Apabila istri memiliki suami yang bakhil serta tidak menafkahinya dan anak-anak, maka hendaknya ia berusaha menahan diri dengan berbagai cara. Jika ini belum berhasil, maka ia boleh mengambil harta suami sesuai kebutuhan tanpa sepengetahuan suaminya. Dalam kondisi ini, ia tidak boleh mengambil harta melebihi kebutuhannya. Tidak boleh pula mengumpatnya di hadapan anak-anak, dan menjelekkannya di hadapan orang lain. Allah Ta’ala berfirman:
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.
Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Ali ‘Imran [3] : 180)
“...Dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri...” (Muhammad [47] : 38)
Seorang shahabiyah datang kepada Nabi SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM mengeluhkan sifat bakhil suaminya, ,maka beliau bersaba:
“Ambillah yang cukup untukmu dan anakmu dengan cara yang baik.” (Shahih Al-Bukhori)
Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda:
“Takutlah terhadap sifat bakhil, karena bakhil membinasakan umat sebelum kalian. Sifat itu membuat mereka menumpahkan darah dan menghalalkan kehormatan mereka.” (Shahih Muslim)
Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda:
“Tidaklah seorang hamba melewati pagi hari melainkan dua malaikat turun, salah satunya berdoa; ‘Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak sedang yang satunya berdoa, ‘Ya Allah timpakanlah kerugian bagi mereka yang bakhil.” (Shahih Al-Bukhori)
Di dalam hadist ini terdapat peringatan bagi orang-orang yang bakhil, yang mereka tidak menafkahkannya kepada anak-anak, tidak pula di jalan Allah. Allah akan menghilangkan jasad, anggota badan, harta, atau apa saja yang mereka sukai.
Rasulullah SHALLALLAAHU 'ALAIHI WASALLAM bersabda:
“Tidak akan terkumpul sifat bakhil dan iman dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (Shahih Al-Jami’)
Bakhil adalah maksiat kepada Allah Ta’ala, dia berperasangka buruk Kepada Pencipta dan Pemberi rezekinya, dia tidak menunaikan hak dirinya, keluarga, dan masyarakat sekitar. Di sisi lain ia tidak memberikan andil untuk membantu masyarakat.
Posting Komentar