0
Sifat-Sifat yang Harus Dimiliki Seorang Pendidik 1
Keluarga dakwah - Tidak dapat dipungkiri jika kualitas pendidik merupakan faktor utama yang menentukan hasil pendidikan. Semakin baik kualitas pendidik maka akan lebih menjamin lahirnya anak-anak didik yang baik dan berkualitas. Sebagai agama yang sempurna, Islam tentu tidak mengabaikan hal ini. Ada beberapa sifat mendasar yang harus dimiliki seorang muslim yang ingin menjadi pendidik yang baik.

Memang kesempurnaan manusia hanya dimiliki oleh para Rasul saja, namun seorang muslim harus berusaha dengan maksimal untuk meraih dan meresapi akhlak yang baik dan sifat yang terpuji. Lebih-lebih jika ia menjadi fokus teladan pendidikan yang akan terus diperhatikan dan dicontoh oleh anak didiknya.

Di bawah ini adalah sifat-sifat yang bisa diupayakan bisa dimiliki oleh seorang pendidik agar meraih keberhasilan.




  • Ketabahan dan Kesabaran


Diceritakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim bahwa Rasulullah SAW berkata  kepada Asyaj Abdul Qais,

إنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ: الْحِلْمُ، وَالأَنَاةُ

“Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sifat yang disukai Allah; yaitu ketabahan dan kesabaran.” (HR Muslim)




  • Lemah Lembut dan Tidak Kasar


Pada suatu kesempatan Rasulullah SAW menasehati Aisyah RA,

إنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ

“Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Lembut dan suka terhadap sifat lembut dalam segala hal.” (HR Bukhari Muslim)

Di dalam hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda,

إنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

"Sesungguhnya kelemah lembutan tidaklah ada di dalam sebuah perkara kecuali akan menghiasinya, dan tidak dicabut kelemah lembutan dari sesuatu kecuali akan memburukkannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada sebuah contoh menarik dari generasi salafus shalih. Adalah Imam Ali Zainal Abidin yang pada suatu hari menjumpai budaknya menjatuhkan kendi air hingga pecah, dan pecahannya melukai kaki beliau.

Melihat kaki tuannya terluka karena perbuatannya, budak tersebut langsung berkata, “Wahai tuanku, Allah berfirman, “Dan orang-orang yang menahan amarah”. Zainal Abidin berkata, “Aku telah menahan amarahku.” Budak tersebut kemudian berkata lagi, “…dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” Beliau pun menjawab, “Aku telah memaafkanmu.” Budak itu berkata lagi, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” Maka beliau berkata, “Engkau kumerdekakan demi wajah Allah.”




  • Hati yang Penyayang


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda,

"إن لكل شجرة ثمرة ، وثمرة القلب الولد، إن الله لا يرحم من لا يرحم ولده، والذي نفسي بيده، لا يدخل الجنة إلا رحيم"،  قلنا : يا رسول الله ، كلنا يرحم . قال : " ليس رحمته أن يرحم أحدكم صاحبه ، إنما الرحمة أن يرحم الناس "

“Sesungguhnya setiap pohon itu ada buahnya, dan buah hati itu adalah anak. Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak menyayangi putranya. Demi diriku yang berada di dalam kekuasaanNya, tidak akan masuk surga kecuali orang-orang penyayang”. Kami berkata: “Ya Rasulullah, kami satu sama lain saling menyayangi?” Rasulullah saw menjawab: “Yang disebut dengan sayang itu bukan semata seseorang menyayangi temannya, akan tetapi sayang itu adalah menyayangi manusia umumnya” (HR. al-Bazzar)

Dikisahkan pula bahwa ada seorang wanita yang membawa dua anaknya datang menghadap Nabi Muhammad SAW, lalu beliau meberinya tiga buah kurma. Wanita itu kemudian memberikan satu-satu kepada keduanya. Namun kemudian salah seorang anaknya menangis, lalu si ibu tersebut membelah kurma yang satunya lagi menjadi dua dan memberikannya kepada keduanya. Rasulullah SAW lalu bersabda: “Wanita-wanita yang tabah dan penyanyang kepada anak-anak mereka. Bila mereka tidak durhaka kepada para suami mereka, maka orang-orang yang shalat di antara mereka akan masuk surga.”




  • Mengambil Pilihan yang Paling Ringan Selama Hal Itu Bukan Merupakan Dosa


Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah diberi dua pilihan kecuali selalu mengambil yang lebih ringan selama tidak merupakan dosa. Beliau merupakan orang yang paling jauh dari dosa.”

Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa dia melihat Rasulullah saw sedang dalam suatu perjalanan, kemudian beliau menyaksikan orang ramai mengerumuni seorang lelaki yang dipayungi, kemudian beliau bersabda, “Apa ini?” Mereka menjawab: “Dia berpuasa.” Beliau kemudian bersabda, “Tidak baik berpuasa dalam perjalanan”, yakni di dalam perjalanan yang amat menyulitkan ini.

Dan jika perjalanan itu tidak menyulitkan, maka dia boleh melakukan puasa; berdasarkan dalil yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah bahwa Hamzah bin Amr al-Aslami pernah berkata kepada Nabi saw: “Apakah aku boleh puasa dalam perjalanan?” Hamzah adalah orang yang sering melaksanakan puasa. Karenanya Nabi saw bersabda, “Jika kamu mau, maka berpuasalah, dan jika kamu mau berbukalah.”

(bersambung)   

Posting Komentar

 
Top