Jalinan Keluarga Dakwah - Kematian merupakan sebuah kepastian, namun tidak bisa dipastikan kapan terjadinya. Dan manusia pun tidak bisa membuat hitung-hitungan pasti mengenai hal ini. Ada orang yang senantiasa menjaga pola hidup sedemikian rupa namun dia meninggal lebih cepat ketimbang seorang perokok berat dan pecandu alkohol. Ada yang meninggal di usia yang sangat belia, ada juga yang meninggal setelah hanya terbaring di tempat tidur puluhan tahun.
Penyebabnya pun tidak bisa dipastikan, ada penambang batu bara yang setiap hari bekerja dengan resiko tertimbun longsoran tanah, namun ternyata dia meninggal setelah pensiun dan sedang minum kopi di teras rumahnya. Seperti yang dialami Khalid bin Walid RA, meski telah memimpin lebih dari seratus pertempuran, namun beliau justru mendapati dirinya wafat di atas tempat tidur.
Dengan segala ketidakpastiannya tersebut, sudah sepantasnya seorang muslim takut dan waspada terhadapnya. Seorang muslim harus senantiasa mengupayakan apa yang dinamakan khusnul khatimah atau sebuah akhir yang baik. Agar kelak bisa menghadap Allah SWT dengan membawa wajah yang berseri.
Seorang muslim harus senatiasa wasapada, karena Rasulullah SAW memberikan ilustrasi bahwa ada seorang yang beramal shalih sepanjang hidupnya lalu dia berbuat keburukan satu kali dan dia meninggal ketika sedang berbuat keburukan, maka dia pun dimasukkan neraka. Sebaliknya, terdapat seorang yang memenuhi hidupnya dengan keburukan, namun dia berbuat kebaikan satu kali dan qadarullah maut menjemputnya ketika itu, maka dia dimasukkan ke dalam neraka.
Ilustrasi tersebut hendaknya menjadi penyemangat serta pengingat kita agar senantiasa istiqamah dalam beramal shalih. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk tidak lalai dari kebaikan, dan tergoda untuk mengerjakan keburukan, karena kita tidak tahu kapan maut akan menjemput.
Rasulullah SAW bersabda:
يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ
“Setiap hamba dibangkitkan (dari kubur) sesuai dengan kondisi kematiannya.” (HR Ahmad)
Ketika seseorang mati dalam keadaan berbuat baik maka dia akan dibangkitkan dalam keadaan baik, sebaliknya apabila seseorang mati dalam keadaan berbuat keburukan maka dia akan dibangkitkan bersama keburukan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan melalui sahabat Hudzaifah bin Yaman RA Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang mengucapkan ‘La ilaaha illallah’ karena mengharap wajah Allah di akhir hidupnya, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang di akahir hidupnya berpuasa karena mengharap ridha Allah, maka ia masuk surga. Dan barangsiapa yang di akhir hidupnya bersedekah karena mengharap ridha Allah, maka dia akan masuk surga.” (HR Ahmad)
Penyebutan beberapa amalan pada hadits tersebut hanyalah sebuah contoh, bukan sebuah pembatasan. Pasalnya, banyak ayat maupun hadits yang menunjukkan bahwa masih ada amalan-amalan lainnya yang lebih utama, lebih berat timbangannya, dan lebih besar pahalanya dari amalan-amalan tersebut. Sehingga para ulama menegaskan, keutamaan akhir hidup seseorang didasarkan pada amal kebaikannya secara umum.
Maka sudah sepantasnya seorang muslim untuk mencurahkan segala daya upaya untuk mencapai khusnul khatimah. Berupaya semaksimal mungkin untuk istiqamah dalam kebaikan, serta senantiasa waspada terhadap godaan-godaan keburukan yang senatiasa melalaikan.
Wallahu a’lamu bisshowab
Posting Komentar