Keluarga Dakwah - Rasa Malu adalah Akhlak Para Nabi
Malu adalah akhlak mulia yang dicintai Allah, Rasul-Nya dan seluruh makhluk. Supaya kehidupan tumah tangga tetap eksis, hendaknya kedua pasangan secara khusus menaruh perhatian pada sifat malu ini. Keduanya harus menghindari kebiasaan ucapan atau perbuatan buruk di depan pasangannya, anak-anaknya, orang lain, atau malaikat sebelum ia malu di hadapan Rabb-nya. Saat itulah mereka akan menebar kebahagiaan hakiki yang akan dirasakan seluruh penghuni rumah. Seperti inilah seharusnya anak-anak dididik sejak dini, terlebih bagi perempuan. Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah sifat malu ada dalam sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah sifat keji ada dalam sesuatu melainkan akan memburukannya.” (Shahih Al-Adab Al-Mufrad)
Rasulullaah SAW bersabda:
اَلْـحَيَاءُ وَ اْلإِيْمَانُ قُرِنَا جَمِـيْعًا ، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ اْلاَ خَرُ.
“Malu dan iman senantiasa bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.” (HR.al-Hâkim, ath-Thabrâni, al-Mundziri, Abû Nu’aim, dan selainnya. Lihat Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 3200).
Rasulullaah SAW bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.
“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.” (HR.Ibnu Mâjah dan ath-Thabrâni )
Dari Abu Said Al-Khudri rodhiyallaahu 'anhu berkata, “Adalah Nabi SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM lebih pemalu daripada gadis yang dipingit. Jika beliau melihat sesuatu yang tidak disukai, kami dpt mengetahuinya dari wajah beliau.” (HR Bukhari)
Sifat malu terbadi menjadi empat; malu kepada Allah, malu kepada malaikat, malu kepada orang lain, dan malu kepada diri sendiri. Yang menjadi pondasi adalah malu kepada Allah, yaitu kamu malu Allah melihatmu dalam kondisi bermaksiat kepada-Nya. Siapa yang malu kepada Allah Ta’ala, maka ia telah menyempurnakan sifat malu lainnya.
(Dirangkum dari 99 Tips Rumah Tangga Bahagia, Dr. Musyabbab bin Fahd Al-Ashimi)
Posting Komentar