0
Pembiaran yang Cerdas dalam Keluarga
Keluarga Dakwah - Terkadang suami istri mendapati kekeliruan dan kekhilafan dari pasangannya, ada yang sengaja maupun tidak sengaja. Supaya rumah tangga berjalan lebih baik maka perlu berpura-pura lupa akan itu semua. Ini termasuk hikmah dan ketajaman akal.

Tidak dibenarkan mendalami dan merinci setiap kesalahan. Bahkan sebaiknya, kadang ia melihat kesalahan pasanannya lalu memalingkan pandangan darinya, atau kadang mendengar ucapan tidak enak namun tidak menghiraukannya, dan seterusnya.

Ajakan untuk berpura-pura lupa bukan berarti diam dari kesalahan atau tanpa diluruskan jika itu berulang-ulang. Harus meluruskan sikap-sikap yang salah saat itu terjadi, atau setelah terjadi beberapa lama, baik terhadap pasangan maupun anak-anak, dengan cara yang mendidik.

Pura-pura lupa hanya terpuji saat interaksi dengan orang lain, khususnya dengan pasangan dan anak-anak, serta umumnya pada orang lain. Adapun pura-pura lupa dalam masalah agama dan kehormatan, maka tidak dibenarkan, terlebih jika meninggalkan kewajiban dan terjerumus dalam keharaman. Imam Syafi’i rohimahullaah berkata, ”Orang cerdas yang berakal adalah cerdas dan pandai berpura-pura.”

Umat bin Utsman Al-Makki rohimahullaah berkata, ”Muru’ah itu dengan berpura-pura lupa dari ketergelinciran saudara-saudaranya.” (Shifatush Shafwah,II)

Utsman bin Zaidah rohimahullaah berkata, ”Kesejahteraan itu ada sepuluh bagian, sembilan darinya ada dalam sikap pura-pura lupa. Maka aku sampaikan itu pada Ahmad bin Hambal, lantas beliau berkata,”Kesekahteraan itu ada sepuluh bagian, seluruhnya ada dalam sikap pura-pura lupa.” (Syu’abul Iman, Baihaqi, VI/330)

(Dirangkum dari 99 Tips Rumah Tangga Bahagia, Dr. Musyabbab bin Fahd Al-Ashimi)

Posting Komentar

 
Top