0
Hari Ini Adalah Kemarin, Besok Adalah Hari Ini
Tanpa bermaksud menafikan takdir, saya sangat setuju dengan ungkapan bahwa hidup adalah pilihan. Ya hidup adalah pilihan, kita hanya akan hidup berdasarkan pilihan-pilihan yang kita buat. Kita akan dinilai dengan pilihan-pilihan yang kita buat, kita akan dihargai dengan pilihan yang kita buat, dan kita akan menjadi seperti apa yang kita pilih dalam setiap segmen kehidupan kita.

Seorang yang menyerah pada jemarinya dan memilih memetik senar gitar di pinggir jalan, maka dia akan dinamakan pengamen, dan hanya akan akan dihargai antara seribu dan dua ribu. Sementara seorang yang mampu menahan perihnya belajar bergitar yang baik dan memainkan gitar di atas panggung maka dia akan dinamai gitaris dan akan dihargai sesuai kualitasnya, yang jelas lebih besar ketimbang pengamen tadi.

Sejatinya apa yang ada pada diri kita adalah akumulasi dari pilihan-pilihan kita pada masa lalu. Pekerjaan kita adalah cerminan dari pilihan-pilihan kita di masa lalu, semua skill yang kita kuasai hari ini adalah pilihan kita di masa lalu, bahkan mungkin isi tabungan serta dompet kita pun bisa mewakili keputusan-keputusan yang pernah kita buat di masa lalu.

Jadi sebenarnya tidak pernah ada manusia yang ‘wah’ dan ‘tak terjangkau’. Hanya kita seringkali melihat manusia di titik akhir kesuksesannya dan mengabaikan perjalanannya menuju kesuksesan yang seringkali berdarah-darah. Dan parahnya, kekaguman kita yang berlebihan terhadap kesuksesan malah menjadi legitimasi atas kemalasan kita dalam berusaha.

Rasulullah SAW memang telah dijamin masuk surga, namun bukan berarti kita tak bisa meraih surga juga. Dan jaminan surga merupakan hasil dari keputusan-keputusan yang beliau ambil di masa lampau. Ketika memasuki usia empat puluhan beliau mulai sering beruzlah, menyendiri dari hiruk pikuk dunia. Merenungi bahwa ada sesuatu yang salah pada kaumnya, serta mencari jawaban tentang sesuatu yang akan mengakhiri kesalahan kaumnya tersebut.

Sekali lagi tanpa bermaksud menafikan takdir, tanpa perenungan serta pencarian jawaban tersebut, rasanya mustahil Muhammad yang ummy mau mempercayai kata-kata Jibril alaihissalam sebagai sebuah wahyu Allah SWT.

Setelah menjadi Rasul, ternyata jalan dakwah yang beliau tempuh tidaklah mudah. Olok-olok, cemooh, serta siksaan menjadi makanan sehari-hari. Tidak mudah bagi seorang yang dulunya bergelar Al Amin (yang dapat dipercaya) kini dijuluki syairun majnun atau tukang sihir yang gila hanya karena mendakwahkan kebenaran.

Beliau bahkan tetap teguh pada jalan dakwahnya ketika para pemuka Quraisy memberinya iming-iming harta, tahta, dan wanita jika beliau bersedia menghentikan dakwah keislamannya.

Beliau pun pada akhirnya memilih hijrah dari kampung halaman tercinta agar dakwahnya dapat berkembang lebih baik. Beliau telah menghabiskan seluruh waktu dan tenaganya untuk beribadah kepada Rabb nya ketimbang memuaskan hawa nafsu. Beliau juga memilih untuk menjadi orang yang paling jujur, amanah, serta cerdas. Beliau juga senantiasa mengusahakan untuk menjadi seorang suami yang baik serta ayah yang dapat dijadikan panutan.

Artinya semua pilihan-pilihan yang beliau ambil semasa hidupnya lah yang mengantarkannya kepada jaminan surga. Bukan semata-mata sebuah pemberian tanpa sebab yang pasti.

Maka seorang muslim yang merindukan surga sudah sepantasnya dia senantiasa mengambil pilihan-pilihan yang baik dalam setiap segmen kehidupannya. Sudah pasti dia akan selalu berusaha mengambil pilihan yang sama dengan Rasulullah SAW. Dengan penuh kesadaran, dia akan memilah mana pilihan-pilihan hidup yang sejalan dengan perintah Allah SWT dan mana yang tidak sejalan.

Visi dan misi kehidupannya kehidupannya menjadi jelas. Misalnya ketika seseorang ingin menikah dua tahun lagi. Maka dia akan menghabiskan dua tahunnya untuk mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan fiqh pernikahan, dia akan giat mencari harta yang halal, dia akan meyakinkan orang tuanya bahwa rezeki telah diatur Allah SWT, dia akan memperbanyak dzikr serta beristikharah memohon kemantapan hati dalam pengambilan keputusannya. Alih-alih menyibukkan diri dengan bergonta-ganti pacar sampai menemukan yang dirasa “cocok”, naudzubillah min dzalik

Kembali kepada soal hidup itu pilihan. Seorang muslim harus sepenuhnya meyakini hal itu. Agar ketika ditimpa kegagalan, dia tidak lantas menghabiskan waktunya dengan keluhan, kemarahan, bahkan mempersalahkan Allah SWT. Namun dia memilih untuk introspeksi dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan pilihan di masa lalu.

Referensi : BEYOND THE INSPIRATION (Felix Y. Siauw)

Posting Komentar

 
Top