Fokuslah Kepada Allah Ta'ala

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://3.bp.blogspot.com/-U_9cCG-Wlqo/XFAQdvh6vMI/AAAAAAAACQg/2aN5FqEQrkEDdkm7fZS2fs-bPVGVWvy6gCLcBGAs/s1600/t18.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Fokuslah Kepada Allah Ta'ala" border="0" data-original-height="576" data-original-width="1024" height="225" src="https://3.bp.blogspot.com/-U_9cCG-Wlqo/XFAQdvh6vMI/AAAAAAAACQg/2aN5FqEQrkEDdkm7fZS2fs-bPVGVWvy6gCLcBGAs/s400/t18.jpg" title="Fokuslah Kepada Allah Ta'ala" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Jalinan Keluarga Dakwah - Nampak sama namun pada hakikatnya berbeda, hal-hal seperti itu akan banyak kita jumpai di kehidupan ini. Nampak manusia berbondong-bondong ke masjid melakukan serangkaian gerakan yang sama dalam waktu yang sama namun dengan tujuan yang berbeda, ada yang hanya sekedar menggugurkan kewajibannya saja, ada yang hanya ingin dibilang sebagai orang baik, ada yang ingin memakmurkan masjid, atau ada segelintir yang bertujuan buruk semisal mencuri sandal atau kotak infak, atau bahkan ada yang tak tahu mengapa dirinya berada di situ.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Begitu pula orang-orang yang berpuasa, membayar zakat, pergi haji. Luarnya tampak sama namun isi hati siapa yang tahu. Begitulah kehidupan ini, hal seperti ini memang sudah menjadi sunnatullah dalam kehidupan ini. Manusia bagaikan murid dalam sebuah kelas, mempelajari hal yang sama, namun masing-masing kepala terisi dengan tujuan yang berbeda.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Jadi pertanyaannya adalah untuk apa kita hidup di dunia ini? Atau sebelum itu mengapa kita ada di dunia ini? Dan apa hakikat eksistensi kita di dunia ini?</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Eksistensi kita di dunia ini tentunya bukan karena kehendak diri kita sendiri atau kehendak orang tua kita. Kita tidak akan pernah mampu merencanakan sesuatu apapun yang terjadi pada diri kita, kita hanya mampu mengusahakannya, kadang tercapai kadang tidak. Begitu pula orang tua, berapa banyak pasangan yang mendambakan buah hati namun tak kunjung mendapatkannya, atau mendambakan buah hati laki-laki namun mendapatkan buah hati perempuan dan sebaliknya, bahkan ada yang tidak menginginkan kehadiran buah hati justru mendapatkannya. Orang tua memang salah satu penyebab kehadiran kita namun mereka bukanlah jawaban mengapa kita ada di dunia ini.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. </span></i><span style="font-weight: 400;">(al hajj:5)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dari ayat di atas dapat kita ketahui ada sebab agung di balik eksistensi kita, bumi ini beserta seisinya. Karena adanya Sang Pencipta yaitu Allah Subhanahu wata’ala. Dan Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling agung di muka bumi ini dengan tujuan yang agung pula. Tidak mungkin hidup kita ini tanpa tujuan. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Hidup kita bukanlah sekedar pengulangan rutinitas seperti makan, minum, tidur, menikah, berkembang biak dan sebagainya. Hidup membutuhkan sebuah tujuan hakiki yaitu meraih kebahagiaan di kehidupan hakiki setelah kematian. Karena jika tanpa tujuan tersebut, maka terhapuslah nilai kebenaran dan keadilan. Derajat manusia yang rajin beribadah, dekat kepada Tuhannya menjadi sama dengan manusia yang dzolim dan jauh dari Tuhannya jika kita menafikan tujuan hakiki tersebut.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? </span></i><span style="font-weight: 400;">(Al Qiyamah:36)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, </span></i><span style="font-weight: 400;">(Al Mulk :2)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dari ayat tersebut kita tahu bahwa Allah menjadikan dunia ini sebagai tempat ujian bagi kita sebelum memasuki kehidupan hakiki setelah kematian. Allah menguji kita dengan perintah-perintah dan larangannya, dan akan mencari siapa yang mempunyai amalan terbaik di antara kita. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Sebagaimana ajaran para salafussholih, syarat untuk menggapai amalan terbaik adalah dengan niat yang ikhlas dan mengikuti pedoman yang benar. Ikhlas berarti kita beramal karena Allah semata, tidak untuk selain Allah, dan tidak untuk Allah dan selain Allah (syirk).</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Selain ikhlas kita juga harus mengikuti pedoman yang benar dalam beramal yaitu Al Quran dan Al Hadits, karena pada hakikatnya kita tidak mempunyai pengetahuan apapun tentang diri kita sendiri, maka kita harus mengikuti mengikuti pedoman dari yang Maha Mengetahui tentang diri kita yang tidak lain adalah pencipta kita Allah Subhanahu wata’ala.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Namun Allah tidak pernah memberitahu kita kapan datangnya hari pertanggung jawaban itu, Allah hanya memberi peringatan bahwa hari itu pasti akan datang. Maka seyogyanya kita harus membekali diri kita dan mempersiapkan diri kita setiap saat agar kita dalam keadaan siap ketika hari itu tiba.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. </span></i><span style="font-weight: 400;">(Al Baqarah:197)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Waktu kita tidaklah banyak, mulai sekarang marilah kita fokuskan amal kita hanya untuk Allah semata berdasarkan pedoman yang benar sebagai bekal kita di hari pertanggung jawaban kelak.</span></div>

Fokuslah Kepada Allah Ta'ala

Jalinan Keluarga Dakwah - Nampak sama namun pada hakikatnya berbeda, hal-hal seperti itu akan banyak kita jumpai di kehidupan ini. Nampak...

Baca selengkapnya »

Ujian-Ujian yang Dihadapi Manusia

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://3.bp.blogspot.com/-0hK8B9_4AN0/XFAQlIcP1WI/AAAAAAAACQo/NCmWGMcqcLwko6vq-RvnRmkPHRbaRfv8ACLcBGAs/s1600/t19.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ujian-Ujian yang Dihadapi Manusia" border="0" data-original-height="360" data-original-width="640" height="225" src="https://3.bp.blogspot.com/-0hK8B9_4AN0/XFAQlIcP1WI/AAAAAAAACQo/NCmWGMcqcLwko6vq-RvnRmkPHRbaRfv8ACLcBGAs/s400/t19.jpg" title="Ujian-Ujian yang Dihadapi Manusia" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Jalinan Keluarga Dakwah - Allah SWT telah menetapkan sebuah tujuan pasti dari penciptaan manusia di muka bumi ini. Hal ini disampaikanNya dalam surat Al Mulk ayat 2,</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">Dialah yang menjadikan kematian dan kehidupan, untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya, dan Dia maha Perkasa lagi maha Pengampun.</span></i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Imam As Syaukani dalam kitab tafsirnya </span><i><span style="font-weight: 400;">Fathul Qadir</span></i><span style="font-weight: 400;"> menyebutkan beberapa penafsiran para ulama mengenai kata “kematian” dan “kehidupan” pada ayat tersebut. Ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kematian adalah kematian di dunia, sedangkan kehidupan adalah kehidupan di akhirat kelak. Dan ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kematian adalah sperma, segumpal daging, dan segumpal darah, sedangkan kehidupan adalah ketika Allah menjadikan dari ketiga hal tadi seorang manusia dan meniupkan ruh ke dalamnya. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Namun terlepas dari mana pendapat yang kita pilih, hal itu tidak merubah kenyataan bahwa tujuan dari adanya kematian dan kehidupan adalah untuk menguji atau menentukan siapa saja manusia-manusia yang paling baik amalanya, siapa saja yang paling banyak mengingat dan takut akan kematian, siapa saja yang paling bersegera dalam ketaatan kepada Allah SWT, serta siapa saja yang paling mampu menahan diri dari perkara-perkara yang diharamkan Allah SWT.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Sehingga pada titik akhirnya nanti Allah SWT akan menentukan siapa-siapa saja yang layak untuk masuk dalam golongan yang disebut dalam surat Al Fajr ayat ke 29 dan 30,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">Maka masuklah ke dalam (kumpulan) hamba-hambaKu. Dan masuklah ke dalam surgaku.</span></i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Lalu perihal bagaimana bentuk ujian yang diberikan Allah SWT kepada manusia dalam menjalani kehidupannya di muka bumi ini, Allah SWT merincikannya dalam surat Al Baqarah ayat 155,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">Dan sungguh kami akan mengujimu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam hal harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira terhadap orang-orang yang bersabar</span></i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Ayat tersebut menjelaskan bahwa bentuk-bentuk ujian yang akan dihadapi manusia berkisar pada lima hal, yaitu diselimuti rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, berkurangnya jiwa, serta kurangnya persediaan buah-buahan.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Sahabat Ibnu Abbas RA mempunyai penafsiran yang cukup bagus mengenai “ketakutan” serta “kelaparan”. Sebagaimana dikutip oleh Imam Muhammad Al Qurthubi dalam kitabnya </span><i><span style="font-weight: 400;">Al Jami’ liahkamil Qur’an</span></i><span style="font-weight: 400;">, bahwa ketakutan adalah rasa takut terhadap musuh serta kengerian dan kepanikan di medan perang. Sedangkan yang dimaksud dengan kelaparan adalah kelaparan yang disebabkan kekeringan dan hilangnya sumber-sumber air.  </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Adapun “kekurangan harta” Imam Al Qurthubi sendiri memberikan penafsiran bahwa kekurangan harta di sini disebabkan oleh kesibukan kaum muslimin dalam memerangi orang-orang kafir. Sedangkan Imam As Syafi’i menjelaskan bahwa penyebab kekurangan harta di sini adalah terbebaninya kaum muslimin dengan kewajiban zakat. Sehingga kesediaan serta kelapangan hati seorang muslim ketika harus mengurangi sebagian harta yang dimilikinya untuk membayar zakat merupakan sebuah ujian tersendiri.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Lalu mengenai “berkurangnya jiwa”, Ibnu Abbas RA menyatakan bahwa hal ini disebabkan banyaknya kaum muslimin yang mati terbunuh di medan jihad. Adapun Imam As Syafi’i berpendapat bahwa penyebabnya adalah menyebarnya wabah penyakit. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dan terakhir mengenai “kekurangan buah-buahan”, menurut Imam As Syafi’i kata itu merupakan kiasan yang bermakna kematian anak-anak kaum muslimin, karena anak merupakan buah hati seseorang. Adapun Ibnu Abbas RA memaknainya sebagai sedikitnya tumbuhan yang merekah tumbuh serta terputusnya barakah Allah SWT.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Sejatinya tidak ada masalah mengenai perbedaan penafsiran di antara Ibnu Abbas RA dan Imam As Syafi’i. Karena mereka menyajikan pendapat yang tidak saling bertentangan justru saling melengkapi. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dan yang terpenting adalah dengan mentadabburi surat Al Baqarah ayat 155 ini, kita dapat memahami dengan penuh kesadaran dan keimanan bahwa segala kesusahan dan kesulitan yang kita kaum muslimin rasakan hari ini sejatinya memang merupakan bagian dari rencana Allah SWT. Kita tak perlu berputus asa dan terlalu larut dalam kesedihan mengalami salah satu dari kelima ujian tersebut. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Karena hal itu sejatinya adalah cara Allah SWT untuk menyeleksi siapa saja yang berhak meraih keridhaan dan surganya kelak. Dan untuk mencapainya kita hanya perlu bersabar dalam menghadapi ujian-ujian tersebut. Sebagaimana kalimat penutup dalam ayat tersebut: “dan berilah kabar gembira terhadap orang yang bersabar.”</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Ya, kita hanya perlu bersabar. Bersabar untuk tidak menyalahkan Allah SWT serta bersabar untuk tetap istiqomah dalam menjalani ketaatan kepada Allah SWT.</span></div>

Ujian-Ujian yang Dihadapi Manusia

Jalinan Keluarga Dakwah - Allah SWT telah menetapkan sebuah tujuan pasti dari penciptaan manusia di muka bumi ini. Hal ini disampaikanNya...

Baca selengkapnya »

Sifat-Sifat yang Harus Dimiliki Seorang Pendidik 1

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-jm7cntUDRjs/XFARFlUMpoI/AAAAAAAACQ8/ZyuR-6R7HpEjXNToy9W433dedFCx_fVkACLcBGAs/s1600/saa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Sifat-Sifat yang Harus Dimiliki Seorang Pendidik 1" border="0" data-original-height="393" data-original-width="700" height="223" src="https://1.bp.blogspot.com/-jm7cntUDRjs/XFARFlUMpoI/AAAAAAAACQ8/ZyuR-6R7HpEjXNToy9W433dedFCx_fVkACLcBGAs/s400/saa.jpg" title="Sifat-Sifat yang Harus Dimiliki Seorang Pendidik 1" width="400" /></a></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Keluarga dakwah - Tidak dapat dipungkiri jika kualitas pendidik merupakan faktor utama yang menentukan hasil pendidikan. Semakin baik kualitas pendidik maka akan lebih menjamin lahirnya anak-anak didik yang baik dan berkualitas. Sebagai agama yang sempurna, Islam tentu tidak mengabaikan hal ini. Ada beberapa sifat mendasar yang harus dimiliki seorang muslim yang ingin menjadi pendidik yang baik. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Memang kesempurnaan manusia hanya dimiliki oleh para Rasul saja, namun seorang muslim harus berusaha dengan maksimal untuk meraih dan meresapi akhlak yang baik dan sifat yang terpuji. Lebih-lebih jika ia menjadi fokus teladan pendidikan yang akan terus diperhatikan dan dicontoh oleh anak didiknya. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Di bawah ini adalah sifat-sifat yang bisa diupayakan bisa dimiliki oleh seorang pendidik agar meraih keberhasilan.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <br /> <ul style="text-align: justify;"><br /> <li><b>Ketabahan dan Kesabaran</b></li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Diceritakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim bahwa Rasulullah SAW berkata  kepada Asyaj Abdul Qais,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>إ</b><span style="font-weight: 400;">نَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ: الْحِلْمُ، وَالأَنَاةُ</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sifat yang disukai Allah; yaitu ketabahan dan kesabaran.”</span></i><span style="font-weight: 400;"> (HR Muslim)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <br /> <ul style="text-align: justify;"><br /> <li><b>Lemah Lembut dan Tidak Kasar</b></li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Pada suatu kesempatan Rasulullah SAW menasehati Aisyah RA,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">إ</span><span style="font-weight: 400;">نَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Lembut dan suka terhadap sifat lembut dalam segala hal.”</span></i><span style="font-weight: 400;"> (HR Bukhari Muslim)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Di dalam hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">إ</span><span style="font-weight: 400;">نَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">"Sesungguhnya kelemah lembutan tidaklah ada di dalam sebuah perkara kecuali akan menghiasinya, dan tidak dicabut kelemah lembutan dari sesuatu kecuali akan memburukkannya."</span></i><span style="font-weight: 400;"> (HR. Bukhari dan Muslim)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Ada sebuah contoh menarik dari generasi salafus shalih. Adalah Imam Ali Zainal Abidin yang pada suatu hari menjumpai budaknya menjatuhkan kendi air hingga pecah, dan pecahannya melukai kaki beliau.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Melihat kaki tuannya terluka karena perbuatannya, budak tersebut langsung berkata, “Wahai tuanku, Allah berfirman, </span><i><span style="font-weight: 400;">“Dan orang-orang yang menahan amarah”</span></i><span style="font-weight: 400;">. Zainal Abidin berkata, “Aku telah menahan amarahku.” Budak tersebut kemudian berkata lagi, “</span><i><span style="font-weight: 400;">…dan memaafkan (kesalahan) orang lain.</span></i><span style="font-weight: 400;">” Beliau pun menjawab, “Aku telah memaafkanmu.” Budak itu berkata lagi, </span><i><span style="font-weight: 400;">“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” </span></i><span style="font-weight: 400;">Maka beliau berkata, “Engkau kumerdekakan demi wajah Allah.”</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <br /> <ul style="text-align: justify;"><br /> <li><b>Hati yang Penyayang</b></li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">"إن لكل شجرة ثمرة ، وثمرة القلب الولد، إن الله لا يرحم من لا يرحم ولده، والذي نفسي بيده، لا يدخل الجنة إلا رحيم"،  قلنا : يا رسول الله ، كلنا يرحم . قال : " ليس رحمته أن يرحم أحدكم صاحبه ، إنما الرحمة أن يرحم الناس "</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“Sesungguhnya setiap pohon itu ada buahnya, dan buah hati itu adalah anak. Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak menyayangi putranya. Demi diriku yang berada di dalam kekuasaanNya, tidak akan masuk surga kecuali orang-orang penyayang”. Kami berkata: “Ya Rasulullah, kami satu sama lain saling menyayangi?” Rasulullah saw menjawab: “Yang disebut dengan sayang itu bukan semata seseorang menyayangi temannya, akan tetapi sayang itu adalah menyayangi manusia umumnya”</span></i><span style="font-weight: 400;"> (HR. al-Bazzar)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dikisahkan pula bahwa ada seorang wanita yang membawa dua anaknya datang menghadap Nabi Muhammad SAW, lalu beliau meberinya tiga buah kurma. Wanita itu kemudian memberikan satu-satu kepada keduanya. Namun kemudian salah seorang anaknya menangis, lalu si ibu tersebut membelah kurma yang satunya lagi menjadi dua dan memberikannya kepada keduanya. Rasulullah SAW lalu bersabda: “Wanita-wanita yang tabah dan penyanyang kepada anak-anak mereka. Bila mereka tidak durhaka kepada para suami mereka, maka orang-orang yang shalat di antara mereka akan masuk surga.”</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <br /> <ul style="text-align: justify;"><br /> <li><b>Mengambil Pilihan yang Paling Ringan Selama Hal Itu Bukan Merupakan Dosa</b></li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify;"> </div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah diberi dua pilihan kecuali selalu mengambil yang lebih ringan selama tidak merupakan dosa. Beliau merupakan orang yang paling jauh dari dosa.”</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa dia melihat Rasulullah saw sedang dalam suatu perjalanan, kemudian beliau menyaksikan orang ramai mengerumuni seorang lelaki yang dipayungi, kemudian beliau bersabda, “Apa ini?” Mereka menjawab: “Dia berpuasa.” Beliau kemudian bersabda, “Tidak baik berpuasa dalam perjalanan”, yakni di dalam perjalanan yang amat menyulitkan ini. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dan jika perjalanan itu tidak menyulitkan, maka dia boleh melakukan puasa; berdasarkan dalil yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah bahwa Hamzah bin Amr al-Aslami pernah berkata kepada Nabi saw: “Apakah aku boleh puasa dalam perjalanan?” Hamzah adalah orang yang sering melaksanakan puasa. Karenanya Nabi saw bersabda, “Jika kamu mau, maka berpuasalah, dan jika kamu mau berbukalah.”</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">(bersambung)   </span></div>

Sifat-Sifat yang Harus Dimiliki Seorang Pendidik 1

Keluarga dakwah - Tidak dapat dipungkiri jika kualitas pendidik merupakan faktor utama yang menentukan hasil pendidikan. Semakin baik k...

Baca selengkapnya »

Seruan Nabi Terhadap Orang Tua

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-63fi3iXliI0/XFAWdbT9EaI/AAAAAAAACRI/LOOeseJS4_MyOXs22WhLajogZGTlS0egwCLcBGAs/s1600/u145.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Seruan Nabi Terhadap Orang Tua" border="0" data-original-height="400" data-original-width="715" height="223" src="https://1.bp.blogspot.com/-63fi3iXliI0/XFAWdbT9EaI/AAAAAAAACRI/LOOeseJS4_MyOXs22WhLajogZGTlS0egwCLcBGAs/s400/u145.jpg" title="Seruan Nabi Terhadap Orang Tua" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Islam adalah agama yang menjunjung tinggi keadilan. Salah satunya dalam hal hubungan antara orang tua dengan anaknya. Seorang anak memang diwajibkan berbakti kepada kedua orang tua. Namun seiring dengan turunnya perintah tersebut, ternyata Islam juga memerintahkan para orang tua untuk menyanyangi anak-anaknya. Sehingga tercipta hubungan yang berkesinambungan. Orang tua menyayangi anaknya, lalu sang anak akan berbakti kepada orang tuanya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dalam hal menyayangi anak, Rasulullah SAW telah memberikan beberapa arahan maupun contoh bagi kita semua melalui sunnah-sunnahnya. Pada tulisan kali ini kami akan merangkum beberapa hadits yang berkaitan dengan </span><i><span style="font-weight: 400;">birrul abna </span></i><span style="font-weight: 400;">atau berlaku baik terhadap anak. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Semoga hadits-hadits berikut cukup untuk memberikan pemahaman kepada pembaca sekalian mengenai bagaimana cara menyayangi anak yang benar menurut pandangan syariat.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Hadits Pertama</b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَبَّلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ وَعِنْدَهُ الأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيْمِيُّ جَالِسًا فَقَالَ الأَقْرَعُ: إِنَّ لِيْ عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا. فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ: مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencium Hasan bin Ali sedangkan di sisi beliau ada Aqra’ bin Haabis at-Tamimiy lagi duduk, maka berkata Aqra’, “Saya mempunyai sepuluh orang anak, tidak pernah saya mencium seorangpun di antara mereka”. Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kepada Aqra’ kemudian beliau bersabda: “Barangsiapa yang tidak penyayang pasti tidak akan disayang”.” </span></i><span style="font-weight: 400;">(HR Bukhari, Abu Dawud & Tirmidzi)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Hadits Kedua</b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">عَنْ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْخُذُنِي فَيُقْعِدُنِي عَلَى فَخِذِهِ وَيُقْعِدُ الحَسَنَ عَلَى فَخِذِهِ الأُخْرَى ثُمَّ يَضُمُّهُمَا ثُمًّ يَقُوْلُ الَّلهُمَّ ارْحَمْهُمَا فَإِنِّي أَرْحَمُهُمَا</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“Dari Usamah bin Zaid RA, berkata: Rasulullah saw pernah mengangkatku dan mendudukkan aku di atas pahanya, dan Hasan bin Ali duduk di paha yang lain, kemudian Rasulullah saw memeluk kami berdua, dan bersabda: Ya Allah sayangilah keduanya, karena sesungguhnya aku menyayangi mereka.”</span></i><span style="font-weight: 400;"> (HR Bukhari)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Hadits Ketiga</b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُما قَالَتْ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: تُقَبِّلُوْنَ الصِّبْيَانَ فَمَا نُقَبِّلُهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوَ أَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">Dari Aisyah Radhiyallahuanhuma, dia berkata, “Datang seorang Badui kepada Nabi SAW seraya mengatakan, ‘Kamu biasa mencium anak-anak kamu sedangkan kami tidak pernah mencium mereka.”</span></i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apa dayaku untuk menolongmu ketika Allâh telah mencabut kasih-sayang dari hatimu” </span></i><span style="font-weight: 400;">(HR Bukhari Muslim)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Hadits Keempat</b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: جَاءَتْنِى امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِى فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِى شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم-  "مَنِ ابْتُلِىَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ"</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">Dari Aisyah Radhiyallahuanhuma, dia berkata, “Ada seorang wanita yang datang menemuiku dengan membawa dua anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apapun kecuali satu buah kurma. Lalu akau berikan sebuah kurma tersebut untuknya. Wanita itu menerima kurma tersebut dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Kemudian wanita itu bangkit dan keluar bersama anaknya. Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau, maka Nabi shallallhu ‘alaii wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang baginya dari siksa api neraka” </span></i><span style="font-weight: 400;">(H.R Muslim)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Hadits Kelima</b></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لِأَنْ يُؤَدِّبَ الرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dari Jabir bin Samurah RA, dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: "Seorang laki-laki mendidik anaknya adalah lebih baik daripada ia bersedekah dengan satu sha.” (HR Tirmidzi)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Itulah beberapa hadits mengenai </span><i><span style="font-weight: 400;">birrul abna</span></i><span style="font-weight: 400;"> yang bisa saya rangkumkan. Semoga bermanfaat dan cukup untuk kita jadikan pegangan dalam mendidik dan menyayangi anak-anak kita. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">Wallahu a’lam bishhowab</span></i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Referensi: At Tajj Al Jami’ Lil Ushul (Manshur Ali Nashif) </span></div>

Seruan Nabi Terhadap Orang Tua

Keluarga Dakwah - Islam adalah agama yang menjunjung tinggi keadilan. Salah satunya dalam hal hubungan antara orang tua dengan anaknya. S...

Baca selengkapnya »

Nasehat Untuk Para Istri

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://3.bp.blogspot.com/-VzFuf4yUOBw/XFAWj2NcT6I/AAAAAAAACRM/PmxUN0YBoEwv4RCNdU6wNL7il9m6Kf6ywCLcBGAs/s1600/u146.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Nasehat Untuk Para Istri" border="0" data-original-height="580" data-original-width="1130" height="205" src="https://3.bp.blogspot.com/-VzFuf4yUOBw/XFAWj2NcT6I/AAAAAAAACRM/PmxUN0YBoEwv4RCNdU6wNL7il9m6Kf6ywCLcBGAs/s400/u146.jpg" title="Nasehat Untuk Para Istri" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Pernikahan merupakan salah satu pertanda kekuasaan Allah SWT, juga merupakan sunnah Rasulullah SAW. Sudah merupakan sesuatu yang kodrati dan asasi apabila seseorang bergantung kepada pasangannya. Dan Allah SWT telah menjadikan rasa kasih sayang di antara dua insan yang terikat pernikahan, sehingga dari rasa tersebut lahirlah ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan mereka berdua.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Maka apabila terdapat pasangan suami istri yang senantiasa berkonflik dan bermusuhan, maka sejatinya mereka sedang sakit dan membutuhkan perawatan. Karena sifat asli dari sebuah ikatan pernikahan adalah cinta dan kasih sayang. Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surat Ar Rum ayat 21.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.</span></i><span style="font-weight: 400;"> (QS Ar Rum : 21) </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Allah SWT juga berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 228,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;"> </span></i><i><span style="font-weight: 400;">Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. </span></i><span style="font-weight: 400;">(QS Al Baqarah : 228)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dua ayat tersebut menegaskan bahwa masing-masing mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi. Seorang suami mempunyai kewajiban terhadap istrinya, begitu pun seorang istri mempunyai kewajiban terhadap suaminya. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dan pada kesempatan kali ini saya ingin merangkum beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan oleh para istri agar rasa sayang yang tertanam di hati sang suami tetap terjaga.</span><span style="font-weight: 400;">Hendaknya mengetahui perihal perintah Allah SWT dan Rasulnya mengenai hak-hak suami atas istrinya, hal itu akan membuat para istri lebih menghormati suaminya. Dan penghormatan yang sewajarnya dari seorang istri tentu akan menambah kecintaan suaminya, terlebih jika penghormatan itu dilandasi perintah Allah SWT.</span></div> <br /> 1. Hendaknya menjadi lebih peka mengenai perilaku serta sifat-sifat apa yang terdapat pada dirinya yang disukai oleh suaminya.<br /> <div style="text-align: justify;"> 2. Berusaha menjauhi kebiasaan serta perilaku yang cenderung menimbulkan kemarahan suami. Namun harus diperhatikan juga bahwa ketaatan hanyalah sebatas pada perkara-perkara yang ma’ruf. Jangan sampai membuat Allah SWT murka karena ketaatanmu pada suami, karena sejatinya tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam rangka bermaksiat kepada Khaliq.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> 3. Jauhilah perkara-perkara haram yang akan menjerumuskanmu pada dosa dan keburukan. Mengerjakan perkara haram akan menyebabkan berbagai perselisihan di antara kalian berdua, karena perkara haram akan selalu membuat dirimu serba pesimis, sementara perkara kebaikan senantiasa menanamkan optimisme pada dirimu.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> 4. Tidak perlu kamu ceritakan hal-hal yang menjadi privasi kalian berdua kepada orang lain, karena hal itu akan mendatangkan kemurkaan Allah SWT dan Rasul-Nya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> 5. Upayakanlah menyelasaikan setiap permasalahan kalian berdua di dalam rumah. Upayakan tidak perlu melibatkan pihak luar dalam menyelesaikan permasalahan rumah tangga.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> 6. Jangan pernah sekalipun mencoba menguasai, mengontrol, serta mengendalikan suamimu, karena memang sudah menjadi naluri laki-laki untuk menjadi penguasa dan pelindung. Maka jangan pernah kamu mencederai harga diri dan kebanggaan suamimu sebagai seorang laki-laki. Ingatlah selalu firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 36.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan</span></i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> 7. Berusahalah untuk senantiasa menyambut suamimu dengan penuh cinta dan beri dia senyuman manis, ingatlah selalu bahwa laki-laki sejatinya adalah “anak kecil yang bertubuh besar” yang senantiasa membutuhkan curahan kasih sayang.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> 8. Hormatilah anggota keluarga suami dan muliakanlah kedua orang tuanya; seorang wanita yang melakukan kedua hal tersebut pasti akan mendapatkan tempat istimewa di hati suami.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> 9. Janganlah menyerah ketika suami bersikap dingin; kebanyakan laki-laki tidak terlalu peduli dengan kalimat-kalimat yang romantis dan penuh cinta, karena mereka lebih sering melihat bahwa cinta adalah tindakan bukan kata-kata. Memang mendengar kalimat-kalimat penuh cinta merupakan hak seorang istri, namun hendaknya seorang istri tidak perlu terlalu memaksa suami untuk mengatakannya, lebih baik bagi seorang istri memikirkan cara-cara yang baik agar sang suami tahu bahwa sang istri sedang ingin dipuji.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> 10. Bersabarlah ketika suami memiliki beberapa sifat dan perilaku yang kurang menyenangkan, bantulah dia untuk berubah menjadi lebih baik, namun ingat bahwa perubahan tidak mungkin terjadi dalam waktu semalam. Hiburlah dirimu dengan mengingat kebaikannya ketika kamu merasa sempit dengan perilakunya yang kurang menyenangkan.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Itulah beberapa hal yang sebaiknya dilakukan para istri demi merawat rasa cinta suaminya. Tentu kita semua berharap kepada Allah SWT agar senantiasa melimpahmahkan rahmat dan kasih sayngnya di setiap rumah tangga kaum muslimin. </span><i><span style="font-weight: 400;">Amiin</span></i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Sumber: http://www.alukah.net/social/0/125352/  </span></div>

Nasehat Untuk Para Istri

Keluarga Dakwah - Pernikahan merupakan salah satu pertanda kekuasaan Allah SWT, juga merupakan sunnah Rasulullah SAW. Sudah merupakan ses...

Baca selengkapnya »

Qurrotu ‘Ain; Mesti Diupayakan

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://4.bp.blogspot.com/-NWYMUKpEyEg/XFAJV0644QI/AAAAAAAACOA/qeOCEpe7tRoWTV0pVDOh8xOdb6AonROggCLcBGAs/s1600/u147.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Qurrotu ‘Ain; Mesti Diupayakan" border="0" data-original-height="471" data-original-width="875" height="215" src="https://4.bp.blogspot.com/-NWYMUKpEyEg/XFAJV0644QI/AAAAAAAACOA/qeOCEpe7tRoWTV0pVDOh8xOdb6AonROggCLcBGAs/s400/u147.jpg" title="Qurrotu ‘Ain; Mesti Diupayakan" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Anak, satu kata yang terdengar indah bagi setiap orang tua. Terlebih jika di belakangnya menyusul kata-kata positif semisal shaleh, pintar, cerdas, rajin, serta taat. Namun juga akan terdengar menyesakkan ketika tertaut kata-kata negative seperti nakal, bodoh, malas, ataupun pembangkang.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dari berbagai sudut pandang keilmuan anak (baca:bayi) selalu didefinisikan sebagai sebuah awalan, kertas putih, atau dalam bahasa Al Qur’an disebut fitrah. Ketika terukir di atasnya coretan-coretan kebaikan, maka sang anak pun akan terbiasa dengan kebaikan (</span><i><span style="font-weight: 400;">good habbit</span></i><span style="font-weight: 400;">). Namun sebaliknya, ketika kertas tersebut penuh akan goresan keburukan, maka keburukan pun akan melekat sebagai perangainya.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya yahudi, atau nashrani, atau majusi”</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Hadits di atas sering dipahami hanya sebatas pada aqidah yang dianut seorang anak ketika dilahirkan, sehingga para orang tua (muslim) merasa sudah tenang ketika selesai memperdengarkan adzan dan mentahniq, seolah sudah selesai tanggung jawabnya dalam “mengislamkan” sang anak, padahal masih terdapat segudang tanggung jawab yang harus dipikul untuk mendidik sang anak.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Pendidikan anak dalam Islam bukanlah dimulai sejak kelahiran sang anak, juga bukan ketika sang anak mulai menjejakan kaki. Namun dimulai jauh sebelum benih dari sang ayah terpancar. Tepatnya dimulai ketika seorang akan memilih istri. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Rasulullah SAW memberikan empat poin (harta, kecantikan, nasab, agama) yang dimana beliau menekankan poin agama agar mendapat perhatian lebih ketimbang opsi lainnya. Begitu pula sebaliknya, Rasulullah SAW juga menganjurkan kepada para wanita untuk lebih memilih pemuda yang sholih ketimbang pemuda yang kaya, karena memilih suami bukan atas dasar keshalehan adalah akhir dunia. Bagaimana seorang ayah yang tidak memahami aturan agama dapat mewujudkan keluarga yang </span><b>sakinah, mawaddah wa rahmah</b><span style="font-weight: 400;">?</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Tahapan selanjutnya adalah ketika air mani akan terpancar, Rasulullah SAW sudah mengajarkan doa untuk pasutri ketika akan melakukan hubungan suami istri.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">بِسْــــمِ اللهِ اَللّهُـــمَّ جَانِبْـنَا الشَّيْــطَانَ وَ جَانِبِ الشَّيْــطَانَ مَا رَزَقْتَـنَا</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">“Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari campur tangan Syaithan, dan jauhkanlah syaithan dari apa-apa yang engkau karuniakan kepada kami”</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dengan berdoa maka amalan tersebut akan bernilai ibadah. Jika sesuatu diawali dengan niat ibadah yang beorientasi </span><i><span style="font-weight: 400;">rabbanii</span></i><span style="font-weight: 400;"> maka hasilnya akan berjalan pada sistem </span><i><span style="font-weight: 400;">rabbani</span></i><span style="font-weight: 400;"> pula. Sebaliknya jika syaithan turut campur tangan menghembuskan nafsu hewani dalam amalan kita, maka hasilnya pun akan jauh dari kebaikan dan kasih sayang Allah SWT.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Itulah sedikit ajaran Islam tentang pengasuhan anak sebelum  kelahiran anak itu sendiri. Diharapkan ketika orang tua telah siap lahir batin menerima kehadiran buah hati. Maka anak bukan sekedar peramai suasana rumah, tapi juga menjadi </span><i><span style="font-weight: 400;">qurrotu ‘ain</span></i><span style="font-weight: 400;"> (penyejuk  mata) dengan perilakunya yang berkesuaian dengan aturan-aturan Allah SWT.</span></div>

Qurrotu ‘Ain; Mesti Diupayakan

Anak, satu kata yang terdengar indah bagi setiap orang tua. Terlebih jika di belakangnya menyusul kata-kata positif semisal shaleh, pinta...

Baca selengkapnya »

Pro Kontra Penggunaan Teknologi Dalam Dunia Pendidikan

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://4.bp.blogspot.com/-h-tUWl1Bgfo/XFAJcpYk9lI/AAAAAAAACOE/mdWbnF1HQ1IwCqGVto0QALsQAb0n4naogCLcBGAs/s1600/u148.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pro Kontra Penggunaan Teknologi Dalam Dunia Pendidikan" border="0" data-original-height="580" data-original-width="1130" height="205" src="https://4.bp.blogspot.com/-h-tUWl1Bgfo/XFAJcpYk9lI/AAAAAAAACOE/mdWbnF1HQ1IwCqGVto0QALsQAb0n4naogCLcBGAs/s400/u148.jpg" title="Pro Kontra Penggunaan Teknologi Dalam Dunia Pendidikan" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluargadakwah.com - Pihak-pihak yang sedang berusaha mengintegrasikan teknologi dengan kegiatan belajar mengajar tentu akan melihatnya sebagai hal yang positif. Teknologi telah berkontribusi dalam penyebaran pengetahuan kepada seluruh siswa di belahan bumi manapun secara cepat. Di mana penyebaran tersebut menembus batas-batas geografis. Selama tersedia sebuah jaringan informasi di suatu tempat, maka akan semakin mudah informasi yang baru serta bermanfaat menyebar di daerah tersebut.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Para ilmuwan menilai bahwa telah terjadi perkembangan yang sangat pesat mengenai teknologi. Kita telah berada di era revolusi teknologi yang membuat kita mau tidak mau harus mengikuti setiap tahap perkembangannya. Adapun yang dimaksud dengan pengintegrasian teknologi pada suatu bidang adalah penggunaan sarana-sarana teknologi di mana komputer sebagai sarana utama serta sarana pendukung lainnya semisal I-pad.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Sebagaimana disinggung di awal, bahwa peran penting teknologi adalah mempermudah akses para penuntut ilmu terhadap pengetahuan-pengetahuan yang mereka butuhkan, dan juga memudahkan para pengajar dalam membimbing mereka. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Teknologi mampu menyampaikan sebuah pengetahuan baru ke benak seorang siswa dalam hitungan detik. Hal ini memberikan siswa sebuah pengalaman baru serta peningkatan kemampuan berpikir dalam waktu singkat. Singkatnya teknologi telah merubah gaya pengajaran menjadi lebih modern dan meninggalkan cara-cara tradisional baik secara drastis maupun perlahan-lahan.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Namun tidak dapat dipungkiri bahwa juga terdapat beberapa kendala yang kita jumpai dalam penggunaan teknologi di ruang kelas, kendala tersebut bisa bersumber dari pelaku (manusia) ataupun objek (benda).       </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dari sisi manusianya, harus kita akui bahwa ada sebagian pengajar yang menolak penggunaan teknologi. Bagi mereka hal ini terlalu banyak membuang waktu dan juga terlalu boros untuk menyediakan berbagai peralatan tersebut. Dan mereka cukup percaya diri dengan kemampuan mereka bahwa mereka masih mampu memberikan apa yang dibutuhkan oleh para siswa tanpa bantuan teknologi.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Namun ada juga di antara mereka yang memang mempunyai karakter keras kepala dengan menolak segala sesuatu yang baru. Mereka biasanya menolak untuk mengikuti berbagai seminar dan lokakarya yang bisa membantu mereka meningkatkan kemampuan mengajar.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Adapun kendala yang kedua, yaitu pada materi atau bendanya. Yaitu beberapa pengelola sekolah kurang menyadari pentingnya mempersiapkan ruang kelas yang kondusif, bukan sekedar ruang kosong yang dipenuhi meja dan bangku, namun ruangan yang mendukung pengaplikasian berbagai metode pendidikan terbaru serta pengunaan teknologi modern. Sebuah ruangan yang dapat mengurangi setengah beban para pengajarnya. Para pengelola tersebut enggan membangun ruangan semacam itu meskipun mempunyai anggaran yang cukup untuk mewujudkan hal tersebut.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Sementara itu para pendukung penggunaan teknologi di ruang kelas melihat bahwa penggunaan teknologi membuat pekerjaan para pengajar menjadi lebih efektif, hal itu tentunya akan berdampak pada hasil yang lebih baik ketimbang metode pengajaran tradisional.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Bagimanapun juga, terlepas dari pro kontra dalam permasalahan ini. Ada satu hal yang perlu kita sadari semua, bahwa di abad kedua puluh satu ini teknologi telah menjadi sesuatu yang asasi dalam hidup kita, bahkan untuk hal-hal kecil dalam keseharian kita.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">*Disadur dari artikel “استخدام التكنولوجيا في التعليم بين الرفض والقبول” tulisan Ustadzah Shobariyah binti Muhammad Al Khaibari (alukah.net)   </span></i></div><div style="text-align: justify;"><div>.</div><div>.</div><div><div>┏ ===  ❀❀✿❀❀  === -┓</div><div>               Link grup </div><div><br /></div><div>     <a href="https://chat.whatsapp.com/E9CcBP9oUQZ4oKWTeCLAuw" target="_blank">Keluarga Dakwah 09</a> </div><div>     <a href="https://chat.whatsapp.com/KlQcgVMuA9DK7tTK6cRzJm" target="_blank">Keluarga Dakwah 10 </a></div><div><br /></div><div>  ┗ ===  ❀❀✿❀❀  === -┛</div></div></div> <br />

Pro Kontra Penggunaan Teknologi Dalam Dunia Pendidikan

Keluargadakwah.com - Pihak-pihak yang sedang berusaha mengintegrasikan teknologi dengan kegiatan belajar mengajar tentu akan melihatnya s...

Baca selengkapnya »

Jangan Abaikan Pendidikan Anakmu

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://4.bp.blogspot.com/-W1eU4yGqCIE/XFAJuqF5dcI/AAAAAAAACOQ/pon3OJwEo2I2pVEYpwZiCbLpkQ8oxAKzQCLcBGAs/s1600/u149.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Jangan Abaikan Pendidikan Anakmu" border="0" data-original-height="580" data-original-width="1130" height="205" src="https://4.bp.blogspot.com/-W1eU4yGqCIE/XFAJuqF5dcI/AAAAAAAACOQ/pon3OJwEo2I2pVEYpwZiCbLpkQ8oxAKzQCLcBGAs/s400/u149.jpg" title="Jangan Abaikan Pendidikan Anakmu" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluargadakwah.com - Tidak dapat dipungkiri lagi jika rumah dan lingkungan sekitarnya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap anak. Karena yang dilihatnya pertama kali adalah apa-apa yang terdapat dalam rumah dan lingkungannya. Bentuk dan cara kehidupan yang pertama kali dilihatnya akan tergambar di benaknya, jiwanya yang masih lentur siap menerima segala pengaruh yang akan membentuk kepribadian awalnya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Imam Al Ghazali mengatakan, Anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang masih polos tanpa ukiran dan gambar. Ia siap diukir dan cenderung kepada apa saja yang mempengaruhinya. Jika ia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, ia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Dengan begitu, kedua orang tuanya akan berbahagia di dunia dan akhirat. Demikian juga guru dan pendidiknya. Sedangkan apabila ia dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu sajaseperti membiarkan binatang ternak, maka ia akan sengsara dan binasa. Doasanya pun akan dipikul oleh orang yang mengurusnya dan walinya.”</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Karena itu pendidikan dari orang tua menjadi faktor terpenting yang menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan seorang anak, baik di kehidupan dunia maupun akhiratnya kelak.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Rasulullah SAW bersabda,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”</span></i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Melalui hadits tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa anak-anak akan tumbuh berdasarkan apa yang dibiasakan oleh orang tuanya. Ketika orang tuanya terbiasa menampilkan akhlak serta perilaku yang Islami maka anak-anak pun akan tumbuh dengan akhlak Islami pula. Karena sejatinya seorang anak tidaklah menjadi tercela oleh akalnya, terlebih ketika akalnya belum sempurna. Namun orang-orang terdekatnya yang membuatnya hina.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Karena itu sudah menjadi tanggung jawab bagi seorang muslim yang mempunyai anak untuk mewujudkan rumah tangga yang diliputi oleh segala hal yang bisa menanamkan ruh keagamaan dan akhlakul karimah terhadap jiwa anak.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Allah SWT berfirman,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” </span></i><span style="font-weight: 400;">(QS At Tahrim : 6)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Menanggapi ayat di atas, Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Ajarkan kebaikan kepada dirimu dan keluargamu”. Sementara itu Imam Zamakhsyari dalam tafsir </span><i><span style="font-weight: 400;">Al Kassyaf</span></i><span style="font-weight: 400;"> menerangkan, “Peliharalah dirimu yaitu dengan cara meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan-ketaatan; ‘dan keluargamu’, memperlakukan mereka sebagaimana kalian memperlakukan dirimu sendiri.”</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Maka dari itu sudah seharusnya bagi para orang tua untuk mencurahkan segala upayanya untuk memberikan pengajaran agama yang baik kepada anaknya, memperbaiki serta mengingatkan kesalahan mereka, serta membiasakan mereka kepada kebaikan. </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Imam Al Ghazali membuat perumpamaan bahwa pendidikan anak serupa dengan pekerjaan seorang petani yang membuang duri dan mengeluarkan tumbuhan-tumbuhan asing atau rerumputan yang mengganggu tanaman, agar ia bisa tumbuh dengan baik dan membawa hasil yang maksimal.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Di samping itu sebagian ulama mengatakan bahwa Allah SWT akan meminta pertanggung jawaban setiap orang tua tentang anaknya pada hari kiamat. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, “masing-masing kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya”. Dan juga pesan-pesan Allah SWT yang berkaitan dengan kewajiban orang tua terhadap anaknya mendahului pesan-pesan yang berkaitan dengan hak orang tua atas anak-anaknya.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Sesungguhnya firman Allah SWT dalam surat Al Isra ayat 31,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”</span></i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Telah diturunkan sebelum surat Al Ankabut ayat 7 dan surat An Nisa ayat 36 yang mengandung perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Karena tanpa pendidikan yang baik dari orang tua, mustahil akan tumbuh seorang anak dengan perangai dan perilaku yang baik, yang rela mengabdikan hidupnya untuk berbakti kepada kedua orang tuanya.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Dinukil dari : “Mendidik Anak Bersama Nabi” karya Muhammad Suwaid terjemahan Pustaka Arafah </span></div>

Jangan Abaikan Pendidikan Anakmu

Keluargadakwah.com - Tidak dapat dipungkiri lagi jika rumah dan lingkungan sekitarnya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap anak....

Baca selengkapnya »

Kekuatan Hati dan Pilihan

<br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <span style="font-weight: 400;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-xJB1mqZAKuc/XFAXCsz7a7I/AAAAAAAACRY/aI6fFPD6R4gMQZWhXPIX15AOdl7YdsxZQCLcBGAs/s1600/t20.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kekuatan Hati dan Pilihan" border="0" data-original-height="580" data-original-width="1130" height="205" src="https://3.bp.blogspot.com/-xJB1mqZAKuc/XFAXCsz7a7I/AAAAAAAACRY/aI6fFPD6R4gMQZWhXPIX15AOdl7YdsxZQCLcBGAs/s400/t20.jpg" title="Kekuatan Hati dan Pilihan" width="400" /></a></span></div> <span style="font-weight: 400;">Keluarga Dakwah - Pilihan bagi seorang manusia adalah keniscayaan. Tidak ada manusia yang bisa menjalani hidup tanpa pilihan, bahkan kepasrahan dan puncak keputusasaan yang membawa diri seseorang terdiam di tempat tanpa sikap itu pun sebuah pilihan. Ya, kata pilihan mengandung makna absolut; tidak memilih itu pun sebuah pilihan.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Arah pilihan manusia bisa sangat-sangat beragam, namun bisa digeneralisir setidaknya menjadi dua arah. Yaitu baik buruk, benar salah, atau dalam bahasa Al Quran dikenal sebagai </span><i><span style="font-weight: 400;">al Haq</span></i><span style="font-weight: 400;"> dan </span><i><span style="font-weight: 400;">al Bathil</span></i><span style="font-weight: 400;">. </span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Ke arah mana seseorang melangkah ditentukan oleh kondisi hatinya sebagai penggerak dan pemberi inisiatif. Menurut Ibnul Qoyyim Al Jauziah hati mempunyai dua kekuatan dasar yang akan mempengaruhi sikap dan keputusan seseorang dalam menentukan pilihannya. </span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Yang pertama adalah </span><b><i>quwwatul ilmi</i></b><span style="font-weight: 400;"> (kekuatan untuk mengetahui), untuk mengetahui dan memahami kebenaran serta kemampuan membedakannya dengan kebatilan. Allah SWT menganugerahkan kekuatan ini pada setiap individu dalam taraf yang sama. </span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Anda tentu pernah mendengar kisah tentang senandung suku pedalaman yang belum berperadaban, “matahari terbit dan terbenam, langit membiru lalu gelap, awan pun terkadang menghitam lalu meneteslah hujan, menghijaulah ladang, pasti ada “sesuatu” yang mengatur semua ini”. </span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Atau kisah seorang yang tinggal di lingkungan modern yang segalanya diukur secara material, merasakan kejenuhan spiritual lalu melakukan perjalanan mencari “sesuatu yang luar biasa” yang bisa memberinya kebahagiaan luar dalam. Begitulah </span><b><i>quwwatul ilmi</i></b><span style="font-weight: 400;"> bekerja, dia akan menuntun siapapun, kapanpun, dan di manapun kepada hakikat serta kebenaran.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Yang kedua adalah </span><b><i>quwwatul iradah wal mahabbah</i></b><span style="font-weight: 400;"> (kekuatan untuk menghendaki dan mencintai), yaitu kekuatan yang menuntun seseorang untuk mengikuti dan mencintai kebenaran yang telah diketahuinya. </span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Karena tidak semua orang yang telah mengetahui jalan kebenaran lantas akan berjalan lurus di atasnya. Betapa sering kita mendengar tentang anak seorang ustadz yang menjadi penjahat, dan sebaliknya anak seorang penyamun justru menjadi mubaligh. </span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Seperti yang disebutkan baginda Rasul SAW dalam sebuah hadits, ada seorang yang beramal sholih semasa hidupnya sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya sehasta,  namun dia berbuat keburukan menjelang akhir hidupnya maka masuklah dia ke neraka. Sebaliknya ada seseorang yang berbuat keburukan hingga jarak antara dirinya dengan neraka tinggal sehasta, namun menjelang akhir hayatnya dipenuhinya dengan amal sholih maka masuklah dia ke surga.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Itulah dua kekuatan hati yang akan mempengaruhi arah pilihan seseorang dalam hidupnya. Jika dua kekuatan tadi diarahkan pada kebenaran maka seseorang akan menjadi pribadi yang selalu ke arah kebenaran dalam setiap pilihannya. </span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Sebaliknya jika diarahkan pada keburukan maka akan terbentuk pribadi yang buruk paradigmanya dalam setiap keadaan. Sebagaimana diterangkan dalam surat Al Fatihah, orang yang tidak mengetahui kebenaran disebut </span><i><span style="font-weight: 400;">ad dhol</span></i><span style="font-weight: 400;"> (tersesat), sedangkan orang yang mengetahui kebenaran namun tidak mau mengikutinya disebut </span><i><span style="font-weight: 400;">maghdzub alaihim</span></i><span style="font-weight: 400;"> (dimurkai). </span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Semoga Allah SWT menjauhkan kita dari kedua sikap tersebut dan senantiasa menjaga kita tetap menapaki </span><i><span style="font-weight: 400;">shirotul mustaqim</span></i><span style="font-weight: 400;">. </span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Wallahu a’lam bisshowab</span>

Kekuatan Hati dan Pilihan

Keluarga Dakwah - Pilihan bagi seorang manusia adalah keniscayaan. Tidak ada manusia yang bisa menjalani hidup tanpa pilihan, bahkan kepa...

Baca selengkapnya »

Memaklumi Sebuah Kelemahan

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://3.bp.blogspot.com/-CrA-t-yg0QQ/XFAXLHl0oEI/AAAAAAAACRc/E3mDPzPSVlE_ywBQ_dxdBdsrB9nDHDELQCLcBGAs/s1600/t21.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Memaklumi Sebuah Kelemahan" border="0" data-original-height="580" data-original-width="960" height="241" src="https://3.bp.blogspot.com/-CrA-t-yg0QQ/XFAXLHl0oEI/AAAAAAAACRc/E3mDPzPSVlE_ywBQ_dxdBdsrB9nDHDELQCLcBGAs/s400/t21.jpg" title="Memaklumi Sebuah Kelemahan" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga dakwah - Sering kita dengar bahwa salah satu hal yang bisa melanggengkan sebuah pernikahan adalah ketika sepasang suami istri saling menerima kelemahan masing-masing dan berusaha untuk saling melengkapi. Namun kenyataan tidaklah semudah teori, nyatanya masih banyak pasangan yang sulit untuk tidak saling menyalahkan serta mengungkit kelemahan pasangannya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;"> Ketika sudah mulai tergoda untuk saling menyalahkan, ada baiknya pasangan suami istri mengingat dan merenung kembali bahwa orientasi pernikahan mereka tidak lain tidak bukan untuk meraih kecintaan dan rahmat dari Allah SWT.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Mulailah merenung kembali bahwa pada hakikatnya manusia memang makhluk yang lemah, jika seorang fakir lemah dari sisi materi, maka orang kaya bisa jadi lemah dari sisi kesehatan ataupun imannya. Keberadaan manusia tanpa kelemahan adalah sebuah kemustahilan, karena manusia sendiri diciptakan dalam keadaan lemah dan akan kembali dalam keadaan lemah pula.  </span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Allah SWT telah berfirman,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“dan manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah.”</span></i><span style="font-weight: 400;"> (An Nisa :28)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Allah SWT mengisahkan manusia pertama Adam AS sebagai makhluk yang mempunyai kelemahan. Sebagaimana dalam firmannya surat Thaha ayat 115,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“Dan sesungguhnya telah kami perintahkan sebelumnya kepada Adam, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak kami dapati padanya kemauan yang kuat.”</span></i></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Adanya penyebutan kelemahan pada Adam AS ini menjadi isyarat bahwa anak cucunya pun pasti mempunyai kelemahan. Maka dari itu, wajar apabila dalam peristiwa mi’raj Musa AS memperingatkan Muhammad SAW bahwa pengikutnya yang penuh kelemahan itu tidak akan kuat menjalankan shalat lima puluh waktu.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“Hai Muhammad, demi Allah aku telah membujuk kaumku Bani Israil untuk melaksanakan yang lebih sedikit dari ini, namun emreka lemah kemudian meninggalkannya. Umatmu lebih lemah dari umatku, baik dari segi fisik, hati, penglihatan maupun pendengaran. Maka kembalilah, minta keringanan dari Rabbmu.” </span></i><span style="font-weight: 400;">(HR Bukhari)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Rasulullah SAW sendiri terkadang memperingatkan beberapa sahabat mengenai kelemahan mereka. Beliau mengingatkan Abu Dzar RA agar jangan menjadi pemimpin atas dua orang serta jangan mencoba menjadi wali harta anak yatim. Beliau juga tak segan mengatakan bahwa Abu Bakar RA lemah ketika menarik timba air.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Artinya, kelemaha adalah suatu kepastian bagi manusia. Dan dalam Islam kelemahan bukanlah menjadi penyebab sebuah hukuman, justru menjadi penyebab sebuah keringanan. Allah SWT mengijinkan musafir menjamak shalat mengingat kelemahan kondisi fisiknya ketika melakukan perjalanan, Allah SWT mengijinkan wanita hamil dan lansia untuk tidak berpuasa karena kelemahan mereka.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Allah SWT berfirman,</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <i><span style="font-weight: 400;">“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”</span></i><span style="font-weight: 400;"> (Al Baqarah : 286)</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Maka, jika Allah SWT saja memaklumi sebuah kelemahan, lantas apa alasan kita untuk tidak menerima dan memaklumi kelemahan pasangan kita?!  </span></div>

Memaklumi Sebuah Kelemahan

Keluarga dakwah - Sering kita dengar bahwa salah satu hal yang bisa melanggengkan sebuah pernikahan adalah ketika sepasang suami istri sa...

Baca selengkapnya »

Balasan Amalan dalam Kesendirian

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://4.bp.blogspot.com/-K7vhKPTGml8/XFAXR0-VoFI/AAAAAAAACRg/mzNPVuu_hlYeqm1slYPA_mzJCU2WrXetQCLcBGAs/s1600/t22.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Balasan Amalan dalam Kesendirian" border="0" data-original-height="580" data-original-width="1130" height="205" src="https://4.bp.blogspot.com/-K7vhKPTGml8/XFAXR0-VoFI/AAAAAAAACRg/mzNPVuu_hlYeqm1slYPA_mzJCU2WrXetQCLcBGAs/s400/t22.jpg" title="Balasan Amalan dalam Kesendirian" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga dakwah - Dinarasikan Abu Hurairah, Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika mencinta seorang hamba, Allah menyeru kepada Jibril, “Sesungguhnya Allah mencinta fulan, maka cintailah ia.” Jibril pun mencintanya, lalu dia menyeru penghuni langit, “Sesungguhnya Allah mencinta si fulan, maka cintailah ia” mereka pun mencintanya, kemudian ia pun diterima di bumi.” [HR. al Bukhari, bab Dzikrul Malâikah, nomor 3037]</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dalam buku Shaidul Khâthir, diary yang berisi catatan-catatan renungannya, Ibnul Jauzi mengingatkan, “Amalan di tempat sepi memiliki banyak pengaruh di tempat ramai. Tak sedikit orang yang beriman kepada Allah Azza wa Jalla memuliakan-Nya di tempat-tempat yang sepi dan meninggalkan sesuatu yang disenanginya karena takut pada siksa-Nya, berharap pahala-Nya atau segan terhadap-Nya.”</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Orang yang melakukan amalan di tempat sepi dan ketika menyendiri, lanjut Ibnul Jauzi, ibarat orang yang memasukkan kayu gaharu ke dalam perapian, lalu ia menyebarkan aroma wangi nan mengharumkan, yang tercium oleh banyak orang, meski mereka sama sekali tidak mengetahui dari mana sumbernya. Wangi atau tidaknya kayu gaharu itu bergantung dari tingkat kesungguhan dalam meninggalkan apa-apa yang disenangi dan kuat-lemahnya kemampuan menjauhi hal-hal yang dicintai.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Itulah keshalihan haqiqi, dan buah dari keikhlasan, serta ta’zhim (pengagungan) seorang hamba kepada Allah Ta’ala. Semakin tinggi kualitas iman dan keikhlasan seorang hamba, semakin besar pula kecintaan manusia kepadanya, disadari atau tidak, dikehendaki atau tidak. Balasan yang Allah berikan itu setara, bahkan lebih baik dari amal hamba-hamba-Nya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Ada pesan indah yang diucapkan oleh Yahya bin Mu’adz. Katanya, “Manusia akan segan kepadamu menurut kadar takutmu kepada Allah, dan manusia akan mencintamu menurut kadar cintamu kepada Allah, dan manusia akan sibuk menolong urusanmu menurut kadar kesibukanmu untuk Allah.” (Shifatus Shafwah : IV/95, dalam Ensiklopedi Hikmah, nomor 461, hlm. 274-275).</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <strong>Cinta dari langit</strong></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Kita mungkin bertanya, apa yang membuat manusia begitu mencinta mereka-mereka yang beramal dalam kesendirian padahal mereka tidak mengetahuinya? Jawabannya adalah cinta itu dari langit; Allah lah yang menebarkan cinta kepada Jibril, penghuni langit dan juga penduduk bumi sehingga mereka semua mencintanya. Inilah yang diisyaratkan oleh Rasul mulia, Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wa sallam, dalam salah satu sabdanya,</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( إِذَا أَحَبَّ اللهُ الْعَبْدَ نَادَى جِبْرِيْلَ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحْبِبْهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيْلُ فَيُنَادِيْ جِبْرِيْلُ فِيْ أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوْهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوْضَعُ لَهُ الْقَبُوْلُ فِي الْأَرْضِ )</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dinarasikan oleh Abu Hurairah, Nabi bersabda, <em>“Jika mencinta seorang hamba, Allah menyeru kepada Jibril, “Sesungguhnya Allah mencinta fulan, maka cintailah ia.” Jibril pun mencintanya, lalu dia menyeru penghuni langit, “Sesungguhnya Allah mencinta si fulan, maka cintailah ia.” Kemudian ia pun diterima di bumi.”</em> [HR. al Bukhari].</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Makna, “ia pun diterima di bumi”, menurut DR. Mushthafa Dib al Bugha adalah “ia dicintai oleh orang-orang mukmin yang mengenalnya, dan disebut serta dipuji dengan sebutan dan pujian yang baik.”</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Inilah salah satu kunci dan rahasia amalan-amalan dalam kesendirian; semakin ikhlas seorang hamba dalam beramal ketika sepi dan sendiri, maka semakin besar pula cinta Allah kepadanya. Maka renungkanlah wahai saudaraku, fokuskanlah dirimu untuk memperbaiki hubunganmu dengan Allah, niscaya Dia akan mendatangkan keajaiban-keajaiban tak berkesudahan.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Fakta dan realita menjadi bukti terkuatnya. Betapa banyak mata yang mengagungkannya dan lisan yang memujinya, padahal mereka tidak mengetahui penyebabnya dan tidak mampu melukiskannya karena sangat jauhnya mereka dari hakikat pengetahuannya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Terkadang keharuman nama orang-orang yang seperti ini tetap terjaga hingga sesudah kematiannya. Sebagian dari mereka dibicarakan namanya dalam waktu yang sangat lama, namun kemudian dilupakan. Sebagian disebut-sebut kebaikannya selama 100 tahun, lalu nama dan kuburannya tak lagi diingat orang. Sebagian mereka lagi ada yang menjadi tokoh hingga namanya diingat sepanjang masa, padahal sudah ribuan tahun ia di kuburkan.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <strong>Kegembiraan orang mukmin</strong></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Suatu ketika, sebagaimana dinarasikan oleh Abu Dzar Radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah ditanya, <em>“Bagaimana pendapat Anda tentang lelaki yang melakukan sebuah amal kebaikan, lalu manusia memujinya?” beliau menjawab, “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi orang mukmin.”</em> [HR. Muslim, bab Idzâ atsnâ ‘alash shâlihi fa hiya busyrâ, nomor 2642].</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Maksud, “Itu adalah kabar gembira bagi orang mukmin yang disegerakan”, menurut para ulama sebagaimana dinukil oleh Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, adalah bahwa ini merupakan bukti ridha dan cinta Allah Ta’ala kepadanya, sehingga Dia menjadikan manusia mencintainya. [Qâlal ‘ulamâ ma’nâhu hâdzal busyrâ al mu’ajjalah lahu bil khair, wa hiya dalilul busyra al muakhkharah ilal âkhirah bi qaulihi, ‘Busyrâkumul yauma jannâtun…..al âyah.” wa hâdzihil busyrâ al mu’ajjalah dalîlun ‘ala ridhallâhi Ta’âlâ ‘anhu wa mahabbatihi lahu fa yuhabbibuhu ilal khalqi].</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Pujian ini, sekali lagi, bahkan lebih baik dari pada amal hamba tersebut. Terlalu sering kita mendapati pengakuan mereka, orang-orang yang ikhlash dalam beramal, bahwa pujian manusia terlalu berlebihan; karena amal yang mereka lakukan tidak sebaik yang diperkirakan pemujinya, keshalihan mereka pun tidak sehebat yang disangkakan pemujanya. Hingga mereka selalu berdoa dalam munajatnya, <em>“Allahumma lâ tuâkhidnî bi mâ yaqûlûna wa-j’alnî khairan mimmâ yazhunnûn, Duh Allah, janganlah Engkau memberikan hukuman kepada hamba disebabkan apa yang mereka ucapkan dan jadikanlah hamba lebih baik dari apa yang mereka sangkakan.”</em></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Itulah keunikan dan ciri khas orang-orang ikhlash; semakin dipuji semakin takut dan khawatir amalnya tidak diterima. Ini tentu karena tingginya pengetahuan mereka terhadap Allah Ta’ala; betapa maha dermawan dan pemurahnya Allah Ta’ala yang menutupi aib-aib hambanya, dan mengampuni sebagian besar kesalahan mereka.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Ah, alangkah bijaknya kekata Malik bin Dinar. Katanya, “Semenjak kenal manusia, aku tidak senang pujian mereka, dan juga tidak benci celaan mereka.” Ada yang bertanya, “Kenapa bisa demikian?” beliau menjawab, “Karena mereka yang memuji itu berlebih-lebihan dan mereka yang mencela itu terlalu meremehkan.” (Shifatus Shafwah : III/276 dalam Ensiklopedi Hikmah nomor 360, hlm. 220).</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <strong>Keteladanan para salaf</strong></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Berbicara tentang gemar menyembunyikan amal dalam kesendirian, atau menjaga keikhlasan sebelum-saat-sesudah beramal, maka kita tidak bisa menafikan teladan para salaf yang mendahului kita. Mereka lah sebaik-baik teladan yang wajib kita ikuti.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Inilah Hassan bin Sinan. Istrinya pernah bercerita, <em>“Hasan datang, dan masuk ke ranjangku ketika hendak tidur, lalu ia menipuku sebagaimana seorang ibu menipu anaknya. Jika ia sudah tahu bahwa aku tidur, ia bangkit kemudian shalat malam.”</em></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Inlah Dawud bin Abu Hind. Ia berpuasa selam 40 tahun tetapi keluarga dan orang-orang pasar tidak mengetahuinya, padahal ia adalah seorang pedagang. Ia membawa makan paginya lalu disedekahkan, sehingga keluarganya mengira bahwa ia memakannya di pasar, sementara orang-orang pasar menyangka bahwa ia sudah makan bersama keluarganya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Inilah Rabi’ bin Khutsaim, tabi’in agung yang pernah dipuji oleh shahabat Abdullah bin Mas’ud, “Seandainya Rasulullah melihatmu, beliau pasti mencintamu.” Dinarasikan oleh Bakar bin Ma’iz, sebagaimana diabadikan oleh Ibnul Jauzi dalam Shifatus Shafwah, bahwa ia berkata,<em> “Rabi’ tidak pernah terlihat shalat sunah di masjid masyarakat kampungnya kecuali hanya sekali seumur hidupnya.” Pengakuan lain tentang keikhlasan Rabi’ juga berasal dari budaknya. Katanya, “Sesungguhnya amal perbuatan Rabi’ seluruhnya dilakukan dengan diam-diam. Bilamana seseorang datang, sementara dia tengah membaca al Qur’an, dia segera menutupi mushafnya dengan bajunya.”</em></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Kisah serupa juga dilakukan oleh Ibrahim an Nakha’i. al A’masy meriwayatkan, “Aku berada di sisi Ibrahim yang sedang membaca mushhaf, kemudian ada orang yang meminta izin untuk bertemu, lalu beliau menutup mushhafnya, dan berkata, “Agar dia tidak mengira bahwa saya membaca setiap saat.” (Shifatus Shafwah : III/87 dalam Ensiklopedi Hikmah, nomor 274, hlm. 169)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Yang lebih menakjubkan lagi, tentunya kisah Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, keponakan shahabat Ali dan cicit Nabi Muhammad. Syaibah bin Na’amah berkata, “Ali bin Husain dulu dikenal pelit, tetapi ketika meninggal dunia, manusia mendapati beliau menghidupi 100 keluarga di Madinah.” (Shifatus Shafwah : II/96 dalam Ensiklopedi Hikmah nomor 116, hlm. 81).</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Dalam ranah intelektualitas, Imam Asy-Syafi’I pernah berkata,<em> “Wadidtu annal khalqa ta’allamû hâdzâ, ‘alâ an lâ yunsaba ilayya harfun minhu, aku ingin semua manusia belajar ini, hanya saja tidak ada satu huruf pun yang dinisbatkan kepadaku.”</em></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Mereka jujur bersama Allah, sehingga ini membuat Allah mencintainya. Sebagai balasannya, Allah pun membuat Jibril, penghuni langit dan penduduk bumi mencintainya. Maka kaidah terpenting dalam masalah ini adalah fokuskanlah dirimu dalam memperbaiki hubungan dirimu dengan Allah, dan hadapkanlah hatimu hanya kepada-Nya semata, niscaya Dia akan menghadapkan hati segenap hamba-Nya kepadamu. Bahkan tidak hanya itu, Allah pun memberikan bonus lagi; Dia akan memperbaiki hatimu. Hudzaifah bin Qatadah al Mar’asyi berkata, <em>“Jika kamu mentaati Allah dalam kesendirian, Dia akan memperbaiki hatimu, baik kamu berkehendak atau tidak.”</em> (Shifatus Shafwah : IV/270 dalam Ensiklopedi Hikmah nomor 593, hlm. 347).</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <strong>Hati-hati dengan maksiat ketika menyendiri</strong></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sebagian orang kebalikan dari orang-orang di atas; mereka takut pada makhluk dan tidak memuliakan Allah kala menyendiri. Sedikit-banyaknya dosa mereka menjadi ukuran parah-tidaknya kebusukan bau mereka di mata manusia, dan parameter kebencian mereka kepadanya. Jika dosa yang dilakukannya tidak seberapa, lisan yang membicarakan kebaikannya juga tidak seberapa, dan yang tersisa cuma penghormatan kepadanya. Namun kalau dosa yang dikerjakannya terlalu banyak, yang sering terjadi adalah diamnya orang-orang dalam menghadapinya; mereka tidak memujinya namun tidak pula mencelanya.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Perbuatan yang dikerjakan di tempat sepi sangat sering menjerumuskan pelakunya ke jurang kehinaan, kerugian dan kesengsaraan, di dunia dan di akherat. Kehinaan karena ia akan melahirkan rasa malu, baik kepada orang shalih maupun kepada Allah, dan tentunya menjadikan dirinya dibenci oleh orang-orang mukmin, entah disadari atau tidak. Kerugian karena ia bisa melenyapkan pahala yang menggunung lantaran sia-sia dan tidak diterima oleh Allah Ta’ala. Kesengsaraan karena ia mampu merubah pandangan manusia; dikiranya termasuk penghuni surga karena amalannya tetapi dia ternyata menjadi penghuni neraka. Adakah yang lebih berat dari ini semua? Maka, berhati-hatilah, jangan meremehkan kemaksiatan, sekecil apapun itu, karena timbangan Allah mampu menimbang amalan sebutir pasir, sekalipun.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Tentang kebencian dan efek negatif yang didapatkan oleh orang yang gemar bermaksiat dalam kesendiriannya, Abu Darda’ Radhiyallahu ‘Anhu pernah mengatakan, “Seorang hamba melakukan dosa di tempat sepi, lalu Allah menjadikannya dibenci oleh orang-orang yang beriman tanpa ia sadari.” [baca artikel terkait berjudul; mengeja balasan setiap perbuatan].</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Lebih dari itu, kemaksiatan dalam kesendirian terkadang bisa melenyapkan pahala yang menggunung. Tentang orang yang shalih dalam keramaian tetapi berhati busuk dalam kesendirian, Rasulullah pernah mengingatkan,</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> “Sungguh aku tahu ada sekelompok dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan kebaikan-kebaikan semisal gegunungan Tihamah yang berwarna putih, tetapi Allah menjadikannya debu yang beterbangan (sia-sia).” Tsauban bertanya, “Ya Rasûlallah, sifatkanlah mereka untuk kami, agar kami tidak seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.” Beliau bersabda, “Mereka adalah saudara kalian, dari ras kalian, dan qiyam sebagaimana kalian hanya saja mereka adalah orang-orang yang melanggar larangan-larangan Allah dalam kesendiriannya.” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani).</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Pembahasan tentang hadits ini sudah pernah dipaparkan pada artikel sebelumnya; Tumpukan pahala yang sia-sia.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Yang lebih mengejutkan lagi adalah kekhawatiran kita bila kemaksiatan yang dilakukan ketika menyendiri itu menyeret kita kepada su’ul khatimah, dan menempatkan kita ke seburuk-buruk tempat di akherat. Wal iyadzu billah. Rasulullah bersabda,</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> فَوَالَّذِيْ لَا إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <em>“Demi Dzat yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Dia, sesungguhnya salah seorang di antara kalian sungguh ada yang beramal dengan amalan ahli surga hingga tiada jarak antara dia dengan surga kecuali hanya sehasta, tetapi al Kitab telah mendahuluinya (bahwa ia termasuk penghuni neraka) lalu dia beramal dengan amalan penghuni neraka (sebelum matinya) kemudian dia memasukinya. Dan salah seorang di antara kalian sungguh ada yang beramal dengan amalan ahli neraka hingga tiada jarak antara dia dengan neraka kecuali hanya sehasta, tetapi al Kitab telah mendahulinya (bahwa ia termasuk penghuni surga) lalu dia beramal dengan amalan penghuni surga (sebelum matinya) kemudian dia memasukinya.</em>” (HR. Muslim, bab Kaifiyyatul Khalqi al Adami fi Bathni Ummihi, nomor 2643, Juz IV, hlm. 2036)</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Sebagai kata penutup, kiranya kita harus belajar lebih peka lagi dalam mengeja dan membaca balasan atas amalan-amalan yang kita lakukan, kebaikan dan keburukannya, ketaatan dan kemaksiatannya, agar kita sadar sesadar-sadarnya bahwa tiada secuil pun amalan kecuali pasti mendapatkan balasan. Wallahu A’lam bis Shawwab.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Ya Allah, selalu, berikanlah hidayah dan inayah-Mu kepada kami untuk senantiasa menambah ilmu, kemudian mengamalkannya agar kami tidak termasuk kaum yang Engkau murkai, dan tidak pula termasuk kaum yang tersesat. Amin.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Reference; Shahih al Bukhari, Shahih Muslim, Shifatus Shafwah, Shaidul Khathir, Ensiklopedi Hikmah, dan lain-lain. (Oase Imani / Keluarga dakwah)</div><div style="text-align: justify;"><div>.</div><div>.</div><div><div>┏ ===  ❀❀✿❀❀  === -┓</div><div>               Link grup </div><div><br /></div><div>     <a href="https://chat.whatsapp.com/E9CcBP9oUQZ4oKWTeCLAuw" target="_blank">Keluarga Dakwah 09</a> </div><div>     <a href="https://chat.whatsapp.com/KlQcgVMuA9DK7tTK6cRzJm" target="_blank">Keluarga Dakwah 10 </a></div><div><br /></div><div>  ┗ ===  ❀❀✿❀❀  === -┛</div></div></div>

Balasan Amalan dalam Kesendirian

Keluarga dakwah - Dinarasikan Abu Hurairah, Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika mencinta seorang hamba, Allah menyeru kepa...

Baca selengkapnya »

Menerima Sebuah Pinangan

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-JGP0mjqmMds/XFAXZ3H9zlI/AAAAAAAACRo/c-VaXCt00OU6fr5u0F4P3ChXkiMmTqhtACLcBGAs/s1600/u150.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Menerima Sebuah Pinangan" border="0" data-original-height="480" data-original-width="720" height="266" src="https://1.bp.blogspot.com/-JGP0mjqmMds/XFAXZ3H9zlI/AAAAAAAACRo/c-VaXCt00OU6fr5u0F4P3ChXkiMmTqhtACLcBGAs/s400/u150.jpg" title="Menerima Sebuah Pinangan" width="400" /></a></div> Pada suatu ketika ada seseorang yang lewat di hadapan Rasulullah SAW yang sedang duduk bersama para sahabat.<br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">“Bagaimana pendapat kalian mengenai orang yang baru lewat tadi?”, tanya Rasulullah SAW kepada para shahabat.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">“Orang itu merupakan orang terhormat, apabila meminang pasti diterima, apabila dimintai pertolongan pasti mampu menolong, dan ketika berbicara pasti orang-orang mendengarkannya.” Jawab para sahabat dan Rasulullah SAW pun diam mendengar jawaban mereka.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Lalu lewatlah seseorang dari golongan miskin yang bernama Ja’il bin Suraqah.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">“Bagaimana pendapat kalian mengenai orang yang lewat tadi?” tanya Rasulullah SAW.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">“Dia apabila meminang pasti tidak diterima, apabila dimintai pertolongan pasti tidak mampu menolong, dan ketika berbicara tidak ada yang mendengarkannya.”</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Rasulullah SAW pun menanggapi jawaban para shahabat, “Ketahuilah bahwa orang yang kedua tadi lebih baik dari seisi bumi ini.”</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Kisah di atas merupakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui sahabat Sahl bin Sa’ad RA. Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW ingin mengedukasi para sahabat agar tidak menilai seseorang berdasarkan kedudukan ataupun kekayaannya.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Hadits tersebut juga berkaitan mengenai kriteria calon suami yang baik menurut Rasulullah SAW, di mana kekayaan serta kedudukan tidak menjadi pertimbangan utama, namun aspek agama lah yang harus diperhatikan.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">  Rasulullah SAW bersabda,</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">“</span><i><span style="font-weight: 400;">Apabila telah datang kepadamu seorang laki-laki yang engkau ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia (dengan putrimu), dan jika kamu tidak mengerjakannya niscaya akan terjadi musibah dan kerusakan di muka bumi</span></i><span style="font-weight: 400;">” (HR Tirmidzi)</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Ketika mendengar hadits tersebut para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasulullah, meskipun dia memiliki sesuatu (kemiskinan atau cacat) ?”</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Maka Rasulullah SAW menjawab dengan mengulang kalimat hadits tersebut sebanyak tiga kali.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ketaatan seseorang terhadap agama serta kemuliaan akhlak haruslah menjadi pertimbangan utama seorang wanita ketika akan menentukan pinangan.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Namun pertanyaannya, apakah yang dimaksud dengan beragama?</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Karena terkadang kita jumpai seseorang yang ilmu agamanya tinggi namun rumah tangganya tak beraturan. Di lain pihak, kita sering menjumpai orang yang tak terlalu paham agama justru bisa mengatur rumah tangganya dengan baik.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Tolok ukur beragama memang bukan pada tingkat pengetahuan agama seseorang, jika seperti itu maka para orientalis mungkin bisa menjadi orang paling bertaqwa di muka bumi. Namun komitmen-komitmen terhadap hukum syar’I yang dia pahami itulah ukurannya.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Karena kita tidak pernah tahu seberapa ikhlasnya seseorang dalam beribadah, maka kita hanya bisa menilai dua aspek yang tampak. Yaitu sejauh mana komitmen seseorang terhadap ibadah-ibadah yang bersifat ritual seperti shalat, zakat, serta puasa dan sejauh mana komitmennya terhadap rambu-rambu dalam muamalah sesama manusia semisal kejujuran, amanah, serta komitmennya terhadap sebuah janji.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Yah memang tak ada manusia yang sempurna setelah Rasulullah SAW, namun bukan berarti tak ada pria yang istiqomah memperbaiki dirinya setiap waktu. Jadi kalian para wanita hanya perlu menerima pinangan pria yang menjadikan pernikahan sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan sebagai tempat istirahat dari beribadah kepada Allah SWT.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Dan terakhir ingatlah selalu bahwa yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah yang paling bertaqwa.</span><br /> <br /> <span style="font-weight: 400;">Maraji’:</span><br /> <ul><br /> <li style="font-weight: 400;"><span style="font-weight: 400;">At Taaj Al Jami’ Lil Ushul</span></li> <br /> <li style="font-weight: 400;"><span style="font-weight: 400;">Kado Pernikahan </span></li> </ul>

Menerima Sebuah Pinangan

Pada suatu ketika ada seseorang yang lewat di hadapan Rasulullah SAW yang sedang duduk bersama para sahabat. “Bagaimana pendapat kalian ...

Baca selengkapnya »

Ketika Yang Diharapkan Tak Kunjung Datang

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://3.bp.blogspot.com/-_H2R5NRGOVU/XFAXkWpNvNI/AAAAAAAACRw/ZrmxdemtNNwpLUE9S5C0yTMvew54CX64QCLcBGAs/s1600/t23.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ketika Yang Diharapkan Tak Kunjung Datang" border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" height="225" src="https://3.bp.blogspot.com/-_H2R5NRGOVU/XFAXkWpNvNI/AAAAAAAACRw/ZrmxdemtNNwpLUE9S5C0yTMvew54CX64QCLcBGAs/s400/t23.jpg" title="Ketika Yang Diharapkan Tak Kunjung Datang" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Setiap individu pasti mempunyai harapan, setiap harapan pasti melekat di benak manusia. Manusia tak bisa terpisah dari harapan,  tidak ada di muka bumi ini manusia tanpa harapan. Selantang apapun dirinya berteriak, sekeras apapun dirinya bersorak mendeklarasikan bahwa dia adalah manusia tanpa harapan, tetap saja hati kecilnya tertancap oleh panah-panah harapan. Namun meskipun manusia “hobi’ berharap, tidak lantas semua harapan terkonversi dalam hamparan kenyataan. Seringkali kenyataan dan harapan seperti pertemuan dua medan magnet yang sejenis, berjalan pada arah berlawanan dan saling menjauh.</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Sebagai agama yang sempurna, Islam memberikan arahan yang benar dalam menyikapi situasi tersebut. </span><b>Pertama</b><span style="font-weight: 400;"> hendaknya manusia menyandarkan harapannya kepada Rabbul Izzati dalam bentuk doa. Allah SWT sendiri telah mengkonfirmasi, jika menginginkan sesuatu berdoalah kepadaNya, niscaya akan dikabulkan.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Lalu bagaimana dengan doa yang tidak kunjung terkabul, apakah itu berarti Allah SWT mengingkari sendiri sesuatu yang dijanjikannya. Bukan seperti itu, sekali lagi tidak seperti itu. Ingatlah, Allah Mahatahu sedangkan pengetahuan manusia sangat terbatas. Sehingga seringkali kita cepat putus asa dan mengambil kesimpulan dini bahwa doa kita tidak dikabulkan. Sikap berputus asa bukanlah sesuatu yang terpuji, dan seringkali keputusasaan terjadi dikala keberhasilan telah dekat. Justru sikap kurang sabar lah yang menghalanginya dari kesuksesan.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Kedua</b><span style="font-weight: 400;">, manusia tidak pantas melulu menyalahkan Rabbnya. Introspeksi diri juga memegang peranan penting. Apakah kita sudah memenuhi syarat-syarat agar doa kita terkabul dan harapan kita terwujud. Atau mungkin kita adalah laki-laki yang pakaiannya haram, minumannya haram, dan kenyang akan hal-hal haram lalu dengan sifat tak tahu diri menengadahkan tangannya dan berkata “ya robbi ya robbi”. Perilaku seperti ini dikomentari Nabi SAW, “bagaimana doanya akan diijabahi?”</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Ketiga,</b><span style="font-weight: 400;"> boleh jadi harapan kita sebenarnya tidak baik untuk diri kita. Karena pengatahuan manusia hanya sebatas pada keinginannya, sedangkan Allah SWT lebih tahu akan kebutuhannya. Penundaan ijabah juga bisa menyadarkan kita bahwasanya Allah SWT berkehendak atas segala sesuatu, termasuk apa yang akan terjadi pada diri kita.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <b>Keempat,</b><span style="font-weight: 400;"> boleh jadi harapan kita terlalu jauh dan cenderung bersifat khayal. Tidak mungkin kita malam hari berdoa ingin pandai lalu keesokan harinya kita mendadak menjadi manusia jenius. Tidak mungkin malam hari kita berdoa ingin kaya, keesokan harinya kita terbangun di tengah tumpukan emas. Tidak mungkin kita berharap masyarakat adil makmur, keesokan harinya tegak daulah islamiyah.</span></div> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-weight: 400;">Islam senantiasa menjaga keseimbangan. Menjaga manusia untuk selalu berharap, mengajarkan cara berharap yang tepat, mencegah manusia berputus asa namun tak lupa mengajak untuk tetap realistis dan bijak dalam menyikapi kenyataan.</span></div>

Ketika Yang Diharapkan Tak Kunjung Datang

Setiap individu pasti mempunyai harapan, setiap harapan pasti melekat di benak manusia. Manusia tak bisa terpisah dari harapan,  tidak ad...

Baca selengkapnya »