi untuk berdoa dengan mengucapkan istighfar, sebagaimana di dalam hadist Aisyah radhiyallahu’anha bahwasanya beliau berkata :<br /><br />كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا خَرَجَ مِنَ الْغَائِطِ قَالَ غُفْرَانَكَ<br /><br /><em>  “ Bahwa Nabi shalallahu ’alaihi wasallam jika keluar dari kamar mandi beliau membaca “ Ghufranaka “  ( Aku meminta ampunan-Mu, Ya Allah  )</em> ( HR. Abu Daud ( 30 ), at-Tirmidzi (7 ), Ibnu Majah ( 300 ), an-Nasai di dalam ‘amal al- yaum wa allailah (79) Ahmad (655) Ibnu Hibban (1444 ), al-Hakim (185), al-Baihaqi (470 ),  Berkata Ibnu Hajar di dalam Bulughu al-Maram ( 1/32 ) : “ Hadist ini dishahihkan oleh Abu Hatim dan al-Hakim. “ )<br /><br />Berkata Ibnu Qayyim di dalam Ighatsatu al-Lahfan min Mashoidi asy-Syaithan  ( 1/59 )  :<br /><br />وقريب من هذا : أنه كان إذا خرج من الخلاء قال : غفرانك وفي هذا من السر والله أعلم : أن النجو يثقل البدن ويؤذيه باحتباسه والذنوب تثقل القلب وتؤذيه باحتباسها فيه فهما مؤذيان مضران بالبدن والقلب فحمد الله عند خروجه على خلاصه من هذا المؤذي لبدنه وخفة البدن وراحته وسأل أن يخلصه من المؤذي الآخر ويريح قلبه منه ويخففه وأسرار كلماته وأدعيته فوق ما يخطر بالبال<br /><br /><em>“ Yang mirip seperti itu juga adalah bahwasanya Rasulullah shalallahu ’alaihi wasallam ketika keluar dari toilet beliau membaca : Ghufranaka ( Aku mohon ampunan-Mu ).</em> Hal ini mengandung suatu rahasia -  wallahu a’lam - bahwa kotoran memberatkan badan dan membuatnya sakit kalau masih tertahan di dalamnya, begitu juga dosa memberatkan jiwa dan menyakitkannya selama tertahan di dalamnya.<br /><br /><br /><br />Dua hal itu ( kotoran dan dosa ) menyakitkan dan membahayakan badan dan jiwa, maka dia akan memuji Allah saat keluar dari toilet karena telah selamat dari sesuatu yang membuat sakit badannya  sehingga badang menjadi ringan dan enaknya. Begitu juga dia memohon kepada Allah agar melepaskannya dari sesuatu yang mengganggu jiwanya supaya jiwanya menjadi tenang dan ringan. Rahasia-rahasia  sabdanya dan doa-doanya sungguh sangat banyak dari sekedar apa yang terpikir di dalam benak kita. “<br /><br /><em><strong>  Kedelapan :</strong></em> Setelah Menyelesaikan Wukuf di Arafah atau Mabit di Muzdalifah dalam Ibadah  Haji<br /><br />ثمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ<br /><br /><em>  “ Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “</em> ( Qs. al-Baqarah : 199)<br /><br />Berkata Syekh as-Sa’di di dalam tafsirnya ( 1/92 )<br /><br />أمر تعالى عند الفراغ منها باستغفاره والإكثار من ذكره، فالاستغفار للخلل الواقع من العبد، في أداء عبادته وتقصيره فيها، وذكر الله شكر الله على إنعامه عليه بالتوفيق لهذه العبادة العظيمة والمنة الجسيمة. وهكذا ينبغي للعبد، كلما فرغ من عبادة، أن يستغفر الله عن التقصير، ويشكره على التوفيق<br /><br /><em>“ Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan ketika selesai ( wukuf di mina atau mabit di muzdalifah ) untuk beristighfar dan memperbanyak dzikir. Adapun istighfar untuk menutupi kekurangan yang dilakukan hamba di saat  menjalan ibadah kepada-Nya dan ketika tidak melakukannya secara maksimal. Adapun berdzikir adalah sebagai bentuk syukur kepada-Nya atas nikmat taufik bisa menjalankan ibadah yang sangat agung ini. Dan beginilah seharusnya  yang dilakukan seorang hamba, setiap menyelesaikan suatu ibadah hendaknya beristighfar terhadap kekurangan dan bersyukur terhadap taufik dari Allah. “</em><br /><br /><em><strong>   Kesembilan :</strong></em> Setelah Mendapatkan Kemenangan dalam Peperangan<br /><br />Disunnahkan setelah memperoleh kemenagan di dalam perang apapun, untuk beristighfar kepada Allah atas segala dosa yang telah dilakukan selama berperang. Sebagaimana firman Allah :<br /><br />إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)<br /><br /><em> “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat” </em> ( Qs. an-Nashr 1-3)<br /><br />Kenapa ketika mendapatkan kemenangan dan keberhasilan, kita diperintahkan untuk mensucikan nama Allah seraya bertahmid memuji kebesaran Allah serta beristighfar memohon ampun atas segala dosa kita ?  Karena dalam perjalanan menuju kemenangan dan keberhasilan tersebut, seringkali kita melakukan kesalahan-kesalahan, baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja. Begitu juga kita dalam beramal dan beribadah untuk mencari ridha Allah tidaklah pernah sempurna, pasti ada kekurangan dan kekhilafannya. Oleh karenanya, kita beristighfar dari segala kekurangan tersebut.<br /><br /><em><strong>Kesepuluh :</strong></em> Pada sepuluh terakhir  bulan Ramadhan, khususnya pada malam Lailatul Qadr, sebagaimana di dalam hadist Aisyah radhiyallahu 'anha : :<br /><br />وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: - قُلْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ : أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ اَلْقَدْرِ, مَا أَقُولُ فِيهَا? قَالَ: " قُولِي: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي<br /><br /><em>   “ Dari 'Aisyah Radhiyallaahu 'anha bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: "Bacalah (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku)."</em> ( Berkata al-Hafidh Ibnu Hajar di dalam Bulughul Maram : Hadist  Riwayat Imam Lima selain Abu Daud. Hadits ini dishahihkan oleh at-Tirmidzi dan Hakim. )</div>

Waktu-Waktu Membaca Istighfar

Keluarga Dakwah - Waktu-Waktu Membaca Istighfar Istighfar Muthlaq : adalah bacaan istighfar yang diucapkan kapan saja, di mana saja, dan ...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Berwudhu

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://2.bp.blogspot.com/-bSSXs6WDcjo/XFEihJ1K9dI/AAAAAAAACXA/sIZnda7HjfIYgLivfgf-wBycnKQuFhHywCLcBGAs/s1600/t44.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Orang Yang Terluka Dijalan Allah" border="0" data-original-height="451" data-original-width="800" height="225" src="https://2.bp.blogspot.com/-bSSXs6WDcjo/XFEihJ1K9dI/AAAAAAAACXA/sIZnda7HjfIYgLivfgf-wBycnKQuFhHywCLcBGAs/s400/t44.jpg" title="Keutamaan Orang Yang Terluka Dijalan Allah" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Keutamaan Berwudhu</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b><i>Hadist</i></b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Abu Malik Al-Asy'ari radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahun'alaihi wa sallam bersabda, "Wudhu adalah sebagian dari iman, (ucapan) "Alhamdulillah" memenuhi timbangan, "subhannallah" dan (ucapan) "alhamdulillah" memenuhi antara lagit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, sabar adalah pelita, Al-Qur'an adalah hujjah bagimu (yang membelamu) ayau hujjah atas dirimu (yang mencelakakanmu). Semua manusia berangkat menjual dirinya. Ada yang membebaskan dirinya (dari kehinaan dan azab), ada juga yang menghancurkan dirinya."</em> (HR.Muslim 223)</div> <i><b><br /></b></i> <div style="text-align: justify;"> <i><b>Hadist</b></i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Abu Hurairh radhiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahun'alaihi wa sallam bersabda, "Jika seorang hamba muslim (mukmin) berwudhu kemudian ia membasuh wajahnya maka keluarlah dari wajahnya setiap kesalahan yang ia lihat dengan kedua matanya bersama air (tetes air yang terakhir).Jika ia membasuh kedua tangannya maka keluarlah setiap kesalahan yang dilakukan kedua tangannya bersama air (tetes air yang terakhir). Jika ia membasuh kedua kalinya maka keluarlah setiap kesalahan yang dilalui kakinya bersama air (tetes air yang terakhir). Sampai ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa."</em> (HR. Muslim 224)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b><i>Hadist</i></b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Ustman bin Affan radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahun'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa berwudhu secara sempurna maka keluarlah kesalahan-kesalahan dari jasadnya, sampai (semua kesalahan) itu keluar dari bawah kuku-kukunya."</em> (HR. Muslim no 245)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b><i> Hadist</i></b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahun'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya, umatku akan dipanggil pada hari kiamat nanti dalam keadaan dahi, kedua tangan, dan kaki bercahaya karena bekas wudhu. Maka dari itu, barang siapa diantara kalian yang mampu memperpanjang cahayanya, hendaklah ia melakukannya."</em> (HR. Bukhari no 136 dan Muslim no 246)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Tsuban Radhiallahu 'anhu berkata Bahwa Rasulullah bersabda, "Istiqomahlah. Kalian tidak akan mencapai hakikat istiqamah, kecuali berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya. Ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah shalat; tidak ada orang yang selalu menjaga wudhu, kecuali orang yang beriman."</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <b><br /></b> <div style="text-align: justify;"> <b>Keutamaan Wudhu</b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sebagian iman</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Membersihkan diri dari dosa</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dahi, tangan, dan kaki bercahaya pada hari kiamat</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Menjadi ciri orang yang beriman.</div> <b><br /></b> <div style="text-align: justify;"> </div> <b><br /></b> <div style="text-align: justify;"> <b>SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 33</b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 118 - 120. Penerbit Aqwam)</div>

Keutamaan Berwudhu

Keluarga Dakwah - Keutamaan Berwudhu Hadist Abu Malik Al-Asy'ari radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahun...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Thaharah (Bersuci)

<div style="text-align: justify;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-j6_JFqSlqeg/XFEjUg_yC-I/AAAAAAAACXI/G_enZxJ5CpkC4BmcWlG0T1fm9HFRlS2ygCLcBGAs/s1600/t42.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Orang Yang Terluka Dijalan Allah" border="0" data-original-height="330" data-original-width="580" height="227" src="https://1.bp.blogspot.com/-j6_JFqSlqeg/XFEjUg_yC-I/AAAAAAAACXI/G_enZxJ5CpkC4BmcWlG0T1fm9HFRlS2ygCLcBGAs/s400/t42.jpg" title="Keutamaan Orang Yang Terluka Dijalan Allah" width="400" /></a></div> Keluarga Dakwah - Keutamaan Thaharah (Bersuci)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> BAB KEUTAMAAN IBADAH</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Allah ta'ala berfirman:</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا ۚ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ<br /> أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَىٰ تَقْوَىٰ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَىٰ شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ<br /> لَا يَزَالُ بُنْيَانُهُمُ الَّذِي بَنَوْا رِيبَةً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَّا أَنْ تَقَطَّعَ قُلُوبُهُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana</em>. (QS. At-Taubah: 108 - 110)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Orang-orang munafik membangun masjid justru untuk membahayakan orang-orang beriman, mendustakan Allah, dan memecah belah kaum muslimin, supaya sebagian kaum muslimin shalat di masjid tersebut dan meninggalkan masjid Quba tempat shalat kaum muslimin. Akibatnya, kaum muslimin berselisih dan berpecah belah karenanya. Mereka pun menanti orang-orang berselisih dan berpecah belah karenanya. Mereka pun menanti orang-orang yang akan memerangi Allah dan Rasul-Nya, yaitu Abu Amir Ar-Rahib Al-Fasiq agar masjid tersebut menjadi tempat makar terhadap kaum muslimin.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Biarlah orang-orang munafik itu bersumpah bahwa mereka membangun masjid tersebut hanya untuk kebaikan, berkasih sayang dengan kaum muslimin, dan memudahkan orang-orang yang tidak mampu pergi ke masjid Quba. Tetapi, Allah menyaksikan bahwa mereka berdusta dalam sumpahnya. Akhirnya, masjid masjid yang mereka bangun itu dirubuhkan dan dibakar.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Jangan berdiri untuk shalat di masjid tersebut, wahai Nabi. Masjid yang dibangun atas dasar taqwa sejak hari pertama (masjid Quba) itu lebih utama untuk engkau jadikan tempat shalat. Di masjid itu ada orang-orang yang senang membersihkan diri dari segala najis dan kotoran. Mereka juga memembersihkan diri dengan cara menjauhi dosa dan maksiat serta senantiasa beristighfar. Allah sangat mencintai orang-orang yang bersih.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Masjid Quba dibangun atas dasar takwa sejak hari pertama, demikian pula dengan masjid Rasulullah (Masjid Nabawi). Tentu berbeda antara orang yang membangun masjidnya atas dasar takwa, taat kepada Allah dan mencari ridha-Nya dengan orang yang membangun masjidnya di pinggir jurang yang hampir jatuh. Orang-orang munafik membangun masjid dengan maksud membahayakan dan mendustakan serta memecah belah kaum muslimin. Karena hal itulah mereka jatuh ke neraka jahannam. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zolim yang melanggar hukum-hukum-Nya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Allah ta'ala berfirman:</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَٰكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu hendak mendirikan shalat tetapi tidak dalam keadaan suci maka basuhlah wajah dan tanganmu sampai siku. Usaplah kepalamu. Basihlah kakimu sampai mata kaki. Jika kamu berhadas besar maka bersucilah dengan cara mandi (besar) sebelum shalat.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Jika kamu sedang sakit, dalam perjalanan, buang hajat(buang air kecil atau besar), Atau setelah mengetubuhi istri, akan tetapi tidak mendapatkan air maka tepuklah tanganmu ketanah dan usaplah wajahmu dan tanganmu dengannya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dalam masalah thaharah, Allah tidak menyulitkan kalian, dia bahkan membolehkan tayamum untuk memudahkan kalian, sekaligus sebangai rahmat bagimu. Sebab, Dia telah menjadikannya sebagai pengganti air dalam bersuci (wudhu). Sehingga keringanan untuk melakukan tayamum merupakan kesempurnaan nikmat yang harus disyukuri.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Allah ta'ala berfirman:</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222)</div> <b><br /></b> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <b><br /></b> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Keutamaan Bersuci</b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dicintai Allah</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 32</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 86 - 88. Penerbit Aqwam.Aqwam)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div>.</div><div>.</div><div><div>┏ ===  ❀❀✿❀❀  === -┓</div><div>               Link grup </div><div><br /></div><div>     <a href="https://chat.whatsapp.com/E9CcBP9oUQZ4oKWTeCLAuw" target="_blank">Keluarga Dakwah 09</a> </div><div>     <a href="https://chat.whatsapp.com/KlQcgVMuA9DK7tTK6cRzJm" target="_blank">Keluarga Dakwah 10 </a></div><div><br /></div><div>  ┗ ===  ❀❀✿❀❀  === -┛</div></div></div>

Keutamaan Thaharah (Bersuci)

Keluarga Dakwah - Keutamaan Thaharah (Bersuci) BAB KEUTAMAAN IBADAH Allah ta'ala berfirman: لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَمَس...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Berkhidmat

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://3.bp.blogspot.com/-8vKmVSPWwoI/XFEJMDR6ceI/AAAAAAAACWY/sjOHry9JUpIeZBrWZtBUSFGTQE7FMWgFACLcBGAs/s1600/hd.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Berkhidmat" border="0" data-original-height="451" data-original-width="800" height="225" src="https://3.bp.blogspot.com/-8vKmVSPWwoI/XFEJMDR6ceI/AAAAAAAACWY/sjOHry9JUpIeZBrWZtBUSFGTQE7FMWgFACLcBGAs/s400/hd.jpg" title="Keutamaan Berkhidmat" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Keutamaan Berkhidmat</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Anas bin Malik radhiallahu 'anhu menceritakan, "Aku pernah bepergian bersama Jarir bin Abdullah Al-Bajaly. Dalam suatu perjalana, ia selalu mengikutiku. Lalu, kukatakan kepadanya, "Jangan lakukan itu." Ia menjawab, "Aku telah melihat kaum Anshar membantu Rasulullah. Aku telah bersumpah akan selalu membantu jika menemani salah seorang di antara mereka."</em> (HR. Bukhari no 2888 dan Muslim no 2513)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Anas radhiallahu 'anhu meriwayatkan, "Kami pernah bersama Rasulullah dalam sebuah perjalanan. Di antara kami ada yang berpuasa dan ada pula yang tidak. Pada hari yang sangat oanas, kami sunggah di sebuah tempat. Diantara kami yang paling banyak naungannya adalah orang yang memiliki kain. Diantara kami ada juga yang berteduh dari matahari dengan tangannya. Lalu, orang-orang yang berpuasa jatuh (lemas). Dan orang-orang yang berbuka tetap berdiri. Lalu mereka mendirikan bangunan dan memberi minum hewan tunggangan. Rasulullah lantas bersabda, "Pada hari ini orang-orang yang terbuka pergi dengan membawa pahala,"</em> (HR. Bukhari no 2890 dan Muslim no 1119)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <span style="text-align: justify;">Keutamaan Berkhidmat (pelayanan) Di Jalan Allah</span><br /> <br /> <div style="text-align: justify;"> Mendapatkan pahala sebagaimana orang yang dilayani.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 31</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 86 - 88. Penerbit Aqwam)</div>

Keutamaan Berkhidmat

Keluarga Dakwah - Keutamaan Berkhidmat Hadist Anas bin Malik radhiallahu 'anhu menceritakan, "Aku pernah bepergian bersama...

Baca selengkapnya »

Keutamaan Derajat Mujahidin

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-W18OtQnMYB8/XFEJ0CXbL6I/AAAAAAAACWg/7dGi_DRDiSo426llETtx8foQPcL_7ms5gCLcBGAs/s1600/t46.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Keutamaan Derajat Mujahidin" border="0" data-original-height="400" data-original-width="757" height="211" src="https://1.bp.blogspot.com/-W18OtQnMYB8/XFEJ0CXbL6I/AAAAAAAACWg/7dGi_DRDiSo426llETtx8foQPcL_7ms5gCLcBGAs/s400/t46.jpg" title="Keutamaan Derajat Mujahidin" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Allah berfirman</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ۚ فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً ۚ وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا<br />دَرَجَاتٍ مِنْهُ وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.</em> (QS. An-Nisa: 95 - 96)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan kepada manusia perihal besarnya pahala, ampunan, dan derajat yang mulia di sisi Rabb-nya, yakni bagi orang-orang yang berjihad di jalan-Nya dengan segenap harta dan jiwanya. Allah juga berfirman bahwa bagi orang-orang yang duduk (tidak berjihad) jika mereka tidak termasuk orang yang memiliki udzur serta tidak memiliki alasan atau halangan tidak sma dengan orang-orang yang berjihad dengan mengorbankan harta dan jiwanya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Allah memberikan pahala yang besar bahkan mengangkat derajat orang-orang yang berjihad di atas orang yang duduk (tidak ikut berjihad). Meskiun demikian, Allah jugamenjanjikan kepada orang yang idak berangkat berjihad karena lemah dn berharap mampu melakukannya berupa kebaikan, pahala, dan ampunan. Sebab, keduanya memiliki keimanan yang sempurna dan iklas dalam beramal.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Pahala besar yang Allah janjikan kepada mujahidin, Dia lebihkan atas orang-orang yang tidak berjihad kerena memiliki udzur beberapa derajat. Allah juga memberikan kedudukan yang tinggi lagi mulia, limpahan ampunan dan kasih sayang. Allah Mahamengampuni dosa-dosa para wali-Nya yang berhak mendapatkan ampunan, Dia-pun Maha Mengasihi orang-orang yang mentaati-Nya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mendirikan shalat dan puasa Ramadhan, maka Allah pasti memasukkannya kedalam surga, berjihad di jalan Allah, atau duduk di negeri tempat lahirnya." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, Apakah kami boleh memberitahukan hal itu kepada manusia?" Beliau bersabda, "Sesungguhnya, di surga itu ada seratus derajat. Allah mempersiapkan itu bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Antara dua derajat seperti langit dan bumi. Jika kalian memohon kepada Allah, maka mohonlah Firdaus kepada-Nya. Itulah surga yang paling utama dan tertinggi, aku melihat beliau bersabda dan di atasnya 'Arsy Ar-Rahman dan darinya sungai-sungai surga mengalir."</em> (HR. As'ad Haumad, Aisar At-Tafaasir I/588)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Samurah radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Dalam mimpiku semalam, aku melihat dua orang (jibril dan Mikail) mendatangiku. Keduanya membawaku menaiki sebuah pohon lalu memasukkanku kedalam istana yang sangat bagus dan indah yang sama sekali belum pernah aku lihat sebelumnya. Mereka berdua mengatakan, "Istana ini diperuntukan kepada para syuhad'.</em>" (HR. Bukhari no 2791)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Membunuh Orang Kafir</b></div> <span style="text-align: justify;"><br /></span> <span style="text-align: justify;">Hadist</span><br /> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Orang kafur dan yang membunuhnya, selamanya tidak akan berkumpul di neraka."</em> (HR. Muslim no 1891)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Kedudukan Para Syuhada</b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Masruq bertanya kepada Abdullah (ibnu Mas'ud) tentang ayat ini,</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.</em> (QS. Ali Imran: 169)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Abdullah bin mas'ud menjawab,<em> "Ruhu-ruh mereka berada di tembolok burung hijau. Mereka memiliki banyak pelita yang tergantung di Arsy. Mereka bebas pergi kemana saja di surga kemudian hinggap dipelita-pelita tersebut. Lalu, Rabb mereka melihatnya seraya berfirman, "Apakah kalian menginginkan sesuatu?" Mereka menjawab, "Apa lagi yang kita inginkan? Sementara kami bebas pergi sesuka hati di surga." Allah menanyakan hal itu sampai tiga kali. Ketika mengetahui bahwa meraka tidak akan berhenti ditanya, mereka akhirnya menjawab, "Wahai Rabb, kami ingin engkau kembalikan ruh kami ke dalam jasad sampai kami terbunuh di jalan-Mu sekali lagi." Ketika Allah melihat bahwa mereka tidak mempunyai keinginan lagi, Dia-pun meninggalkan mereka.</em>" (HR. Bukhari no 1887)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Berjaga di jalan Allah</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Hadist</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, ......... Alangkah berbahagianya seorang hamba, yang selalu siap memacu kendaraannya di jalan Allah, rambutnya telah kusut-masai dan kakinya telah penuh dengan debu. Tetapi, jika ia ditugaskan di garis belakang maka ia lakukan dengan sebaik-baiknya, jika ia ditugaskan di garis depan maka ia pun melakukannya dengan sebaik-baiknya. Tetapi, jika ia meminta izin maka tidak pernah diizinkan dan jika ia memberi syafaat maka tidak diterima syafaatnya (karena ia miskin dan tidak dianggap).</em> (HR. Bukhari no 2887)</div> <b><br /></b> <div style="text-align: justify;"> <b><br /></b></div> <div style="text-align: justify;"> <b>Keutamaan Derajat Mujahidin</b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Mendapatkan pahala yang besar dan derajat yang tinggi atas orang yang duduk (Tidak ikut berjihad)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Mendapatkan istana yang bagus dan sangat indah</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Di Surga ada seratus derajat yang Allah persiapkan bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Tidak akan dikumpulkan di neraka bersama orang kafir yang dibunuhnya</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Jika meraih kesyahidan, ruhnya bebas bepergian di surga</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dikaruniai kebahagiaan yang besar</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Allah memberikan pahala yang besar.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL # 30</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> (SHAHIH FADHILAH AMAL, Syaikh Ali bin Nayif Asy-Syuhud. Halaman 107 -111. Penerbit Aqwam)</div>

Keutamaan Derajat Mujahidin

Allah berfirman لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَ...

Baca selengkapnya »