Bukan sebuah aib

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-s39mllExoiA/XjOmqlgQX4I/AAAAAAAAFQ0/A9CpQ3dG-A0VxCRCZrBER1vBHIAuxwLvwCNcBGAsYHQ/s1600/rtm.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="420" data-original-width="630" height="266" src="https://1.bp.blogspot.com/-s39mllExoiA/XjOmqlgQX4I/AAAAAAAAFQ0/A9CpQ3dG-A0VxCRCZrBER1vBHIAuxwLvwCNcBGAsYHQ/s400/rtm.jpg" width="400" /></a></div> Keluarga Dakwah -  Tips Rumah Tangga Bahagia #63<br /> <br /> Fakir bukanlah aib, bahkan kadang kefakiran itu berperan mendekatkan anggota keluarga untuk saling melayani. Suami-istri yang sukses adalah yang menjalani kehidupan bersama sesuai kondisi ekonomi dan ridha Allah. Meski demikian, suami dituntut berusaha menambah income keluarga, serta waspada jangan sampai terjatuh dalam kubangan hutan.<br /> <br /> Suatu hari Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda kepada para sahabat RA:<br /> “Demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian. Namun aku takut dunia dibentangkan untuk kalian sebagaimana dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba mengejarnya, kemudian dunia akan membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.” (Shahih Al-Bukhori)<br /> <br /> Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda:<br /> “Iringilah antara haji dan umroh, karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana perapian menghilangkan kotoran besi, emas, dan perak. Haji mabrur tidak ada pahala kecuali surga.” (Shahih Al-Jami’)<br /> <br /> Di antara sebab yang dibolehkan untuk mengangkat ekonomi keluarga; mengerjakan amal-amal shalih yang dapat mengundang rezeki seperti; istighfar, doa, silaturrahim, istiqomah taat kepada Allah, sedekah, dan lainnya.<br /> <br /> Adapaun pratik yang dapat membantu memperbaiki ekonomi di antaranya; bisnis di dalam dan luar rumah, menghargai harta dan tidak salah mengalokasikan, menjauhi profesi haram. Selain itu perlu membuat anggaran pengeluaran, berikut rancangan anggaran untuk digunakan, disimpan, dan diinvestasikan.<br /> <br /> (Dirangkum dari 99 Tips Rumah Tangga Bahagia, Dr. Musyabbab bin Fahd Al-Ashimi)

Bukan sebuah aib

Keluarga Dakwah -  Tips Rumah Tangga Bahagia #63 Fakir bukanlah aib, bahkan kadang kefakiran itu berperan mendekatkan anggota keluarga u...

Baca selengkapnya »

Saat Si Kecil Mencuri

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-KHR-Uk-E_So/Xi_Vu0GOzLI/AAAAAAAAFOA/9YnoaEwDz64gvSlUrb8o1nmWcp_OORwEgCNcBGAsYHQ/s1600/curi.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="667" data-original-width="1000" height="266" src="https://1.bp.blogspot.com/-KHR-Uk-E_So/Xi_Vu0GOzLI/AAAAAAAAFOA/9YnoaEwDz64gvSlUrb8o1nmWcp_OORwEgCNcBGAsYHQ/s400/curi.jpg" width="400" /></a></div> Keluarga Dakwah - Saat Si Kecil Mencuri<br /> <br /> Mencuri adalah tindakan yang sering dilakukan anak-anak. Meskipun mungkin ia dilakukan dalam kadar yang kecil dan di rumah sendiri. Namun, hal ini tidak boleh kita remehkan. Kita harus melakukan antisipasi dan penanganan sejak dini agar tidak berkembang lebih jauh.<br /> <br /> Ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab anak melakukan tindakan ini, antara lain :<br /> 1. Anak melihat ibu mengambil uang dari saku baju ayah tanpa sepengetahuan ayah, kendatipun ibu telah diijinkan untuk melakukannya. Karena anak tidak bisa membedakan dua kondisi tersebut.<br /> 2. Anak tidak mendapatkan kebutuhan-kebutuhan pribadi yang wajar, seperti memiliki mainan yang khusus untuk dirinya atau ia tidak boleh pergi membelinya sendiri.<br /> 3. Menaruh uang disana sini pada tempat terbuka.<br /> 4. Tidak berbuat adil diantara anak-anak dalam hal pemberian uang saku harian, mingguan atau bulanan. Boleh memberi lebih kepada anak yang berusia lebih dewasa secara sembunyi-sembunyi, dimana tidak dilihat yang lainnya.<br /> 5. Ketidakpahaman anak akan hakikat hak milik pribadi dan ketidakmampuan mereka memisahkan antara meminjam dan mencuri.<br /> 6. Meniru contoh-contoh yang buruk dari kalangan teman-temannya<br /> 7. Menyaksikan film-film perusak yang memandang baik kebiasaan mencuri<br /> 8. Terlalu memanjakan dan memenuhi semua keinginan anak<br /> <br /> Lalu bagaimana cara mencegah dan menangani perilaku tersebut? Berikut beberapa tipsnya :<br /> 1. Mengenalkan anak-anak tentang batas-batas hak milik pribadi dan orang lain.<br /> 2. Mengajarkan kepadanya ayat-ayat dan hadits-hadits yang melarang perbuatan mencuri dan menjelaskan bahwa hal itu termasuk dosa besar, serta bahwa Allah murka terhadap pencuri dan akan menghukumnya.<br /> 3. Memberitahukan kepadanya bahwa masyarakat membenci dan menjauhi orang yang suka mencuri.<br /> 4. Memenuhi kebutuhan pokok anak dan berhati-hati untuk tidak selalu menhukumnya dengan tidak ‘memberi’.<br /> 5. Memberitahukan pada anak bahwa harta yang ada di rumah ini tiada lain untuk menjamin kebutuhan pokok keluarga yang berupa makanan, minuman, pakaian,listrik,biaya-biaya sekolah serta yang lainnya, dan bahwa berapapun berkurang dari jumlah harta ini akan mengakibatkan jaminan kebutuhan-kebutuhan pokok ini terganggu.<br /> 6. Membiasakan anak untuk tidak memendam keinginan-keinginannya dan memberinya kebebasan penuh untuk mengungkap perasaan dan kebutuhan dirinya.<br /> 7. Tidak mengambil sikap keras dalam menyikapi permasalahan pencurian. Menjadikan dialog sebagai alat penanganan, yakni memahamkan si anak bahwa ini adalah perilaku buruk dan melanggar hak orang lain.<br /> 8. Tidak meremehkan untuk menangani problem ini atau membiarkan barang curian tetap bersama anak , agar ia tidak menangis misalnya. Hal ini -tidak diragukan- malah mendorong anak berani mencuri lagi. (muslimah / Keluarga Dakwah)<br /> <br /> Diambil dari Seni Mencetak Anak Hebat, Dr ‘Adil Syadi dan Dr. Ahmad Mazyad, penerbit Mumtaza.<div><div style="text-align: justify;">.</div><div style="text-align: justify;">.</div><div style="text-align: justify;"><div>┏ ===  ❀❀✿❀❀  === -┓</div><div>               Link grup </div><div><br /></div><div>     <a href="https://chat.whatsapp.com/E9CcBP9oUQZ4oKWTeCLAuw" target="_blank">Keluarga Dakwah 09</a> </div><div>     <a href="https://chat.whatsapp.com/KlQcgVMuA9DK7tTK6cRzJm" target="_blank">Keluarga Dakwah 10 </a></div><div><br /></div><div>  ┗ ===  ❀❀✿❀❀  === -┛</div></div></div>

Saat Si Kecil Mencuri

Keluarga Dakwah - Saat Si Kecil Mencuri Mencuri adalah tindakan yang sering dilakukan anak-anak. Meskipun mungkin ia dilakukan dalam kad...

Baca selengkapnya »

Bolehkah Seorang Istri Menggugat Cerai Suaminya, karena Suaminya Banyak Melakukan Pelanggaran Syariat?

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-YFguCvM3ihM/Xi6eKWQ5FVI/AAAAAAAAFN0/HzTP8i1tx7oa35iMnhaCSQXmgKDif0DQwCNcBGAsYHQ/s1600/ccr.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="448" data-original-width="640" height="280" src="https://1.bp.blogspot.com/-YFguCvM3ihM/Xi6eKWQ5FVI/AAAAAAAAFN0/HzTP8i1tx7oa35iMnhaCSQXmgKDif0DQwCNcBGAsYHQ/s400/ccr.jpg" width="400" /></a></div> Keluarga Dakwah - Bolehkah Seorang Istri Menggugat Cerai Suaminya, karena Suaminya Banyak Melakukan Pelanggaran Syariat?<br /> <br /> Fadhilatusy Syaikh Shalih ibnu Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah menjawab:<br /> <br /> “Pertama kali, kami bersyukur wahai penanya, dengan berpegangnya engkau terhadap agama ini serta semangatmu untuk melaksanakan syiar-syiar agama ini.<br /> <br /> Adapun pertanyaanmu tentang perceraianmu dengan suami ketika engkau melihat ia tidak berpegang dengan agama, ia tidak mengerjakan shalat dan tidak puasa, maka itu memanwg wajib engkau lakukan. Engkau tidak boleh terus hidup bersama suami tersebut bila ia tetap demikian keadaannya. Karena, orang yang meninggalkan shalat secara sengaja, ia kafir [Ulama sepakat tentang kafirnya orang yang menentang kewajiban shalat. Namun, dalam hal hukum orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, karena malas atau menggampang-gampangkannya, tanpa bermaksud menentang kewajibannya, maka ada perbedaan pendapat di kalangan mereka antara yang mengafirkan dan tidak mengafirkan.],<br /> <br /> Tidak boleh seorang muslimah tetap dalam ikatan pernikahan dengannya. Engkau telah berbuat kebaikan dengan berpisah dari suami yang jelek tersebut dan engkau meninggalkannya karena ingin menyelamatkan agamamu.Wallahu a’lam.<br /> <br /> [Majmu’ Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih Al-Fauzan, 1/337-338]<br /> <br />

Bolehkah Seorang Istri Menggugat Cerai Suaminya, karena Suaminya Banyak Melakukan Pelanggaran Syariat?

Keluarga Dakwah - Bolehkah Seorang Istri Menggugat Cerai Suaminya, karena Suaminya Banyak Melakukan Pelanggaran Syariat? Fadhilatusy Sya...

Baca selengkapnya »

Betapa indah halal itu

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/--melwyG4LdM/XiqVW0vaHNI/AAAAAAAAFMk/y4mdkT_UmUILN_robZde1XS98WoK3ChgACNcBGAsYHQ/s1600/psg.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="480" data-original-width="640" height="300" src="https://1.bp.blogspot.com/--melwyG4LdM/XiqVW0vaHNI/AAAAAAAAFMk/y4mdkT_UmUILN_robZde1XS98WoK3ChgACNcBGAsYHQ/s400/psg.jpg" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Mencari harta halal termasuk perkara penting yang akan menumbuhkan kebahagiaan manusia di bumi dan akhirat. Sebab, itu adalah tanggung jawab suami, yang tidak bersinggung dengan yang haram apapun keadaaannya dan alasannya, meskipun ia hidup dalam kondisi fakir.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Telah terbukti secara detail dan realita bahwa mengkonsumsi harta haram menjadi sebab tumbuhnya berbagai pertikaian antara suami-istri dan anak-anak. Kehidupan keluarga akan berubah menjadi neraka. Inilah akibat dari maksiat dan menyelisihi perintah Allah Ta’ala. Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda:</div> <div style="text-align: justify;"> “Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para Rasul, maka Allah telah berfirman: “Wahai para Rasul, makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal shalih.” Dan Dia berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah kami berikan kepadamu.” Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, berambut kusut, dan berdebu menengahkan kedua tangannya ke  langit seraya berdoa: “Wahai Tuhan, wahai Tuhan”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana orang seperti ini dikabulkan doanya.” (Shahih Muslim)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dua ayat diatas dan dalil lainnya terdapat perintah Allah Ta’ala kepada kita akan pentingnya makan makanan yang baik, yaitu yang murni halal. Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM telah menjelaskan kepada kita bahwa memakan harta haram menjadi penghalang terkabulnya doa dan tertolaknya seluruh amal shalih. Jikapun amal tidak diterima, niscaya kehidupan seseorang dan keluarganya akan berubah menjadi petaka, wal ‘iyadzu billah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Allah Ta’ala berfirman:</div> <div style="text-align: justify;"> “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (At-Taubah [9] : 55)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda:</div> <div style="text-align: justify;"> “Setiap jasad yang tumbuh dari keharaman, maka neraka lebih pantas baginya.” (Shahih Al-Jami’)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hadist ini menjelaskan bahaya memakan makanan haram baik baginya sendiri maupun keluarga di dunia dan akhirat.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Dirangkum dari 99 Tips Rumah Tangga Bahagia, Dr. Musyabbab bin Fahd Al-Ashimi)</div>

Betapa indah halal itu

Keluarga Dakwah - Mencari harta halal termasuk perkara penting yang akan menumbuhkan kebahagiaan manusia di bumi dan akhirat. Sebab, itu ...

Baca selengkapnya »

Saat Pasangan (Suami/Istri) Dilanda Masalah

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-OhCfa_TOAy8/XikohwSAoCI/AAAAAAAAFMU/lcpm8N1_WY0NTsH49G_qF5Ctg1Eg7k-fwCNcBGAsYHQ/s1600/ista.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="640" height="250" src="https://1.bp.blogspot.com/-OhCfa_TOAy8/XikohwSAoCI/AAAAAAAAFMU/lcpm8N1_WY0NTsH49G_qF5Ctg1Eg7k-fwCNcBGAsYHQ/s400/ista.png" width="400" /></a></div> Keluarga Dakwah - Saat Pasangan (Suami/Istri) Dilanda Masalah<br /> <br /> Laki-laki dan perempuan memiliki tabiat yang sangat berbeda dalam menghadapi sesuatu masalah. Biasanya laki-laki akan berpikir dalam kesendiriannya atau “pertapaanya”, sementara perempuan akan mengungkapkan atau membicarakan dengan orang yang dicintainya, dipercayainya atau dihormatinya.<br /> <br /> Dengan perbedaan tabiat ini, maka suami atau istri harus berhenti ‘membantu’ pasangannya ketika dilanda masalah dengan caranya sendiri. Mereka harus mewaspadai dan mengetahui perbedaan tabiat dari dua jenis dan perbedaan cara berfikirnya antara laki-laki dan perempuan. Juga perasaan dan respon dari mereka yang berdua. Dengan ungkapan lain, ketika laki-laki diam atau masuk ke pertapaannya seharusnya perempuan tidak perlu takut, jangan kaget dan jangan membiarkan ketakutan masuk ke dalam pikiran. Perempuan harus memahami fenomena yang sudah menjadi kebiasaan laki-laki ini. Hendaknya ia membiarkan saja seperti itu dan pada saatnya laki-laki akan keluar sendiri dari pertapaan dan kembali pada keadaan yang biasanya.<br /> <br /> Demikian juga ketika laki-laki melihat perempuan merasa kesal dan tidak tenang. Maka janganlah ia berhenti mengajak bicara. Laki-laki harus mengajak bicara dan mengetahui apa yang telah membuat ia kesal, kemudian memberikan pertolongan. Bila dia berhenti bicara maka ini akan menambah kekesalan perempuan.<br /> <br /> Laki-laki harus mengajak bicara dan mengetahui apa yang telah membuat ia kesal, kemudian memberikan pertolongan. Bila dia berhenti bicara maka ini akan menambah kekesalan perempuan.<br /> <br /> Ketika laki-laki diam maka perempuan harus membiarkan ia sendirian dan jangan berusaha menyeretnya untuk bicara. Ketika perempuan sedang marah dan kesal, maka laki-laki harus bicara dengannya dan jangan membiarkan ia sendirian. Karena ia sangat membutuhkan perhatiannya dan penjagaannya.<br /> <br /> Sumber: Dikutip dan disarikan dari Buku Psikologi Suami Istri, karya DR. Thariq Kamal An-Nu’aini, terjemahan Muh. Muhaimin, M.Ag., penerbit Mitra Pustaka.

Saat Pasangan (Suami/Istri) Dilanda Masalah

Keluarga Dakwah - Saat Pasangan (Suami/Istri) Dilanda Masalah Laki-laki dan perempuan memiliki tabiat yang sangat berbeda dalam mengha...

Baca selengkapnya »

Apa Pertimbangan Pokok Seorang Wanita Memilih Suami

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-o9rXY1nUhZ4/Xie6RZIMAVI/AAAAAAAAFLk/Qfvl2eJI2g0WE-QTaOJdTpkRWr0pnvdzwCNcBGAsYHQ/s1600/muslim%2Bc.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="700" height="227" src="https://1.bp.blogspot.com/-o9rXY1nUhZ4/Xie6RZIMAVI/AAAAAAAAFLk/Qfvl2eJI2g0WE-QTaOJdTpkRWr0pnvdzwCNcBGAsYHQ/s400/muslim%2Bc.jpg" width="400" /></a></div> Keluarga Dakwah - Apa Pertimbangan Pokok Seorang Wanita Memilih Suami?<br /> <br /> Sifat terpenting bagi seorang wanita untuk memilih pinangan adalah akhlak dan agama. Sementara harta dan keturunan adalah sekunder. Yang terpenting, orang yang meminang memiliki agama dan akhlak mulia. Karena jika orang tersebut memiliki agama dan akhlak yang baik, maka seorang wanita tidak akan disia-siakannya sedikit pun juga. Kalau dia tetap sebagai isterinya, maka dia akan diperlakukan  dengan baik. Kalau pun harus bercerai, dilakukan pula dengan cara baik-baik. Kemudian orang yang punya agama dan akhlak akan mendatangkan barokah baginya dan keturunannya disamping dia dapat belajar akhlak dan agama darinya.<br /> <br /> Selain dari itu, hendaknya anda menghindarinya. Apalagi jika orangnya meremehkan pelaksanaan shalat atau dikenal sebagai peminum khamar, na’uzubillah. Adapun orang yang tidak pernah shalat sama sekali, mereka adalah kafir, dia tidak halal bagi wanita muslimah, dan juga tidak untuk para wanita muslimah lainnya. Yang penting seorang wanita menfokuskan kepada akhlak dan agama. Sementara nasab (silsiah keturunan), kalau mendapatkan, maka hal itu lebih bagus.<br /> <br /> Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:<br /> <br /> إِذَا أَتَاكُمْ مَن تَرْضَونَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوهُ<br /> <br /> “Kalau datang kepada anda orang yang anda ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia.”<br /> <br /> Kalau mendapatkan yang sekufu (sepadan) maka itu lebih baik. (islamq)

Apa Pertimbangan Pokok Seorang Wanita Memilih Suami

Keluarga Dakwah - Apa Pertimbangan Pokok Seorang Wanita Memilih Suami? Sifat terpenting bagi seorang wanita untuk memilih pinangan adala...

Baca selengkapnya »

Nafkah yang baik

<br /> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-EEBoODYoZoQ/XialJm1yweI/AAAAAAAAFLY/rnvr4HWQed8kEvTfXTPmpKVshQS0gv60gCNcBGAsYHQ/s1600/nafkahh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="640" height="250" src="https://1.bp.blogspot.com/-EEBoODYoZoQ/XialJm1yweI/AAAAAAAAFLY/rnvr4HWQed8kEvTfXTPmpKVshQS0gv60gCNcBGAsYHQ/s400/nafkahh.jpg" width="400" /></a></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> Keluarga Dakwah - Suami bertanggung jawab penuh terhadap nafkah keluarga, yang mana ia harus menjamin sandang, papan, pangan, pengobatan, pendidikan, dan segala hal untuk memudahkan kehidupan keluarga. Secara syar’i, alokasi harta ini wajib atas suami. Tidak boleh kurang dan meremehkan hal ini, apapun keadaanya. Secara syar’i, istri tidak dituntut menafkahi keluarga, bahkan sekalipun istri kaya harta, baik karena profesi maupun yang lain.</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> Agar nafkah harta diterima di sisi Allah Ta’ala, maka harus diniatkan ikhlas karena-Nya dan tidak dipergunakan untuk suatu keharaman, serta menggunakannya secara bijak, tidak boros tidak pula pelit. Allah Ta’ala berfirman:</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Al-Furqan [25] : 67)</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> Maksud “tengah-tengah” adalah antara boros dan pelit.</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> Allah Ta’ala berfirman:</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> “...Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf [7] : 31)</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda:</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> “Jika seorang muslim menafkahkan sebuah nafkah untuk keluarganya, sedang ia mengharap pahala darinya, maka itu akan dinilai sedekah baginya.” (Shahih Al-Bukhori)</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> Hadist ini mengingatkan pentingnya mengharapkan pahala dari nafkah dan tidak menyesali yang telah diberikan kepada keluarganya.</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda:</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> “Apapun yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, maka engkau akan mendapatkan pahala darinya, sehingga suapan yangh engkau suapkan ke mulut istrimu.” (Musnad Ahmad)</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda:</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> “Dinar yang engkau infakkan dijalan Allah, untuk memerdekakan budak, disedehkahkan ke orang miskin, atau dinafkahkan ke keluarga. Yang paling besar pahalanya adalah nafkah untuk keluarga.” (Shahih Muslim)</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> Zainab, istri Ibnu Mas’ud RA bertanya kepada Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM apakah boleh memberi nafkah kepada suaminya yang fakir, maka beliau bersabda:</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> “Iya, baginya dua pahala, pahala kekerabatan dan pahala sedekah.” (Shahih Al-Bukhori)</div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> <br /></div> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"> Hadist ini menjadi dalil bolehnya istri memberi hartanya kepada suami, dan jika si suami fakir, maka baginya dua pahala.</div> <br /><br />

Nafkah yang baik

Keluarga Dakwah - Suami bertanggung jawab penuh terhadap nafkah keluarga, yang mana ia harus menjamin sandang, papan, pangan, pengobat...

Baca selengkapnya »

Dianjurkan Bagi suami Ketika pertama Kali Menjumpai Istrinya

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-EVEFuAzscJk/Xh_mrDX-cSI/AAAAAAAAFJk/ZpjVIpoOyz8mS7mlX3y7bVNBL5MA9eZUQCNcBGAsYHQ/s1600/mp.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Dianjurkan Bagi suami Ketika pertama Kali Menjumpai Istrinya" border="0" data-original-height="321" data-original-width="620" height="206" src="https://1.bp.blogspot.com/-EVEFuAzscJk/Xh_mrDX-cSI/AAAAAAAAFJk/ZpjVIpoOyz8mS7mlX3y7bVNBL5MA9eZUQCNcBGAsYHQ/s400/mp.jpg" title="Dianjurkan Bagi suami Ketika pertama Kali Menjumpai Istrinya" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Dianjurkan Bagi suami Ketika pertama Kali Menjumpai Istrinya</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><i>- Bersikap lembutan kepada istri saat pertama kali menjalin hubungan dengannya.</i></b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (26925) dari Asma binti Umaisy Radliyallahu Anha dia berkata,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> كُنْتُ صَاحِبَةَ عَائِشَةَ الَّتِي هَيَّأَتْهَا وَأَدْخَلَتْهَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعِي نِسْوَةٌ . قَالَتْ : فَوَاللَّهِ مَا وَجَدْنَا عِنْدَهُ قِرًى إِلَّا قَدَحًا مِنْ لَبَنٍ قَالَتْ : فَشَرِبَ مِنْهُ ثُمَّ نَاوَلَهُ عَائِشَةَ فَاسْتَحْيَتْ الْجَارِيَةُ فَقُلْنَا : لَا تَرُدِّي يَدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُذِي مِنْهُ . فَأَخَذَتْهُ عَلَى حَيَاءٍ فَشَرِبَتْ مِنْهُ ثُمَّ قَالَ : نَاوِلِي صَوَاحِبَكِ . فَقُلْنَا : لَا نَشْتَهِهِ . فَقَالَ : لَا تَجْمَعْنَ جُوعًا وَكَذِبًا .</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Aku adalah sahabat Aisyah yang menyiapkannya dan mengantarkannya menemui  Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam, bersamaku beberapa wanita. Demi Allah kami tidak mendapati suguhan atau jamuan yang beliau miliki melainkan satu mangkuk yang berisikan susu. Lalu Rasulullah minum dari bejana tadi kemudian memberikannya kepada Aisyah dan dia (Aisyah) menjadi malu. Maka kami berkata,<i> ‘Janganlah engkau menolak tangan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam, ambillah dari beliau.”</i> Kemudian Aisyah pun meraihnya dengan perasaan malu lalu meminum dari bejana tadi. Kemudian beliau bersabda, <i>‘Berikanlah kepada sahabat-sahabatmu.</i>’ Kami pun berkata, <i>‘Kami tidak selera.’</i> lalu beliau bersabda, <i>‘Janganlah kalian berkumpul dalam kondisi lapar dan berdusta.”</i> (Dihasankan oleh Al Albani dalam kitab Aadabuz Zafaf, 19).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><i>- Meletakkan tangan diatas kepala atau ubun-ubun isti dan mendoakannya :</i></b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebagaimana riwayat Abu Daud (2160) dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasalam beliau bersabda,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Jika salah seorang dari kalian menikahi seorang wanita,  maka hendaklah dia meletakkan tangannya diatas ubun-ubunnya dan berdoa,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ (حسنه الألباني)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Ya allah aku memohin kepada Engkau kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan untuknya, dan aku berlindung kepada Engkau dari keburukannya dan keburukan apa yang Engkau ciptakan padanya.”</i> (Dihasankan oleh Al Albani)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i><b>- Dan sebagian ulama salaf menganjurkan agar suami-stri tersebut shalat dua rakaat bersama-sama :</b></i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah (17156) dari Syaqiq, dia berkata, “Seseorang datang kepada Abdullah bin Masud seraya berkata, ‘Sesungguhnya aku menikahi perempuan muda dan saya takut dia akan membenciku, dia berkata, lalu Abdullah berkata,  </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> إن الألف من الله ، والفرك من الشيطان ، يريد أن يكره إليكم ما أحل الله لكم ، فإذا أتتك فمرها أن تصلي وراءك ركعتين (صححه الألباني في "آداب الزفاف")</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Sesungguhnya kelembutan itu datangnya dari Allah dan kemurkaan itu datangnya dari Syaitan. Dia menginginkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah kepadamu menjadi membencimu. Maka apabila engkau mendatanginya hendaklah engkau memerintahkannya agar dia shalat dibelakangmu sebanyak dua rakaat.”</i> (Dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab “Adabuz Zafaaf”).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <b><i>- Berdoa  ketika hendak menggauli istrinya,</i></b></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah syetan dari kami dan jauhkanlah syetan dari apa yang Engkau rizkikan kepada kami.”</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebagaimana riwayat Al Bukhari (3271) dari Abdullah bin Abbas Radliallahu anhuma dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasalam, beliau bersabda,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> أَمَا إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَتَى أَهْلَهُ وَقَالَ : بِسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا ، فَرُزِقَا وَلَدًا لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Adapun sesungguhnya apabila salah seorang di antara kalian jika hendak menggauli istrinya, maka hendaknya dia berdoa, “Dengan menyebut nama Allah, ‘Ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah syetan dari apa yang Engkau rizkikan kepada kami,’ maka keduanya diberikan rizki berupa anak yang tidak akan diganggu oleh setan.”</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> - Dan akhirnya...wasiat ini sangat ditekankan kepada berinteraksi dan mempergauli secara baik, dan hendaklah kedua belah pihak antara suami dan istri mengedepankan bertakwa kepada Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا (سورة النساء: 19)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”</i> (QS. An Nisaa: 19)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا : ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْت (صححه الألباني في "تخريج المشكاة"، رقم 3254)</div> <div style="text-align: justify;"> <i><br /></i></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Apabila seorang istri shalat lima waktu, puasa bulan Ramadlan, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya maka dikatakan kepadanya, ‘Masuklah engkau dari pintu surga mana saja yang engkau kehendaki.”</i>  (Dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab Takhriijul Misykaat, no. 3254)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Wallahu A’lam.</div>

Dianjurkan Bagi suami Ketika pertama Kali Menjumpai Istrinya

Keluarga Dakwah - Dianjurkan Bagi suami Ketika pertama Kali Menjumpai Istrinya - Bersikap lembutan kepada istri saat pertama kali men...

Baca selengkapnya »

Menjadi Orang Tua Shaleh Sebelum Mengharapkan Anak Shaleh

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-SqTYGd7aoAc/Xh6BrbLYZVI/AAAAAAAAFJY/MjGC1J5VSOsuu8vBGaer1_PZpz0p_9ffgCNcBGAsYHQ/s1600/shalehh.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="313" data-original-width="470" height="266" src="https://1.bp.blogspot.com/-SqTYGd7aoAc/Xh6BrbLYZVI/AAAAAAAAFJY/MjGC1J5VSOsuu8vBGaer1_PZpz0p_9ffgCNcBGAsYHQ/s400/shalehh.jpeg" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - “Hazm mengatakan, “Saya mendengar al-Hasan al-Bashri ditanya oleh Katsir bin Ziyad mengenai firman Allah ta’ala, “</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (٧٤)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”</i> (Al Furqan: 74).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Katsir bin Ziyad bertanya kepada al-Hasan, <i>“Wahai Abu Sa’id, apakah yang dimaksud qurrata a’yun (penyenang hati) dalam ayat ini terjadi di dunia ataukah di akhirat?</i> Maka al-Hasan pun menjawab, <i>“Tidak, bahkan hal itu terjadi di dunia.”</i> Katsir pun bertanya kembali, <i>“Bagaimana bisa?”</i> al-Hasan menjawab, <i>“Demi Allah, Allah akan memperlihatkan kepada seorang hamba, istri, saudara dan kolega yang taat kepada Allah dan demi Allah tidak ada yang menyenangkan hati seorang muslim selain dirinya melihat anak, orang tua, kolega dan saudara yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla.”</i> (Tuhfah al Maudud hal. 123).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Betapa indahnya, jika kita memandang anak-anak kita menjadi anak yang shalih, karena hal itu salah satu penyejuk pandangan kita. Namun yang patut kita perhatikan adalah faktor yang juga mengambil peran penting dalam pembentukan keshalehan anak adalah keshalihan orang tua itu sendiri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Jika kita menginginkan anak-anak shalih, maka kita juga harus menjadi orang yang shalih. Ada pepatah Arab yang bagus mengenai hal ini,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> كيف استقم الظل و عوده أعوج</div> <div style="text-align: justify;"> <i><br /></i></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Bagaimana bisa bayangan itu lurus sementara bendanya bengkok?”</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kita selaku orang tua adalah bendanya sedangkan anak-anak kita adalah bayangannya. Jika diri kita bengkok, maka anak pun akan bengkok dan rusak. Dan sebaliknya, jika diri kita lurus, maka insya Allah anak-anak akan lurus.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Allah ta’ala berfirman,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Keturunan itu sebagiannya merupakan (turunan) dari yang lain.”</i> (Ali Imran: 34).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Maksud dari ayat di atas adalah orang tua yang baik, sumber yang baik, insya Allah akan menghasilkan keturunan yang baik pula.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Keshalihan orang tua juga akan memberikan manfaat positif, karena Allah akan menjaga sang anak. Allah berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 82,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (٨٢)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Adapun dinding rumah itu  adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh.”</i> (Al Kahfi: 82).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dalam ayat ini diberitakan bahwa dikarenakan keshalihan orang tua, Allah menjaga dan memelihara sang anak, serta tidak mengecewakan orang tua. Oleh karenanya, keshalihan orang tua itu akan berpengaruh pada sang anak, bahkan manfaat itu tidak terbatas pada sang anak semata, tapi juga berdampak kepada cucu-cucunya sebagaimana diriwayatkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsirrahimahullah bahwa yang dimaksud ” وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا ” dalam ayat tersebut adalah kakek ketujuh dari dua anak tadi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kelak di surga, Allah ta’ala pun akan mengumpulkan sang anak bersama orang tua mereka yang shalih, meskipun amalan sang anak tidak dibanding amalan orang tua.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (٢١)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Dan orang-orang yang beriman, dan anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”</i> (Ath Thuur: 21).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Maka disini, Allah ta’ala memasukkan anak-anak orang mukmin ke dalam surga dengan syarat mereka juga beriman. Maka, betapa menyenangkannya, jika kita berkumpul bersama keluarga kita di surga sebagaimana kita berkumpul di dunia ini. Meskipun amal ibadah sang anak tidak sepadan dengan kedua orang tuanya, amalnya kurang daripada orang tuanya, namun Allah tetap memasukkan keturunannya ke dalam surga. Karena apa? Karena keshalehan kedua orang tuanya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Betapa pentingnya hal ini, yaitu menjadikan pribadi kita, yaitu orang tua, menjadi pribadi yang shalih, sampai-sampai salah seorang yang shalih pernah mengatakan,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> يا بني إني لأستكثر من الصلاة لأجلك</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Wahai anakku, sesungguhnya aku memperbanyak shalat karenamu (dengan harapan Allah akan menjagamu).”</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ada seorang tabi’in yang bernama Sa’id ibn al-Musayyib rahimahullah juga pernah berkata,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> إني لأصلي فأذكر ولدي فأزيد في صلاتي</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <i>“Ada kalanya ketika aku shalat, aku teringat akan anakku, maka aku pun menambah shalatku (agar anak-anakku dijaga oleh Allah ta’ala).”</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Maka, mari kita menjadikan diri kita sebagai pribadi yang baik, taat kepada Allah dan shalih, kita jalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dengan harapan nantinya Allah ta’ala menjaga dan memelihara anak-anak kita.</div>

Menjadi Orang Tua Shaleh Sebelum Mengharapkan Anak Shaleh

Keluarga Dakwah - “Hazm mengatakan, “Saya mendengar al-Hasan al-Bashri ditanya oleh Katsir bin Ziyad mengenai firman Allah ta’ala, “ ...

Baca selengkapnya »

Rasa memiliki Dalam Rumah Tangga

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-Eu6VR_cVk0w/XhfuHbm7qvI/AAAAAAAAFGA/5ksNohbRAKUBRWbdMNmMc6GIOZoAbSuRACNcBGAsYHQ/s1600/kkk.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="749" height="212" src="https://1.bp.blogspot.com/-Eu6VR_cVk0w/XhfuHbm7qvI/AAAAAAAAFGA/5ksNohbRAKUBRWbdMNmMc6GIOZoAbSuRACNcBGAsYHQ/s400/kkk.png" width="400" /></a></div> Keluarga Dakwah  - Rumah Tangga Bahagia #60<br /> <br /> Di antara tabiat manusia adalah rasa memiliki sesuatu, islam menyeru untuk menghormati tabiat ini dan mengharamkan berlaku sewenang-wenang terhadap hak milik orang lain. Atas dasar inilah, seseorang tidak berhak mengambil harta atau barang pribadi orang lain kecuali dengan izin dan kerelaannya.<br /> <br /> Wajib bagi suami-istri untuk saling menghargai kepemilikan satu sama lain, terutama harta, dan ini penting demi menambah rasa saling percaya, keakraban, cinta, dan saling menghargai. Allah Ta’ala berfirman:<br /> <br /> “Berilah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambilah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (An-Nisa’ [4] : 4)<br /> <br /> Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda:<br /> <br /> “Tidak halal harta seorang muslim kecuali dengan kerelaan hatinya.” (Shahih Al-Jami’)<br /> <br /> Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda:<br /> <br /> “Siapa yang mengambil hak seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah wajibkan baginya neraka dan haramkan baginya surga. “Maka seseorang berkata kepada beliau, “Walaupun itu barang kecil, Wahai Rasulullah? “Beliau menjawab, “Meskipun hanya sepotong kayu siwak.” (Shahih Muslim)<br /> <br /> Hadist ini menunjukan ancaman keras bagi siapa yang bertindak sewenang-wenang terhadapt harta orang lain tanpa alasan yang benar, meskipun itu hanya barang kecil. Sebagian suami mengambil harta istrinya tanpa kerelaannya, atau memaksanya untuk kontribusi anggaran rumah, padahal ini haram dan memperburuk citra di hadapan istrinya. Ini juga akan melemahkan kepemimpinanya di atas perempuan. Namun jika istri rela memberikan hartanya kepada suami maka tidak mengapa. Begitu pula sebagian istri. Mereka mengambil harta suami tanpa izinnya, atau menggunakan harta suami dengan cara tidak tepat, bahkan terkadang digunakan untuk kemungkaran, ini juga tidak boleh.<br /> <br /> (Dirangkum dari 99 Tips Rumah Tangga Bahagia, Dr. Musyabbab bin Fahd Al-Ashimi)<br /> <br />

Rasa memiliki Dalam Rumah Tangga

Keluarga Dakwah  - Rumah Tangga Bahagia #60 Di antara tabiat manusia adalah rasa memiliki sesuatu, islam menyeru untuk menghormati tabia...

Baca selengkapnya »

Hukum Menceraikan Istri Saat Nifas

<div style="text-align: justify;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-9h78P-4tdOY/XhLV94xC8XI/AAAAAAAAFBE/L6hj0O9xIJkimwiOPCRqUrn3SEvsdgjLQCNcBGAsYHQ/s1600/ttr.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="266" src="https://1.bp.blogspot.com/-9h78P-4tdOY/XhLV94xC8XI/AAAAAAAAFBE/L6hj0O9xIJkimwiOPCRqUrn3SEvsdgjLQCNcBGAsYHQ/s400/ttr.jpg" width="400" /></a></div> Keluarga Dakwah - Talak yang disyariatkan adalah talak seorang suami kepada isterinya dalam keadaan suci yang belum digauli. Apabila dia mentalqnya saat isterinya dalam keadaan haidh atau nifas, maka itu termasuk talak bid'i (bid'ah).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Para ahli fiqih berbeda pendapat soal talak bid'i. Jumhur ulama berpendapat bahwa talak seperti itu jatuh. Sebagian berpendapat bahwa talak seperti itu tidak jatuh, karena dia adalah talak bid'i yang diharamkan. Berdasarkan firman Allah Ta'ala,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ (سورة الطلاق: 1)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)." (QS. Ath-Thalaq: 1)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Maksudnya adalah saat sang isteri berada dalam keadaan suci dan belum dijimak. Yang berpendapat seperti ini adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah dan diikuti oleh sejumlah ulama.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Disebutkan dalam Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 20/58, "Talak bid'I ada beberapa macam; Di antaranya seorang suami mentalak isterinya dalam keadaan haidh atau nifas atau dalam keadaan suci yang sudah digauli. Pendapat yang shahih dalam masalah ini adalah bahwa talak seperti itu tidak jatuh."</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata, "Karena syariat Allah mengajarkan agar mentalak isteri dalam keadaan suci dari nifas dan haid dan dalam keadaan belum digauli suaminya pada masa suci dan inilah talak yang sesuai syariat, maka jika dia mentalaknya dalam keadaan haid, atau nifas atau dalam keadaan suci tapi sudah digauli, maka talak tersebut dinamakan talak bid'ah. Menurut pendapat yang shahih dari para ulama, bahwa talak seperti itu tidak jatuh. Berdasarkan firman Allah Ta'ala,</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)." (QS. Ath-Thalaq: 1)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Maksudnya adalah sang isteri dalam keadaan suci tanpa jimak. Demikian perkataan para ulama dalam masalah talak terhadap isteri dalam masa iddah, yaitu hendaknya mereka ditalak dalam keadaan suci sebelum digauli, atau dalam keadaan hamil. Inilah yang disebut talak pada masa iddah (dapat menghadapi iddahnya secara wajar)." (hal. 44)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Lihat Fatawa Syekh Ibnu Baz, 21/286.</div><div style="text-align: justify;"><div>.</div><div>.</div><div><div>┏ ===  ❀❀✿❀❀  === -┓</div><div>               Link grup </div><div><br /></div><div>     <a href="https://chat.whatsapp.com/E9CcBP9oUQZ4oKWTeCLAuw" target="_blank">Keluarga Dakwah 09</a> </div><div>     <a href="https://chat.whatsapp.com/KlQcgVMuA9DK7tTK6cRzJm" target="_blank">Keluarga Dakwah 10 </a></div><div><br /></div><div>  ┗ ===  ❀❀✿❀❀  === -┛</div></div></div>

Hukum Menceraikan Istri Saat Nifas

Keluarga Dakwah - Talak yang disyariatkan adalah talak seorang suami kepada isterinya dalam keadaan suci yang belum digauli. Apabila dia ...

Baca selengkapnya »

Aksi ke-2 Bantu Korban Terdampak Banjir

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-BZao9q8QXaM/Xg_ehlSiAxI/AAAAAAAAE_A/z2RH2iK60dMXQoIHGvZVgMe-Mtbkpn4SgCNcBGAsYHQ/s1600/WhatsApp%2BImage%2B2020-01-04%2Bat%2B07.22.03.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="225" src="https://1.bp.blogspot.com/-BZao9q8QXaM/Xg_ehlSiAxI/AAAAAAAAE_A/z2RH2iK60dMXQoIHGvZVgMe-Mtbkpn4SgCNcBGAsYHQ/s400/WhatsApp%2BImage%2B2020-01-04%2Bat%2B07.22.03.jpeg" width="400" /></a></div> JKD - Hari ke-2, Tim Relawan Jalinan Keluarga Dakwah membagi menjadi dua tim. Tim pertama bertugas membantu warga di Pondok Gede Permai (PGP), Bekasi. Adapun tim kedua bertugas di Rumah Qur’an 13 (RQ13) di Kemang Pratama 2.<br /> <br /> Tim yang bertugas di PGP bertugas mulai pagi hari sekitar jam 8 sampai sore hari. Tim membantu membersihkan beberapa rumah warga. Selain itu tim juga mendistribusikan nasi bungkus yang merupakan amanah dari relawan yang lain.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-BddN13rNV4I/Xg_enys3FBI/AAAAAAAAE_E/53Rmf71Rn-AUy7w6hvs2giy8ioE79yqBQCNcBGAsYHQ/s1600/WhatsApp%2BImage%2B2020-01-04%2Bat%2B07.22.51.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="855" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-BddN13rNV4I/Xg_enys3FBI/AAAAAAAAE_E/53Rmf71Rn-AUy7w6hvs2giy8ioE79yqBQCNcBGAsYHQ/s400/WhatsApp%2BImage%2B2020-01-04%2Bat%2B07.22.51.jpeg" width="266" /></a></div> <br /> <br /> Adapun tim kedua bersama Relawan lainnya membersihkan RQ13. Tim ini mulai ba'da jum'at sekitar jam 14. Di RQ13, tim mendapatkan Al-Qur'an yang basah karena terendam banjir. Memang RQ ini merupakan kajian ummahat dari Griya Keluarga Sakinah (GKS). Tim menghadapi kendala berupa tumpukan endapan lumpur di depan garasi yang sulit dibersihkan.<br /> <br /> - Jalinan Keluarga Dakwah -

Aksi ke-2 Bantu Korban Terdampak Banjir

JKD - Hari ke-2, Tim Relawan Jalinan Keluarga Dakwah membagi menjadi dua tim. Tim pertama bertugas membantu warga di Pondok Gede Permai (P...

Baca selengkapnya »

Aksi ke-1 Bantu Korban Terdampak Banjir

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-LrEGPmQYNK0/Xg_d3aHy-gI/AAAAAAAAE-o/4W5iFBusy18hew84fhMNv40qgPd00ANlgCNcBGAsYHQ/s1600/WhatsApp%2BImage%2B2020-01-03%2Bat%2B04.53.29.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="300" src="https://1.bp.blogspot.com/-LrEGPmQYNK0/Xg_d3aHy-gI/AAAAAAAAE-o/4W5iFBusy18hew84fhMNv40qgPd00ANlgCNcBGAsYHQ/s400/WhatsApp%2BImage%2B2020-01-03%2Bat%2B04.53.29.jpeg" width="400" /></a></div> JKD - Kamis, 2 Januari 2020 Jalinan Keluarga Dakwah bersama Relabaik (Relawan Kebaikan)  turut terjun langsung membantu para korban terdampak banjir.<br /> <br /> Awalnya Relabaik JKD coba membantu Rumah Quran (RQ) 13 di Kemang Pratama 2. Namun ternyata RQ tutup dengan gerbang tergembok. Akhirnya Relabaik JKD memutuskan bergabung dengan Relabaik Al-Ikhlas di Vila Mahkota Pesona, Bojong kulur, Kab. Bogor.<br /> <br /> Di Vila Mahkota Pesona, kegiatan yang dilakukan berupa membantu membersihkan rumah warga. Menurut Irfan Faras, dari Relabaik Al-Islam, mereka sudah membersihkan sekitar 7 rumah.<br /> <br /> Sampai sekitar jam 14.00 tim mendapat kabar air di Vila Nusa Indah dan Pondok Gede Permai sudah surut. Maka diputuskan untuk menuju ke sana.<br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-xsM8PbXtcvw/Xg_d8ddKLHI/AAAAAAAAE-w/bQ37-OxYQe4tYx_1NzNSm8JqPil6nbtnQCNcBGAsYHQ/s1600/WhatsApp%2BImage%2B2020-01-03%2Bat%2B04.53.29%2B%25283%2529.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="300" src="https://1.bp.blogspot.com/-xsM8PbXtcvw/Xg_d8ddKLHI/AAAAAAAAE-w/bQ37-OxYQe4tYx_1NzNSm8JqPil6nbtnQCNcBGAsYHQ/s400/WhatsApp%2BImage%2B2020-01-03%2Bat%2B04.53.29%2B%25283%2529.jpeg" width="400" /></a></div> <br /> <br /> Sampai di PGP, salah seorang Relawan mendapat kabar bahwa Klinik Bunda Auni  membutuhkan bantuan tenaga untuk bersih-bersih. Tim pun menuju ke klinik. Sampai di sana, tim diarahkan untuk membersihkan Akbid Bunda Auni, tidak kliniknya. Ba'da shalat Ashar tim Relabaik JKD mulai bersih-bersih Akbid. Sampai menjelang maghrib kegiatan dihentikan. Tim pun pulang. Kondisinya juga sudah mulai gelap dan listrik belum nyala.<br /> <br /> Selain do'a dan dana, saudara kita yang terdampak banjir juga membutuhkan tenaga kita. Mari kita turun bantu mereka.<br /> <br /> #keluargadakwah<br /> #relabaik<br />

Aksi ke-1 Bantu Korban Terdampak Banjir

JKD - Kamis, 2 Januari 2020 Jalinan Keluarga Dakwah bersama Relabaik (Relawan Kebaikan)  turut terjun langsung membantu para korban terdam...

Baca selengkapnya »

Kisah Hatim Al-Ashami dan Keluarganya

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://1.bp.blogspot.com/-5meKUt9HZdM/XgwpuJuAbEI/AAAAAAAAE64/kbZILgUyh6Mj0VZoFRLJrGVzzoI8leeqQCNcBGAsYHQ/s1600/ponon.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="625" data-original-width="1000" height="250" src="https://1.bp.blogspot.com/-5meKUt9HZdM/XgwpuJuAbEI/AAAAAAAAE64/kbZILgUyh6Mj0VZoFRLJrGVzzoI8leeqQCNcBGAsYHQ/s400/ponon.jpeg" width="400" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> Keluarga Dakwah - Hatim al-Asham termasuk di antara pembesar orang-orang shaleh. Hatinya sudah rindu ingin menunaikan haji pada suatu tahun di antara tahun-tahun yang ada. Namun ia belum jua memiliki biaya untuk berhaji, tidak boleh mengadakan perjalanannya, bahkan haji itu tidak wajib tanpa meninggalkan biaya hidup bagi anak-anaknya tanpa keridhaan mereka.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketika waktu yang dijanjikan telah tiba, puterinya melihat dirinya bersedih dan menangis, sedang keshalehan terdapat pada puterinya tersebut. Ia berkata kepadanya, “Wahai ayahku, gerangan apa yang membuat engkau menangis?</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ia berkata, “Haji telah tiba.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Lalu mengapa engkau tidak pergi berhaji?” tanya sang puteri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Nafkah” jawab sang ayah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Allah yang akan memberikan engkau rezeki,” jawab si puteri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Lalu apa nafkah kalian?” tanya sang ayah lagi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Allah yang akan memberikan kami rezeki,” jawab sang puteri.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Tetapi perkaranya kembali kepada ibumu,” kata sang ayah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pergilah puterinya tersebut untuk mengingatkan Sang ibu. Hingga akhirnya, ibu dan anak-anak lelakinya berkata kepada Hatim, “Pergilah berhaji, Allah yang akan memberikan kami rezeki.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hatim pun berangkat berhaji. Ia hanya meninggalkan nafkah untuk tiga hari buat mereka.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ia berangkat berhaji sementara tidak ada sepeser harta pun yang bersamanya yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhannya. Adalah ia berjalan di belakang kafilah. Di awal perjalanan, seekor kalajengking menyengat pemimpin kafilah, membuat mereka bertanya siapa yang dapat meruqyah dan mengobatinya. Mereka pun mendapati Hatim. Lantas ia meruqyahnya sehingga Allah menyembuhkan pemimpin kafilah dari kebinasaannya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pimpinan kafilah berkata, “Nafkah pulang dan pergi (Hatim), saya yang menanggungnya.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hatim pun berdo’a, “Ya Allah, ini adalah pemeliharaan-Mu kepadaku, maka perlihatkanlah pemeliharaan-Mu kepada keluargaku.”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Telah berlalu masa tiga hari sementara nafkah yang ditinggalkan di sisi anak-anak telah habis. Mulailah rasa lapar menggerogoti mereka, sehingga mereka mulai mencela si anak perempuan. Namun ia hanya tertawa. Mereka berkata, “Apa yang membuatmu tertawa sementara rasa lapar hampir membunuh kita.” Ia balik bertanya, “Ayah kita ini Razzaq (Sang Pemberi Rezeki) atau pemakan rezeki?”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Pemakan rezeki, karena ar-Razzaq itu hanyalah Allah,” jawab mereka.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Kalau begitu telah pergi pemakan rezeki dan tinggallah ar-Razzaq,” jawab anak perempuan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketika ia tengah berbicara dengan mereka, tiba-tiba pintu diketuk. “Siapa di pintu?” tanya mereka.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> “Sesungguhnya Amirul Mukminin meminta air minum kepada kalian,” jawab si pengetuk pintu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kemudian, mereka pun memenuhi geribah dengan air. Minumlah Sang Khalifah, maka ia merasakan kelezatan pada air tersebut yang belum pernah dirasakannya. Ia bertanya, “Dari mana kalian mendapatkan air ini?” “Dari rumah Hatim,” jawab mereka. “Kalian panggil dia supaya aku dapat membalas budinya,” perintah Khalifah. “Ia sedang berhaji,” jawab mereka. Maka Amirul Mukminin melepas ikat pinggangnya –dan itu merupakan sabuk yang terbuat dari kain tenun mewah yang bertabur permata – seraya berkata, “Ini untuk mereka (keluarga Hatim).” Kemudian ia berkata, “Siapa yang ia memiliki tangan atasku –yaitu siapa yang dia mencintaiku-?” Maka tiap menteri dan pedagang melepaskan ikat pinggangnya untuk mereka hingga menumpuklah ikat pinggang-ikat pinggang tersebut. Kemudian salah seorang pedagang membeli semua ikat pinggang tersebut dengan emas sepenuh rumah yang dapat mencukupi kebutuhan mereka (keluarga Hatim) hingga ajal menjemput, lalu mengembalikan lagi ikat pinggang-ikat pinggang itu kepada mereka (para pemiliknya).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mereka (keluarga Hatim) membeli makanan dan tertawa ceria. Namun si anak perempuan malah menangis. Sang ibu berkata kepadanya, “Perkaramu sungguh mengherankan wahai puteriku. Ketika kami menangis karena lapar, kamu malah tertawa. Namun ketika Allah telah memberikan jalan keluar kepada kita, kamu malah menangis?!”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sang anak menjawab, “Makhluk yang tidak menguasai manfaat maupun madharat untuk dirinya sendiri ini (yaitu Khalifah) melihat kepada kita dengan pandangan iba yang mencukupi kita dari kematian, lalu bagaimana kiranya dengan Raja para raja?!”</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Itulah kepercayaan (tsiqah) kepada Allah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Itulah kepercayaan kepada ar-Razzaq yang memiliki kekuatan lagi sangat kokoh.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Itulah kekuatan iman dan kekuatan tawakkal kepada Allah.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Maha suci Allah, di mana kita dibanding mereka?!</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ketika Allah memilih engkau untuk menempuh jalan hidayah-Nya, bukanlah karena engkau istimewa atau karena ketaatan yang engkau kerjakan! Namun itu semata rahmat dari-Nya yang menyelimutimu. Bisa jadi, Ia akan mencabutnya darimu kapan saja. Oleh karena itu, janganlah engkau tertipu dengan amalanmu maupun ibadahmu! Janganlah engkau kira kecil amalan orang-orang yang telah sesat dari jalan-Nya!</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Seandainya bukan karena rahmat Allah kepadamu, niscaya engkau sudah menduduki tempatnya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ulangilah membaca kisah ini dengan perlahan dan tenang!</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dari fawaid asy-Syaikh Fawwas al-Madkhali hafizhahullah. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sumber : Majmu’ah an-Nahjul Wadhih</div>

Kisah Hatim Al-Ashami dan Keluarganya

Keluarga Dakwah - Hatim al-Asham termasuk di antara pembesar orang-orang shaleh. Hatinya sudah rindu ingin menunaikan haji pada suatu tah...

Baca selengkapnya »