Jalinan Keluarga Dakwah - Nampak sama namun pada hakikatnya berbeda, hal-hal seperti itu akan banyak kita jumpai di kehidupan ini. Nampak manusia berbondong-bondong ke masjid melakukan serangkaian gerakan yang sama dalam waktu yang sama namun dengan tujuan yang berbeda, ada yang hanya sekedar menggugurkan kewajibannya saja, ada yang hanya ingin dibilang sebagai orang baik, ada yang ingin memakmurkan masjid, atau ada segelintir yang bertujuan buruk semisal mencuri sandal atau kotak infak, atau bahkan ada yang tak tahu mengapa dirinya berada di situ.
Begitu pula orang-orang yang berpuasa, membayar zakat, pergi haji. Luarnya tampak sama namun isi hati siapa yang tahu. Begitulah kehidupan ini, hal seperti ini memang sudah menjadi sunnatullah dalam kehidupan ini. Manusia bagaikan murid dalam sebuah kelas, mempelajari hal yang sama, namun masing-masing kepala terisi dengan tujuan yang berbeda.
Jadi pertanyaannya adalah untuk apa kita hidup di dunia ini? Atau sebelum itu mengapa kita ada di dunia ini? Dan apa hakikat eksistensi kita di dunia ini?
Eksistensi kita di dunia ini tentunya bukan karena kehendak diri kita sendiri atau kehendak orang tua kita. Kita tidak akan pernah mampu merencanakan sesuatu apapun yang terjadi pada diri kita, kita hanya mampu mengusahakannya, kadang tercapai kadang tidak. Begitu pula orang tua, berapa banyak pasangan yang mendambakan buah hati namun tak kunjung mendapatkannya, atau mendambakan buah hati laki-laki namun mendapatkan buah hati perempuan dan sebaliknya, bahkan ada yang tidak menginginkan kehadiran buah hati justru mendapatkannya. Orang tua memang salah satu penyebab kehadiran kita namun mereka bukanlah jawaban mengapa kita ada di dunia ini.
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (al hajj:5)
Dari ayat di atas dapat kita ketahui ada sebab agung di balik eksistensi kita, bumi ini beserta seisinya. Karena adanya Sang Pencipta yaitu Allah Subhanahu wata’ala. Dan Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling agung di muka bumi ini dengan tujuan yang agung pula. Tidak mungkin hidup kita ini tanpa tujuan.
Hidup kita bukanlah sekedar pengulangan rutinitas seperti makan, minum, tidur, menikah, berkembang biak dan sebagainya. Hidup membutuhkan sebuah tujuan hakiki yaitu meraih kebahagiaan di kehidupan hakiki setelah kematian. Karena jika tanpa tujuan tersebut, maka terhapuslah nilai kebenaran dan keadilan. Derajat manusia yang rajin beribadah, dekat kepada Tuhannya menjadi sama dengan manusia yang dzolim dan jauh dari Tuhannya jika kita menafikan tujuan hakiki tersebut.
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? (Al Qiyamah:36)
yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (Al Mulk :2)
Dari ayat tersebut kita tahu bahwa Allah menjadikan dunia ini sebagai tempat ujian bagi kita sebelum memasuki kehidupan hakiki setelah kematian. Allah menguji kita dengan perintah-perintah dan larangannya, dan akan mencari siapa yang mempunyai amalan terbaik di antara kita.
Sebagaimana ajaran para salafussholih, syarat untuk menggapai amalan terbaik adalah dengan niat yang ikhlas dan mengikuti pedoman yang benar. Ikhlas berarti kita beramal karena Allah semata, tidak untuk selain Allah, dan tidak untuk Allah dan selain Allah (syirk).
Selain ikhlas kita juga harus mengikuti pedoman yang benar dalam beramal yaitu Al Quran dan Al Hadits, karena pada hakikatnya kita tidak mempunyai pengetahuan apapun tentang diri kita sendiri, maka kita harus mengikuti mengikuti pedoman dari yang Maha Mengetahui tentang diri kita yang tidak lain adalah pencipta kita Allah Subhanahu wata’ala.
Namun Allah tidak pernah memberitahu kita kapan datangnya hari pertanggung jawaban itu, Allah hanya memberi peringatan bahwa hari itu pasti akan datang. Maka seyogyanya kita harus membekali diri kita dan mempersiapkan diri kita setiap saat agar kita dalam keadaan siap ketika hari itu tiba.
berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Al Baqarah:197)
Waktu kita tidaklah banyak, mulai sekarang marilah kita fokuskan amal kita hanya untuk Allah semata berdasarkan pedoman yang benar sebagai bekal kita di hari pertanggung jawaban kelak.
Posting Komentar