Jalinan Keluarga Dakwah - Rasululah SAW benar-benar memperhatikan persolan tetangga. Hal ini dikarenakan mereka adalah orang pertama yang kita lihat wajahnya ketika kita keluar dari rumah. Dan mereka adalah orang pertama yang akan merasakan dampak dari sikap dan perilaku kita, yang baik maupun yang buruk.
Di antara wujud perhatian Nabi SAW terhadap tetangga bisa kita ketahui dari sabda beliau berikut ini:
إذا طبخ أحدكم قدرا فاليكثر مرقها ثم ليناول جاره منها
“Jika salah seorang di antara kalian memasak hendaknya memperbanyak kuahnya lalu membaginya kepada tetangganya.” (HR Muslim)
Ini merupakan salah satu bentuk rahmat agama Islam terhadap tetangga. Di samping itu, perbuatan ini dapat menumbuhkan perasaan senang dan simpati di hati tetangga. Bahkan, Nabi SAW mengingatkan orang yang tidur di malam hari dalam keadaan kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan, dengan sabdanya:
ما آمن بي من بات شبعانا وجاره جائع إلى جنبه وهو يعلم به
“Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur di malam hari dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya kelaparan dan ia mengetahuinya.” (HR Muslim)
Dalam hadits lain beliau bersabda, “Bukanlah orang beriman orang yang kenyang sedang tetangganya kelaparan.”
Intinya adalah Nabi SAW mengingatkan kita agar menjaga perasaan tetangga dan jangan sampai menyakiti perasaan mereka. Beliau bersabda,
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذي جاره واستوصوا بالنساء خيرا
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya dan berwasiatlah kepada para wanita dengan baik.” (HR Bukhari)
Nabi SAW juga menjelaskan kedudukan berbuat baik kepada tetangga dengan bersabda, “Sebaik-baik teman di sisi Allah adalah orang yang baik di antara mereka terhadap temannya dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah orang yang paling baik di antara mereka terhadap tetangganya.” (HR Muslim)
Selain itu, seorang muslim juga harus mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik sehingga dapat menjalani kehidupan bertetangga yang baik bersama anak-anak tetangga yang sebaya dengannya. Sebagaimana perkataan Imam Al Ghazali, “Hendaknya seorang anak tidak dibiarkan berbangga diri di depan teman-teman sebayanya denga harta yang dimiliki orang tuanya atau dengan sesuatu dari makanannya, pakaiannya, bukunya, ataupun penanya. Akan tetapi, hendaklah anak dibiasakan bersikap rendah diri, menghormati setiap orang yang bergaul dengannya, dan lemah lembut tutur sapanya dengan mereka.”
Wallahu a’lamu bisshowab
Posting Komentar