0
Kedudukan Rasulullah SAW di Hati Kita
Jalinan Keluarga Dakwah - Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW bersabda,

لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Belum sempurna iman kalian, hingga aku lebih dicintainya, dari ayah ibunya, dan anaknya, dan seluruh manusia” (HR Bukhari)

Menakjubkan sekali, ternyata kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW berkaitan langsung dengan urusan keimanan. Bahkan menjadi ukuran sempurna atau tidaknya keimanan kita.

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada suatu hari Umar bin Khattab RA berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.”

Maka Rasulullah SAW bersabda, “Tidak, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku lebih kau cintai daripada dirimu sendiri.”

Umar pun berkata, “Sekarang demi Allah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Nabi pun bersabda, “Sekarang barulah kamu benar, wahai Umar.” Yakni, sekarang imanmu telah sempurna.

Kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW tentunya bukan sebatas pada kata-kata pujian, syair-syair, nasyid, maupun hal-hal lain yang sifatnya seremonial belaka. Terlebih Rasulullah SAW telah meninggalkan kita empat belas abad yang lalu. Karena secara jasadiah beliau adalah manusia pada umumnya, maka dapat dipastikan setelah wafat beliau tak lagi dapat mendengar pujian yang kita lafalkan dan tak lagi dapat melihat seremonial kecintaan yang kita adakan.

Yang perlu kita lakukan adalah meneladani serta mengikuti (ittiba) semua perintah beliau. Karena sejatinya cinta memang butuh bukti, salah satu bukti kecintaan yang paling nyata adalah menuruti permintaan orang yang kita cintai.

Dan permintaan Rasulullah SAW sangatlah sederhana, tidak muluk-muluk, cukup mentaati segala yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku (ajaranku) maka bukan termasuk golonganku.

Tak lagi dianggap dalam barisan umat Muhammad SAW tentu merupakan musibah yang sangat besar. Tentu kita tak bisa lagi mengklaim diri sebagai seorang muslim, karena komitmen keislaman kita sudah tidak jelas lagi.

Maka dari itu, berhati-hatilah dalam mengekspresikan cintamu kepada Rasulullah SAW. Karena kecintaan kepada beliau nyatanya berhubungan langsung dengan keimanan diri kita, jangan sampai ada hal-hal yang salah ataupun terlewat ketika menjalankan apa-apa yang diperintahkan oleh beliau.

Wallahu a’lamu bisshowab

Posting Komentar

 
Top