Keluarga Dakwah - Satu point terpenting yang perlu diketahui bersama bahwa sudah seharusnya kita menyadari akan adanya perbedaan psikologis, keadaan, perkembangan, dan kebiasaan antara pria dan wanita (suami - Istri), karena semua ini akan memungkinkan terjadinya perselisihan dan pertengkaran, dan ini semua bisa diatasi dengan saling memahami, dan berkomunikasi.
Wanita melihat suatu perkara secara umum, tidak memusatkan pandangan atau pikirannya pada satu perkara saja. Kalau Anda perhatikan ketika Anda berjalan dengan istri Anda –misalnya misalnya-, di sebuah pusat perbelanjaan, maka Anda akan merasa lelah pada 20 menit pertama ketika istri Anda masih mengajak untuk berkeliling di pusat perbelanjaan tersebut. Karena bagi Anda, pusat perbelanjaan bagaikan tempat rekreasi untuk mengistirahatkan pikiran, sedangkan bagi istri Anda, ia bagaikan taman di musim semi yang penuh bunga. (Kata ustadz Jamil Zaini, “kalau wanita dikasih uang belanja berapapun, bukan hanya habis tetapi kurang.” ^__^ ).
Kemudian setelah setengah jam pertama, istri Anda akan meminta menuju ke tempat khusus yang telah dia lewati pada 20 menit pertama tadi. Dia memberitahukan bahwa di sana ada sebuah stand yang menawarkan tiga coklat baru dengan harga promosi. (hayo, siapa yang suka coklat ? ngaku!). Itu semua menunjukkan bahwa wanita melihat secara keseluruhan tempat yang ada di sana dan mengingatnya, berbeda dengan lelaki yang memusatkan perhatiannya pada satu tujuan seperti mencari barang elektronik saja misalnya, dan itu tidak akan menghabiskan waktu setengah jam.
Contoh lain yang menunjukkan lelaki konsen hanya pada satu hal saja adalah ketika seorang lelaki melihat dompetnya, dia akan berusaha memperhatikan keuangan dan kartu ATM saja untuk memenuhi kebutuhannya dan seringkali kebutuhan istri tidak terpikirkan olehnya. Sehingga bisa saja pada suatu hari istri Anda –misalnya misalnya– dengan begitu cepat langsung memesan dua cangkir kopi di sebuah rumah makan ketika dia ingin minum tanpa memikirkan isi dompet Anda. (ha ha, bahaya sekali kalau sampai sebegini, hati-hati!).
Contoh ketiga bahwa wanita lebih bisa menyeluruh adalah ketika seorang wanita menyusui bayinya sambil menjahit baju suaminya, dan waktu yang bersamaan ia juga menelepon temannya untuk memberitahukan bahwa dia akan mengakhir masa liburannya, dan akan kembali bekerja pada bulan depan. (wuih, kweren!), sedangkan lelaki, ia tidak bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus meskipun hanya seseorang yang mengajaknya bicara ketika dia menerima telefon. Akan terlihat di wajahnya bahwa dia tidak memperdulikan orang yang mengajaknya bicara tersebut. (ha ha, ketahuan, pernah mengalami seperti ini; focus-focus-focus!;p).
Apa yang membuat lelaki menjadi seperti ini? Dengan sederhana kita bisa menarik kesimpulan bahwa lelaki konsentrasi dalam satu keadaan, tidak banyak mengetahui secara menyeluruh, dan tidak memperhatikan hal lainnya dengan sempurna. Lelaki biasanya tidak mendalami kecuali hanya dalam satu keadaan saja, berbeda dengan wanita yang haus akan setiap keadaan.
Setelah mengetahui semua itu, maka wahai kaum istri, pahamilah ketika suami Anda meminta Anda tenang agar dia bisa berkonsentrasi dalam pekerjaannya. Pahamilah ketika dia tidak akan sedih karena tidak dibuatkan baju baru oleh Anda, atau tidak melihat gaya baru dari penampilan Anda. Yakinlah kalau dia pasti akan melihat Anda lebih cantik dari yang lain, akan tetapi tidak diungkapkan dengan kata-kata.
Anda menjadi tahu bahwa suami Anda melaksanakan pekerjaan dengan sebaik mungkin dimana dia telah mencurahkan seluruh konsentrasi dalam pekerjaannya tersebut. Oleh karena itu sudah seharusnya seorang istri berhati-hati dan menjaga agar tidak mengganggu konsentrasi suaminya secara langsung, seperti dengan meminta, “Suamiku, kantong sampah sudah penuh, tolong dibuang karena aku sudah selesai membuat makanan”, maka berarti Anda sudah meninggalkannya dalam keadaan marah. Akan lebih baik jika Anda memintanya dengan ucapan, “Maaf sayang, aku tahu kamu sedang sibuk, tapi aku perlu bantuanmu satu menit saja untuk membuang kantong sampah karena aku sudah selesai menyajikan makanan. Setelah itu, sayang bisa kembali melanjutkan pekerjaan lagi.”
Dan perlu dicatat, ketika lelaki banyak tekanan dalam hidupnya, maka dia akan merasa merasa jemu dan tidak konsentrasi serta akan membuat dia lebih mementingkan diri sendiri. Maka, bisa saja terjadi sesuatu yang tidak baik atau tidak terbayangkan sebelumnya ketika seorang lelaki tertekan. Jadi, cukuplah bantu dia dengan memberikan suasana yang tenanga afar ia dapat menyelesaikannya dengan cepat.(Oase Imani / Keluarga Dakwah)
Posting Komentar