0


Keluarga Dakwah - Khadijah radhiyallahu ‘anha bukan semata istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam secara biologis. Peran dan pengaruh Khadijah dalam proses dakwah Islam menempati posisi sangat penting dan strategis.

Ada beberapa hal yang bisa dipetik sebagai pelajaran dan teladan dari Khadijah, bagaimana ia mengambil peran sebagai sosok seorang istri yang berperan aktif dalam amal iqomatuddin.

Pertama, Merupakan sosok wanita yang mencintai kebaikan.

Khadijah adalah yang mampu melihat kebenaran dan kebaikan serta bersegera mengambilnya. Itu bisa dilihat bagaimana cara Khadijah mengenal Nabi shalallahu a’laihi wa salam dan menangkap segala sifat kebaikan pada diri beliau.

Sehingga Khadijah kemudian menawarkan dirinya kepada Nabi untuk dinikahi. Dan alasan yang disampaikan olehnya adalah alasan-alasan kebaikan yang ada pada diri Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam:

“Duhai anak pamanku, sungguh aku telah jatuh cinta kepadamu; karena dekatnya hubungan kekerabatan, karena kedudukanmu di tengah kaummu (terhormat), karena sikap amanahmu, baiknya perangai budimu, dan jujurnya tutur lisanmu.” (Sirah Ibnu Hisyam, 89)

Dari sekian laki-laki Quraisy yang menaruh hati kepadanya, Khadijah memilih Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, semata-mata ia melihat banyaknya kebaikan pada diri beliau dibandingkan laki-laki lain.

Kedua, Wanita yang penuh dengan pengabdian

Ketika Nabi mendekati usia 40 tahun, di mana beliau mulai cenderung menyukai khalwah (menyendiri) di gua Hira’, beliau biasa menghabiskan waktu sebulan dalam satu tahun untuk berkhalwah di dalam gua.

Selama masa-masa tersebut Khadijah selalu dengan setia menyediakan perbekalan untuk khalwatnya Nabi di gua Hira’. Khadijah menyiapkan segala keperluan dan kebutuhan Nabi di fase tersebut. (Rahiq al-Makhtum, 134)

Sekiranya Khadijah bukan tipe wanita yang penuh pengabdian, tentulah ia akan merasa aneh dengan kebiasaan suaminya, yang banyak menghabiskan waktu berdiam diri di gua, dan bukan melakukan aktifitas lain yang lebih mendatangkan manfaat secara materi.

Tapi ketulusan dan pengabdian Khadijah bisa dilihat bagaimana ia berkhidmat kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam sebagai suaminya.

Ketiga, Wanita yang beriman pertama kali.

Imam ad-Dzahabi menuliskan bahwa Khadijah adalah orang pertama yang beriman kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dan membenarkannya sebelum orang lain. (Siyar A’lam an-Nubala, 2/109)

Hal ini juga bisa dilihat saat Nabi pulang dari gua hira’ dalam keadaan ketakutan karena baru saja melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya untuk pertama kali. Dan Khadijah menguatkan suaminya dengan apa yang baru saja Nabi alami.

Dalam keadaan menggigil ketakutan, Nabi meminta Khadijah untuk menyelimutinya kemudian menceritakan apa yang baru saja terjadi kepada dirinya. lalu Khadijah memberikan jawaban yang bisa menenangkan Nabi,

“Tidak demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena engkau suka menyambung silaturahmi, membantu orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.” (Ar-Rahiq al-Makhtum, 135)

Keempat, Sosok wanita yang cerdas.

Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menceritakan tentang sesuatu yang baru saja menghampirinya, maka tidak lama Khadijah bergegas menemui sepupunya Waraqah bin Naufal, seorang Nashrani yang menguasai kitab-kitab samawi terdahulu untuk dimintai komentarnya atas apa yang baru saja menimpa Rasulullah.

Setelah mendengar apa yang disampaikan oleh Khadijah, Waraqah pun mengkonfirmasi bahwa apa yang telah datang kepada Rasulullah adalah Malaikat Namus (Jibril) yang dahulu juga telah datang kepada Musa ‘alaihi salam. (Sirah Ibnu Hisyam, 111)

Ini menunjukkan bahwa Khadijah adalah wanita yang mampu berpikir dengan jernih dan mengambil tindakan yang tepat dan cepat, dengan mendatangi Waraqah sebagai ahli kitab yang dapat dipercaya ucapannya serta bisa menjaga rahasia.

Sehingga Khadijah semakin yakin bahwa suaminya benar-benar di atas kebenaran dan bukan sedang mengalami gangguan ataupun khayalan. Kemudian juga membuat Khadijah semakin yakin bahwa suaminya adalah Nabi akhir zaman yang Allah utus untuk seluruh manusia.

Kelima, wanita yang berjuang dengan totalitas.

Apa yang membuat Nabi tidak akan pernah sanggup menggantikan Khadijah dengan wanita lain di hatinya? Jawabannya karena loyalitas dan totalisanya membersamai Nabi dalam memperjuangkan Islam.

Semua dilalui bersama Khadijah; dimulai saat permulaan datangnya wahyu yang sungguh berat, dakwah sirriyah yang menegangkan dan mendebarkan, dakwah jahriyah yang penuh penolakan dan ancaman, berbagai cemooh dan hinaan, cacian dan makian, intimidasi, boikot dan rencana pembunuhan. Semua berhasil dilalui Nabi. Dan Khadijah selalu setia membersamai.

“Selalu ada wanita hebat, di balik pria hebat” begitu kata pepatah. Allah telah menjadikan Khadijah sebaik-baik teman perjalanan bagi Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, sebaik-baik sandaran, sebaik-baik pelipur lara, dan sebaik-baik wanita yang menemaninya.

Imam Ibnu Hisyam berkomentar tentang sosok Khadijah dalam lembaran kitab sirahnya dengan deskripsi agung dan luhur tentang sosok Khadijah radhiyallahu ‘anha, satu gambaran sosok wanita yang begitu didamba semua pria, sosok wanita yang dirindu oleh Surga.

“Maka saat Rasulullah membawa risalah ini (Islam), kemudian beliau menemui penolakan dan gangguan dari kaumnya, tapi tidak dengan Khadijah binti Khuwailid. Ia beriman, ia membenarkan, ia menolong, ia menjadi orang pertama yang beriman dan membenarkan apa yang datang darinya, lewat Khadijah Allah ringankan beban Nabi-Nya…”

“…Tidak pernah sekalipun Nabi mendengar kalimat yang tidak menyenangkan darinya, saat Nabi terus-menerus ditolak atau didustakan yang membuat Nabi sedih, melainkan Allah jadikan Khadijah sebagai pelipur lara baginya saat pulang ke rumah, Nabi disemangati, diringankan bebannya, membenarkan beliau, dan memandang remeh apa yang manusia katakan tentang beliau. Semoga Allah merahmati Khadijah.” (Sirah Ibnu Hisyam, 113)

Maka pantas Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam memberikan pujian tertinggi kepada Khadijah atas perjuangan dan pengorbanannya, “Sebaik-baik wanita pada masanya adalah Maryam bin Imran, dan pada masa ini adalah Khadijah.” (Muttafaq ‘alaih)

Wallahu a’lam.


Posting Komentar

 
Top