0


Keluarga Dakwah -  Mendamba Surga Menuai Neraka

Oleh: Abu Athif, Lc. –غفر الله له ولوالديه-

Siapa yang tak mendambakan kehadiran keluarga yang harmonis dan romantis? Siapa yang tak ingin setiap waktu berlalu senantiasa dihiasi dengan rasa cinta dan kasih sayang? Siapa yang tak ingin bila ada problematika keluarga, langsung bisa diatasi dengan suasana cair dan bersahabat? Siapa yang tak mengharap bila ada api kemarahan yang membakar, langsung didapatkan kesejukan air yang memadamkan? Siapa yang tak ingin jika semua putra-putrinya menjadi penyejuk jiwa dan permata hatinya? Siapa yang tak harap jika semua anggota keluarganya menjadi ahlul Qurân ? siapa yang tak mendamba hadirnya sakinah-mawaddah-rohmah dalam hidupnya?

Tak diragukan lagi, siapa saja pasti mendambakan itu semua. Siapa saja pasti berharap suasana “surga dunia” ada di rumahnya. Namun, mungkinkah dan kapankah hal itu bisa terwujud? Bisa jadi upaya menggapai keharmonisan keluarga bak pungguk merindukan bulan –hanya sekedar impian kosong yang tak kunjung tiba-. Sebenarnya harapan itu semuanya bukanlah khayalan dan fatamorgana. Bukan pula angan-angan autis yang jauh menerawang. Tidak perlu pula bersikap underestimate dalam upaya meraihnya.

Sungguh disayangkan, sebagaian besar orang berusaha untuk mewujudkan keluarga surgawi dengan cara bersungguh-sungguh dalam menumpuk kekayaan dunia yang fana, namun yang terjadi justru kebahagiaan keluarga sering menjadi “tumbal”. Hal ini dipicu karena adanya anggapan yang keliru bahwa kekayaan materi adalah kunci kebahagiaan keluarga. Padahal dalam kenyataan tidak demikian. Betapa banyak orang yang bergelimang harta namun keluarganya berantakan. Sebaliknya, tidak sedikit keluarga yang tak berkecukupan namun  rumah tangganya bernuansa “surga.”

Seringnya kita lalai bahwa ketinggian asa dan cita yang diharapkan haruslah diimbangi dengan besarnya usaha dan mujahadah untuk mewujudkannya. Sering kita berdoa :

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan:74)

Namun sehari-hari keributan rumah tangga seakan-akan telah menjadi tradisi. Tidak ada yang salah dalam untaian doa itu, yang perlu diperhatikan adalah sejauh mana kita berupaya merealisasikannya. Harapan untuk mendamba surga sering kali tak diiringi amalan-amalan surgawi, justru amalan yang terjadi adalah  bertolak belakang dengan cita-cita, maksud hati mendamba “rumahku surgaku” namun yang terjadi adalah “rumahku nerakaku” –wal’iyaadzu billah-.

Posting Komentar

 
Top